Konten dari Pengguna

Mertua Minta Diantar ke Rumah Anak Kesayangan Saat Lebaran

Mertua Oh Mertua
Curhatan, keluh kesah, dan kisah cinta tentang mertua. Banyak drama di antara kita.
21 Mei 2020 14:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kebersamaan keluarga saat Lebaran. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kebersamaan keluarga saat Lebaran. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Demi memutus rantai penyebaran COVID-19, banyak wilayah sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Begitu pula saat Lebaran, warga dilarang mudik. Tapi bagaimana bila mertua memaksa minta di antar ke luar kota? Simak kisah Arum berikut.
ADVERTISEMENT
Sudah tiga tahun ibu mertua tinggal bersama kami. Sejak ayah mertua meninggal, suamiku sebagai anak pertama merasa bertanggung jawab mengurus ibunya yang sudah berusia senja. Usia ibu memang hampir 80 tahun.
Meski begitu, suamiku bukan anak kesayangan. Ibu mertua paling sayang dengan anak bungsunya, satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka. Sayangnya, adik iparku itu keberatan buat mengurus ibu mertua karena anaknya sendiri masih bayi.
Sejak awal puasaan, ibu mertua sudah ngotot ingin berkunjung ke sana. Dia malah ingin menginap di rumah adik ipar sampai Lebaran. Karena Corona sedang gencar-gencarnya, suami nggak berani mengantar ibu ke sana.
Tapi mendekati Lebaran, ibu mertua makin rewel. Serius, dia sampai nangis kenceng seperti anak kecil yang sedang tantrum. Dia sangat ingin diantar ke rumah anak bungsunya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya jarak rumah adik ipar nggak begitu jauh. Cuma sekitar 100 km atau 2-3 jam kalau lagi nggak macet. Tapi karena sudah diterapkan PSBB dan larangan mudik, aku dan suami nggak yakin bisa lancar sampai tujuan.
Adik ipar hampir setiap hari video call dengan ibu mertua. Berharap bisa mengobati rasa kangen ibu biar nggak memaksakan diri berkunjung. Tapi percuma. Ibu mertua sampai mogok makan karena keinginannya nggak dituruti.
Dok: Giphy
“Pokoknya ibu mau ke rumah adikmu. Kenapa sih ibu dikurung-kurung? Emangnya ibu tahanan?” Ujarnya saat mengamuk.
Oke fine, akhirnya kami menuruti ibu mertua. Biar dia tahu sendiri kondisinya seperti apa. Pasrah saja kalau disuruh putar balik.
Seminggu sebelum Lebaran kami berempat naik mobil menuju rumah adik ipar. Aku, suami, ibu mertua, dan anakku. Ibu sudah bawa koper besar, seperti siap menginap lama di sana. Wajahnya sumringah, nggak sabar bertemu anak kesayangannya.
ADVERTISEMENT
Tapi sayangnya, dugaan kami benar. Di exit Tol Lawang, kami disuruh putar balik karena plat nomor mobil kami menunjukkan kami bukan warga kota Malang. Di checkpoint itu, sudah ada puluhan petugas yang berjaga. Mau nggak mau, kami harus ikut aturan.
Padahal rumah adik ipar sudah dekat, tinggal 20 km lagi. Terpaksa, kami pulang lagi.
“Tuh kan Bu, nggak bisa masuk ke Malang. Kan aku sudah bilang ada PSBB. Jadi putar balik, kan?” tutur suamiku.
Ibu mertua nggak menjawab. Wajahnya murung dan cemberut. Bahkan matanya berkaca-kaca. Jadi nggak tega.
“Arum janji nanti kalau PSBB sudah selesai, Ibu langsung Arum anter ke rumah adek. Janji deh. Nanti ibu boleh nginep lama di sana, aku temani,” kataku mencoba menenangkannya.
ADVERTISEMENT
Ibu mertua masih diam seribu bahasa.
Sesampainya di rumah, aku minta adik ipar menelepon ibu. Kayaknya cuma dia yang bisa bikin ibu mertua tenang. Setidaknya aku dan suami sudah berusaha menyenangkan ibu, tapi terhalang PSBB. (sam)
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Arum? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]