Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Larang Anak Jajan Sembarangan, Mertua Menegurku
15 Oktober 2020 20:10 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
—
Aku termasuk getol mengajak suami dan anakku untuk rajin makan makanan sehat. Apalagi di masa pandemi ini, kita perlu jaga daya tahan tubuh. Aku pasti lebih serius untuk memantau nutrisi keluarga.
Aku rela repot-repot masak tiap hari demi suami dan anak-anakku bisa makan makanan yang kujamin sehat dan berimbang. Aku bahkan selalu menyiapkan meal plan mingguan.
Namun aku nggak mengira jika upayaku menjaga kesehatan keluargaku dipandang berbeda oleh ibu mertuaku. Aku dibilang terlalu membatasi apa yang disukai anak-anakku.
Pernah suatu kali suamiku dan anak-anak mengunjungi rumah mertuaku. Nah, di sana anak-anakku dibelikan cilok dan cireng saos di pedagang makanan keliling. Mendadak aku merasa jengkel.
Jelas aku meragukan higienitas makanan yang mereka jual. Apalagi aku nggak tau apa saja bahan makanan yang dicampur ke dalamnya.
ADVERTISEMENT
Anak Opname karena Jajan Sembarangan
Selain itu, Noah, anakku yang paling kecil pernah sampai opname sakit diare gara-gara makan sate sosis yang dijual di depan sekolahnya. Aku nggak mau anak jajan nggak sehat. Belum lagi rewelnya Noah ketika harus minum obat, bikin puyeng.
“Nad, sekali-kali kamu itu biarin Radit sama Noah jajan kesukaan mereka. Biar mereka semangat makan kalo ada cemilannya”, ujar mertuaku.
“Tapi Bu, Noah kalo jajan sembarangan gampang sakit. Dia nggak terbiasa kena jajanan yang begituan Bu”, aku sedikit emosi.
“Ya makanya Nad, anakmu perlu dibiasakan. Biar pencernaannya nggak manja. Nanti kalo sudah terbiasa jajan di luar kan jadi nggak gampang sakit,” mertuaku ngeyel.
Aku semakin terpojokkan ketika anak pertamaku, Radit, malah memperkuat argumen ibuku.
ADVERTISEMENT
“Iya, Bunda, Radit jarang-jarang loh bisa jajan kayak gini. Sekali-kali kan gapapa bun. Enak lho ciloknya,” anakku berkilah.
Anakku yang kecil pun ikut-ikutan. “Iya Bun, aku suka sama cireng. Rasanya lebih enak daripada cireng buatan Bunda”.
Aduh, gagal sudah niatku untuk terapkan jajan sehat ke anak-anak. Kalau mereka sudah suka sama jajanan di luar biasanya mereka jadi malas makan makanan rumah.
Kalau sudah begini, aku harus bagaimana?
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Nadia? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected].