Konten dari Pengguna

Ibu-ibu Tangguh Merajut dalam Menjauhkan Keterpurukan

Melvin Levina
Saya adalah mahasiswa magister Kajian Sejarah di Universitas Andalas. Saya senang membaca dan punya kurang lebih 700 koleksi bacaan. Saya akan dengan senang hati berdiskusi tentang topik sejarah, budaya, dan gerakan sosial.
17 Oktober 2024 12:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Melvin Levina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibu-ibu Tangguh Merajut dalam Menjauhkan Keterpurukan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
(Koleksi foto rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’)
Ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang mulia, akan tetapi keberadaannya terkadang diremehkan dan tersingkirkan. Mereka dianggap hanya dapat memasak, mencuci, dan merawat anak sehingga keberadaannya di ruang sosial terkadang tersingkirkan. Ketersingkiran tersebut kemudian beralih menjadi rasa kesepian bagi para ibu rumah tangga yang hanya tinggal di rumah. Akan tetapi, saat ini telah banyak berbagai ruang sosial yang dirancang untuk para ibu rumah tangga untuk mengambil bagian dalam kehidupan sosial sekaligus memberdayakan kemampuan mereka.
ADVERTISEMENT
Sebuah rumah di Desa Selacau, Kec. Batujajar, Kab. Bandung Barat dalam sehari bisa dikunjungi oleh belasan ibu rumah tangga. Lena Rahmawati, tuan rumah, membuka usaha rajutan dan jahitan flannel dengan memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar rumah. Tempat produksi juga tidak begitu bagus penampilannya. Para ibu yang datang hanya duduk lesehan di atas karpet sambil melingkar dengan banyak benang atau kain flannel berserakan. Akan tetapi, kita dapat melihat kehangatan dari interaksi yang mereka jalin. Kebanyakan ibu rumah tangga tersebut bergabung karena kemauannya sendiri. Salah satu ibu rumah tangga yang membantu Lena mengerjakan pekerjaan merajut adalah Neng dan Wiwi.
Neng (26 tahun) merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di lingkungan setempat. Ia menuturkan turut bekerja merajut bersama Ibu Lena dengan alasan ia kesepian jika suami dan anaknya sedang berkegiatan di luar rumah selama siang hari sedangkan pekerjaan rumah telah selesai ia kerjakan. Ia membutuhkan tempat untuk berkegiatan dan mengobrol bersama orang lain. Keputusannya menikah setelah lulus kuliah membuatnya cukup tertekan jika hanya berdiam diri di rumah maka ia butuh ruang untuk bersosialisasi dengan orang lain atau ibu rumah tangga yang memiliki kebiasaan sama dengannya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Wiwi (33 tahun) sebenarnya bukan merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di lingkungan setempat. Ia tinggal di desa sebelah dan ke Desa Selacau hanya untuk mengantar anaknya bersekolah. “Saya mah ikut ngerajut sambil nungguin si Echa (anak) sekalian cari tambahan penghasilan”. Ia akan berada di tempat produksi kerajinan tangan ‘Melvin Rajut dan Flannel’ selama anaknya bersekolah di masrasah ibtidaiyah di Desa Selacau. Selama menunggu anaknya bersekolah dari pukul tujuh pagi hingga pukul tiga sore, ia dapat menyelesaikan dua buah tas tangan rajutan atau 100 jahitan sarung pensil. Jumlahnya dalam menjahit atau merajut tergantung permintaan pasar yang masuk melalui usaha ‘Melvin Rajut dan Flannel’. Ia mengakui bahwa tambahan keuangan yang ia dapatkan dari pekerjaan merajut atau menjahit ini dapat membantu ia dan keluarga kecilnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. “Uangnya suka dipakai untuk jalan-jalan tiap Hari Minggu” jawab Wiwi.
ADVERTISEMENT
Kegiatan para ibu rumah tangga di rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ tidak hanya sekadar merajut ataupun menjahit melainkan juga sambil bercengkrama, mencemil, atau kadang melakukan acara liwetan . Mereka terkadang berbagi cerita terkait permasalahan, resep makanan, hobi, dan lain-lain yang membuat mereka dekat dan menjalin persahabatan.
Persahabatan antar para ibu atau kebutuhan perempuan atas ruang sosial setelah menikah sangat dibutuhkan untuk menghindari rasa kesepian. Melalui suvey yang dilakukan oleh ChannelMum.com bahwa 90 persen responden ibu rumah tangga mengalami kesepian, terutama setelah ibu memiliki anak. Rasa kesepian yang dialami oleh ibu rumah tangga dianggap sepele sebab pekerjaan ibu rumah tangga yang hanya diam di rumah dianggap sebagai sesuatu yang kodrati dan merupakan tanggung jawab mutlak seakan-akan seorang ibu tidak lagi memiliki peran sebagai wanita. Ibu rumah tangga sebagai perempuan memiliki tanggung jawab sendiri dalam merasa bahagia dan bebas dari kesepian. Melalui survey yang sama, sebanyak 80 persen responden ibu rumah tangga mengakui bahwa mereka membutuhkan teman yang sesama ibu. Melalui angka tersebut, dapat diketahui bahwa seharusnya dunia memiliki tempat seperti rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ lebih banyak yang mana wadah tersebut dapat membantu ibu rumah tangga berdaya dalam kehidupan sosial dan mapan secara finansial.
ADVERTISEMENT
Lena Rahmawati, pengelola rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ tidak menyangka bahwa keberadaan usahanya dapat membantu ibu rumah tangga di sekitar rumah tangganya lebih jauh. Ia pada mulanya hanya membutuhkan tenaga produksi dalam membantu UMKM yang ia dirikan sejak tahun 2012. Ia berpendapat bahwa mempekerjakan ibu rumah tangga di sekitar lingkungan tinggalnya lebih menguntungkan dibanding mencari pekerja dari tempat lain sebab ia telah mengenal para ibu tersebut dan para ibu tersebut dapat terbantu atas kebutuhan finansial. Ternyata, keputusannya memang tepat. Selain membantu kebutuhan finansial para ibu tersebut, keberadaan rumah produksi juga dapat menyelamatkan mental ibu rumah tangga dari rasa kesepian.
Lena atau akrab disapa dengan Teh Lena oleh para ibu juga tidak muluk-muluk dalam mencari tenaga kerja. Merajut dan menjahit merupakan pekerjaan keterampilan yang membutuhkan bakat dan keterampilan. Akan tetapi, dalam mencari tenaga kerja ia tidak mencari ibu yang sudah bisa merajut dan menjahit, yang terpenting baginya adalah bahwa ia memiliki kemauan. “Ngerajut di sini gak harus jago (pandai), asal ada kemauan pasti diajarin” ucap Lena ketika diwawancarai pada Hari Rabu, 16 Oktober 2024. Sebagian pekerja di rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ pada mulanya tidak dapat merajut atau menjahit, akan tetapi mereka diajarkan terlebih dahulu oleh Lena sehingga dapat menghasilkan karya kerajinan tangan yang memiliki daya saing.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ tidak mampu bertahan pada era pandemi sebab keterbatasan kontak fisik dan pasar yang permintaannya nol selama pandemi. Rumah produksi ‘Melvin Rajut dan Flannel’ baru merintis kembali setelah pandemi selesai dengan keadaan yang terbatas. Harapannya, akan lebih banyak UMKM atau usaha lain yang dapat memberdayakan ibu rumah tangga lebih besar dan lebih ramah terhadap para ibu. Meskipun memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi para ibu tetap memiliki ruang dalam kehidupan sosial sebagai sosok yang berdaya.