Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mertua Masak Banyak Buat Lebaran, Anak dan Cucu Tak Ada yang Datang
27 Mei 2020 18:06 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lebaran tahun ini memang beda. unjung-unjung ke rumah kerabat tak akan seramai biasanya karena physical distancing. Tapi ibu mertua Susan malah masak besar seperti Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Apa alasannya? Simak ceritanya.
ADVERTISEMENT
—
Ibu mertuaku selalu sangat excited menjelang Lebaran. Gimana nggak senang? Tujuh anaknya yang merantau di berbagai kota akan kumpul jadi satu di rumahnya. Ditambah hadirnya sebelas cucu, rumah pasti jadi ramai. Benar-benar momen yang ditunggu setiap tahun.
Persiapannya tentu maksimal. H-7 sebelum Lebaran , ibu mertua sudah mengajakku bersih-bersih rumah. Lalu mulai H-2, ibu mertua mulai belanja dan masak banyak. Aku sebagai satu-satunya menantu yang numpang di rumah mertua pasti harus membantu.
Tapi kayaknya ibu mertua nggak siap menerima kenyataan Lebaran tahun ini akan beda. Aku sudah bilang, ipar-iparku nggak akan bisa datang karena ada larangan mudik dan PSBB.
“Kan rumah mereka nggak di luar pulau. Pasti bisa lah pulang kampung sebentar. Masa tega Lebaran nggak kumpul bareng?” bantah ibu mertua.
ADVERTISEMENT
Ibu lalu menyuruhku menelepon saudara ipar satu per satu. Ibu ngotot minta mereka pulang. Tapi semua menjawab nggak bisa.
Saat itu kusampaikan ke ibu mertua, dia malah menyangkal. Ibu yakin anak dan cucunya akan pulang, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Aku kira ibu mertua akan ikhlas beberapa hari kemudian. Ternyata nggak. Dia malah belanja kue kering bertoples-toples, ketupat, bahan opor ayam, dan masakan lain yang biasa disajikan saat Lebaran . Aku kaget bukan main.
“Lho Bu, ini banyak banget buat apa?”
“Kok pake nanya, Nduk. Ya masak buat Lebaran lah. Ayo bantu ibu,” jelasnya.
“Ini ibu belanja habis berapa?” tanyaku. Masih nggak percaya ibu belanja seperti mau masak untuk 30 orang.
“Hmm berapa ya, sejuta setengah juta sama kue-kue keringnya. Hemat lho ini, dibanding tahun lalu,” jawab ibu mertua santai.
ADVERTISEMENT
Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Gila, bahan makanan sebanyak ini siapa yang makan? Level denial ibu mertua sudah gawat.
Karena nggak mau bikin ibu mertua tersinggung, aku membantunya sebisaku. Ayah mertua dan suamiku pun nggak bisa mencegah ibu. Selama berhari-hari dia sibuk sendiri, menyiapkan ini-itu.
Hari Raya Idul Fitri akhirnya datang. Kue kering sudah ditata rapi, lantai rumah sudah kinclong, ketupat sudah siap dihidangkan . Sejak pagi, ibu mertua harap-harap cemas anak dan cucunya akan datang.
Seperti dugaan kami, nggak ada saudara suamiku yang datang. Nggak ada yang berani pulang kampung di tengah pandemi COVID-19. Aku pun nggak cerita ke mereka, ibu sudah menyiapkan tetek bengek Lebaran. Biar para ipar nggak kepikiran.
Akhirnya ketupat dan opor ayam kami bagikan ke tetangga-tetangga terdekat. Nggak mungkin kami menghabiskan sendiri. Sampai opor ayamnya basi pun, anak cucu ibu mertua nggak akan datang.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ibu mertua jarang keluar kamar selama beberapa hari. Video call dari anak-anaknya di-reject semua.
Aku tahu dia kecewa dengan kondisi ini, begitu pula kami. Siapa yang nggak sedih Lebaran sendiri-sendiri begini? Tapi mau gimana lagi. Yang bisa kita lakukan cuma stay di rumah dan berdoa suatu hari bisa kembali seperti semula. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Susan? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]