Ingin Me-Time, Selalu Gagal Karena Mertua

Mertua Oh Mertua
Curhatan, keluh kesah, dan kisah cinta tentang mertua. Banyak drama di antara kita.
Konten dari Pengguna
25 Juli 2020 7:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ingin Me-Time, Selalu Gagal Karena Mertua. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ingin Me-Time, Selalu Gagal Karena Mertua. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak ibu merasa nggak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Selain riweuh dengan anak, tuntunan dari mertua juga bikin aktivitas di rumah makin padat. Ngurus diri sendiri rasanya cuma mimpi. Itulah yang dialami Astrid beberapa bulan terakhir. Simak kisahnya.
ADVERTISEMENT
Sejak aku menjadi ibu, aku lebih menghargai hal-hal kecil. Hal yang dulu nggak penting, tiba-tiba jadi berharga. Salah satu contohnya adalah mencuci kotak makan sendiri di pantry kantor.
Setiap detiknya sangat aku nikmati. Mulai dari membuka tutupnya yang berminyak, mengusapkan sabun, hingga membilasnya dengan bersih. Semua aku lakukan sepenuh hati, seperti Affandi saat membersihkan kuas-kuas lukisannya.
Aneh, kan? Ya, memang aneh. Tapi itulah satu-satunya me-time yang bisa aku nikmati sekarang. Me-time di mana aku bisa sejenak nggak memikirkan kerjaan yang menumpuk, bayiku di rumah, stok ASI perah, atau sumber stres lainnya.
Lain hari, aku pernah jalan sendirian ke mal untuk mencari kado teman yang mau resign. Mall kecil, isinya cuma food court dan swalayan. Tapi begitu masuk, rasanya happy banget. Perasaan rasanya ringan, pengen nyanyi terus. Inikah indahnya me-time?
Dok: Giphy
Jujur, memang susah banget buat meluangkan waktu untuk diri sendiri. Bayiku masih berusia 8 bulan. Masih minum ASI, masih belajar merangkak. Lagi aktif banget dan butuh diawasi setiap saat.
ADVERTISEMENT
Tapi bukan cuma itu yang bikin aku merasa 24 jam sehari nggak cukup. Tinggal serumah dengan mertua lah jadi alasan utamanya.
Sepulang kerja, meski lagi capek banget aku nggak bisa langsung istirahat. Rebahan cuma sebentar aja nggak bisa. Aku harus cuci botol anakku, mandiin, siapin MPASI, ngajak main sampai dia bisa tidur, atau beberes rmah.
Suami nggak bantu? Suamiku sebenarnya mau-mau aja bantu. Tapi entah apa alasannya, setiap suamiku take over si kecil, lalu aku terlihat santai, ibu mertua seperti nggak rela.
“Istrimu kemana?” Tanya ibu mertua suatu kali.
“Lagi istirahat, Bu,” jawab suamiku.
“Lah kamu juga butuh istirahat, kan baru pulang kerja,”
“Nggak apa kok Bu, biar Astrid istirahat bentar. Nanti gantian,” bela suamiku.
ADVERTISEMENT
“Duh kamu itu jangan mau disuruh-suruh. Nggak pantes ah masa suami ngurus anak, istrinya leyeh-leyeh,”
Aku mendengar pembicaraan itu karena terdengar cukup jelas dari kamarku. Aku senang suami membelaku, tapi nggak cukup untuk menghibur rasa sakit mendengar perkataan ibu mertua. Emangnya aku robot yang nggak butuh istirahat?
Dok: Giphy
Susah memang jadi perempuan. Apa-apa dibilang “nggak pantas”. Rebahan di saat suami gendong anak, nggak pantas. Minta tolong suami di dapur ketika kita sibuk dengan anak, nggak pantas. Huft.
Yang lebih menyebalkan lagi, aku nggak diizinkan punya nanny. Maksudku biar ibu mertua nggak repot jaga anakku ketika aku dan suami sedang kerja. Lalu sepulang kerja, aku bisa istirahat sebentar. Win-win solution lah.
ADVERTISEMENT
“Buat apa? Buang-buang duit aja. Kan anakmu baru satu, masa nggak sanggup ngurus sendiri?” kata ibu mertua.
Kenapa kata-kata yang keluar dari ibu mertua selalu menyakitkan? Apa aku yang terlalu baper?
Mungkin aku memang harus menerima situasi serba salah ini. Ini-itu nggak pantas, ini-itu dilarang. Mungkin aku harus nunggu anakku berumur 5 tahun baru akhirnya bisa me-time. (sam)
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Astrid? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected].