Konten dari Pengguna

Penularan Emosi: Mengapa Kita Secara Tidak Sadar Meniru Emosi Orang Lain?

MELINDA ANGGIA WIJAYA
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
19 Desember 2023 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MELINDA ANGGIA WIJAYA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/tersenyum-emotikon-amarah-marah-2979107/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/tersenyum-emotikon-amarah-marah-2979107/
ADVERTISEMENT
Emosi adalah bahasa universal yang tidak pernah lepas dari interaksi sosial manusia. Dalam perjalanan hidup kita, kita seringkali menemukan diri kita tanpa sadar meniru ekspresi dan emosi orang di sekitar kita. Tetapi, apakah ini hanya kebetulan, atau ada mekanisme lebih dalam yang memandu perilaku kita? Mari kita menjelajahi fenomena penularan emosi dan menyelidiki mengapa kita cenderung menjadi "peniru emosi" tanpa menyadari hal itu. Setiap individu mengalami emosi dan menghidupkan emosi pada orang lain dalam berbagai situasi. Emosi sendiri dapat menular melalui interaksi sosial, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu dalam suatu kelompok sosial. Salah satu jenis interaksi sosial adalah interaksi emosional. Interaksi emosional merupakan interaksi yang terjadi ketika individu menghadapi perasaan atau emosi yang sama dengan perasaan yang dimiliki oleh orang lain. Misalnya, ketika dua orang sedang bertukar cerita satu sama lain, mungkin keduanya menghadapi emosi yang sama seperti kebahagiaan, kecepatan, atau kenyamanan.
ADVERTISEMENT
Interaksi emosional membuat individu dapat menyebarkan emosinya kepada orang lain melalui cara berbicara, menunjukkan ekspresi wajah, gerak tubuh maupun pose. Penularan emosi berakar dalam kompleksitas struktur otak kita. Penelitian neurologis menunjukkan bahwa terdapat jalur otak yang khusus yang mengaitkan ekspresi wajah orang lain dengan respon emosional kita sendiri. 1. Amigdala: Pusat emosi dan peniruan Amigdala merupakan sekelompok inti otak yang terletak di lobus temporal yang memainkan peran utama dalam pengolahan emosi. Penelitian neurologis menunjukkan bahwa amigdala dapat mendeteksi dan menilai ekspresi wajah orang lain. Sebagai pusat utama emosi, amigdala juga berperan dalam memicu respon emosional serupa pada individu yang meniru ekspresi tersebut. 2. Sulcus Temporal Superior: Penghubung Visual dan Emosional Sulcus temporal superior merupakan area otak yang terlibat dalam pengolahan visual dan persepsi sosial, yang menjadi jembatan penting dalam penularan emosi. Inilah yang memungkinkan kita untuk dapat mengidentifikasi ekspresi wajah dengan cepat dan meresponsnya secara emosional. Hubungan yang kuat antara sulcus temporal superior dan amigdala menciptakan keterkaitan yang esensial dalam mengatur peniruan emosi. 3. Korteks Parietal Inferior: Pengolahan Sensorik dan Integrasi Bagian lain dari otak yang terlibat dalam peniruan emosi adalah korteks parietal inferior. Area ini terlibat dalam pengolahan sensorik dan integrasi informasi dari berbagai sumber. Dalam konteks penularan emosi, korteks parietal inferior membantu menyatukan informasi visual dan emosional untuk membentuk respons yang koheren terhadap ekspresi wajah orang lain. 4. Mirror Neurons: Menggambarkan dan Meniru Mirror neurons menjadi elemen kunci dalam peniruan emosi. Karena mirror neurons merupakan sel-sel otak yang aktif saat individu melakukan tindakan tertentu atau melihat orang lain melakukan tindakan serupa. Dalam konteks penularan emosi, mirror neurons memainkan peran penting dalam menggambarkan dan meniru ekspresi emosional, menciptakan kesan ikatan emosional yang mendalam. Melalui kerja sama kompleks antara amigdala, sulcus temporal superior, korteks parietal inferior, dan mirror neurons, otak kita mampu membentuk respons emosional yang terkoordinasi terhadap ekspresi orang lain. Pemahaman mendalam tentang peran masing-masing bagian otak ini memberikan wawasan yang lebih kaya tentang mekanisme neurologis di balik penularan emosi, membuka pintu untuk lebih banyak penelitian dan eksplorasi. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam cara pria dan wanita cenderung meniru emosi orang lain. Studi menunjukkan bahwa wanita seringkali cenderung lebih menunjukkan tingkat empati yang lebih tinggi dibandingkan pria. Kemampuan ini dapat mempengaruhi intensitas dan frekuensi peniruan emosi. Wanita mungkin lebih rentan terhadap meniru ekspresi emosional sebagai bentuk ekspresi empati yang lebih kuat. Pria dan wanita mungkin cenderung meniru ekspresi emosional yang sesuai dengan konsep diri mereka dan norma-norma gender yang diterima dalam masyarakat. Hal ini dapat menciptakan perbedaan dalam cara pria dan wanita mengekspresikan dan meniru emosi. Dalam interaksi sosial, perbedaan gender dalam peniruan emosi juga dipengaruhi oleh dinamika kelompok. Pria dan wanita mungkin menghadapi tekanan sosial yang berbeda untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma tertentu dalam peniruan emosi, terutama dalam konteks hubungan sosial dan romantika. Secara tidak sadar meniru ekspresi dan emosi orang lain merupakan bentuk keterlibatan mirror neurons dalam otak yang merespon dan meniru perilaku emosional, membangun koneksi emosional, dan meningkatkan kemampuan empati. Proses ini memfasilitasi komunikasi non-verbal, memperkuat ikatan sosial, dan memainkan peran penting dalam pembelajaran sosial dan regulasi hubungan sosial. Dapat disimpulkan bahwa penularan emosi terbukti menjadi fenomena yang melibatkan kerumitan struktur otak, perbedaan gender, dan strategi pengelolaan emosi yang mendalam. Seiring kita menjelajahi mekanisme neurologis dan dinamika sosial di balik peniruan emosi, kita semakin memahami bagaimana interaksi manusia melibatkan pertukaran emosional yang tak terucapkan. Strategi mengelola penularan emosi Mengelola penularan emosi memerlukan kesadaran diri yang tinggi dan serangkaian strategi yang dapat diterapkan secara sadar. Berikut beberapa strategi yang dapat membantu dalam mengelola pengaruh emosi orang lain: 1. Kesadaran emosional Membangun kesadaran emosional terhadap perasaan dan ekspresi diri merupakan langkah awal. Dengan memahami emosi Anda sendiri, Anda dapat lebih mudah membedakan antara perasaan yang berasal dari diri sendiri dan yang dipengaruhi oleh orang lain. 2. Batasi Paparan Emosi Negatif Jika mungkin, hindari situasi atau orang yang dapat mentransmisikan emosi negatif secara berlebihan. Buat batasan terhadap paparan emosi yang merugikan dapat membantu menjaga keseimbangan emosional Anda. 3. Teknik Pemulihan Emosional Pahami teknik pemulihan emosional yang efektif, seperti meditasi, olahraga, atau hobi yang menyenangkan. Ini dapat membantu merestorasi keseimbangan emosional dan mengurangi dampak penularan emosi yang mungkin Anda alami. Mengelola penularan emosi melibatkan kombinasi kesadaran diri, pemilihan lingkungan, dan praktik kesehatan emosional. Dengan menerapkan strategi ini, Anda dapat membangun ketangguhan emosional dan tetap terhubung dengan orang lain tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi. Dengan memahami, menghormati, dan mengelola penularan emosi, kita dapat memperkaya hubungan sosial, membangun empati yang mendalam, dan merintis jalan menuju keseimbangan emosional yang lebih utuh dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT