Konten dari Pengguna

Kontra Implementasi Teknologi AI dalam Kurikulum Pendidikan Nasional

Mesrawati Erina Gulo
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana
4 Agustus 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mesrawati Erina Gulo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
source: pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Aurellia Jeslyn & Mesrawati Erina Gulo, Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP UKSW
ADVERTISEMENT
Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam sistem pendidikan semakin meningkat, tetapi hal ini telah menimbulkan kontroversi di kalangan pendidik, pemberi kebijakan, dan orang tua. Sementara AI dapat meningkatkan hasil belajar dan memudahkan tugas administrasi, integrasinya wajib dalam pendidikan menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perkembangan kognitif, keterampilan sosial, dan pengalaman belajar siswa. Integrasi AI wajib dalam pendidikan dapat mengarah pada terlalu bergantung pada teknologi, sehingga menghambat kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara kreatif tanpa bergantung pada alat teknologi. Selain itu, sistem pendidikan yang didukung AI dapat mengurangi interaksi wajah ke wajah, sehingga menghambat perkembangan keterampilan sosial seperti komunikasi, empati, dan resolusi konflik. Menurut teori Jean Piaget, perkembangan kognitif siswa dipengaruhi oleh interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga integrasi AI wajib dapat mengganggu proses perkembangan kognitif siswa.
ADVERTISEMENT
Integrasi AI wajib dalam pendidikan juga menimbulkan risiko privasi dan keamanan data, karena sistem AI dapat mengumpulkan dan menyimpan informasi siswa yang sensitif tanpa perlindungan yang memadai. Algoritma AI dapat memperparah bias dan stereotip, yang dapat berdampak negatif pada siswa dari latar belakang yang berbeda dan memperburuk kesenjangan sosial yang telah ada. Menurut teori bias dalam AI, algoritma AI dapat memperparah kesenjangan sosial dengan cara mengklasifikasikan individu berdasarkan fitur yang tidak relevan dengan kemampuan mereka. Terbatasnya aksesibilitas juga dapat memperburuk kesenjangan digital, karena tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi atau keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan alat pendidikan yang didukung AI. Menurut teori aksesibilitas, aksesibilitas yang terbatas dapat menghambat kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses belajar.
ADVERTISEMENT
Namun, integrasi AI wajib dalam pendidikan juga memiliki manfaat. AI dapat memberikan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, sehingga meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. AI juga dapat mengotomatisasi tugas administrasi, sehingga membebaskan pendidik untuk fokus pada pengajaran dan bimbingan, sehingga meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan. Selain itu, AI dapat membantu mengurangi kesenjangan digital dengan memberikan teknologi bantu untuk siswa dengan disabilitas dan meningkatkan aksesibilitas untuk siswa dari latar belakang yang kurang beruntung. Menurut teori personalisasi belajar, pengalaman belajar yang disesuaikan dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
Dalam kesimpulan, integrasi AI wajib dalam pendidikan adalah isu yang kompleks dengan manfaat dan kerugian. Sementara AI dapat meningkatkan hasil belajar dan memudahkan tugas administrasi, integrasinya wajib menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perkembangan kognitif, keterampilan sosial, dan pengalaman belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Penggunaan AI dalam pendidikan dapat memiliki implikasi negatif yang signifikan. Salah satu contoh adalah ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Dengan AI yang dapat membantu dalam proses belajar, siswa dapat menjadi terlalu bergantung pada sistem tersebut dan tidak lagi memperoleh kemampuan berpikir kritis dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terprogram. Hal ini dapat mengganggu kemampuan siswa untuk berpikir secara independen dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga. Selain itu, AI juga dapat mengancam keamanan kerja guru. Dengan AI yang dapat mengotomatisasi lebih banyak aspek dalam proses pendidikan, potensi kehilangan pekerjaan guru meningkat. Hal ini dapat mengganggu stabilitas kerja guru dan mengancam keamanan kerja mereka.
Penggunaan AI dalam pendidikan juga dapat membuat pengalaman belajar menjadi tidak manusiawi. AI dapat memudarkan pendekatan bernuansa humanistik yang dapat ditawarkan oleh guru manusia dan mungkin gagal menyediakan kurikulum yang inklusif dan beragam yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa. Hal ini dapat mengganggu kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan guru dan teman sekelas secara efektif, serta mengganggu proses belajar yang lebih personal dan berorientasi pada hasil.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga Indonesia kita tidak perlu untuk membandingkan dan mengintegrasikan AI ke kurikulum banyak pengaruh yang akan terjadi salah satunya dampak terhadap anak. Indikasi negatif yaitu ketergantungan yang berlebihan, sehingga menurunkan kemampuan critical thinking dan problem solving. pengalaman belajar tidak menusiawi, memudarkan pendekatan, gagal menyediakan kurikulum yang inklusif yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang dapat mengganggu proses belajar yang beriontasi pada hasil. banyak sekolah yang masih kurang infrastruktur teknologi, di pinggiran belum siap adanya internet dan ai karena tidak memadai sehingga tidak efektif. penggunaan AI biaya sangat tinggi mempertimbangkan tenaga pengajar apakah sudah siap menerapkan AI dalam pembelajaran atau kurikulum yang berlaku
Dengan demikian, AI berpotensi cukup besar memberikan dampak negatif pada industri pendidikan dan masyarakat.
source: pixabay.com
Kurikulum menggunakan AI tidak dapat digunakan secara penuh di Indonesia dikarenakan:
ADVERTISEMENT
1. Kesiapan Infrastruktur: Banyak sekolah di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur teknologi. Implementasi AI memerlukan akses yang stabil terhadap internet dan perangkat keras yang memadai. Sekolah-sekolah di daerah pedesaan atau pinggiran kota mungkin belum siap untuk mengakomodasi teknologi AI ini dengan baik.
2. Ketergantungan pada Teknologi: Ada kekhawatiran bahwa terlalu bergantung pada teknologi AI bisa mengurangi kemampuan kritis dan analitis siswa dalam memecahkan masalah. Penggunaan AI yang terlalu dini atau dalam skala yang besar bisa mengurangi kekreatifan dan kemampuan adaptasi siswa.
3. Kesempatan Belajar yang Tidak Merata: Implementasi AI dalam kurikulum bisa memperbesar kesenjangan antara sekolah yang memiliki sumber daya cukup dan yang tidak. Siswa di daerah terpencil mungkin tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar tentang AI dibandingkan dengan siswa di kota besar.
ADVERTISEMENT
4. Privasi dan Etika: Penggunaan teknologi AI dalam pendidikan memunculkan pertanyaan tentang privasi data siswa dan etika penggunaan teknologi. Perlindungan data pribadi siswa perlu diperhatikan secara serius agar tidak terjadi penyalahgunaan informasi.
5. Kurangnya Kesiapan Tenaga Pengajar: Guru-guru perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mengintegrasikan AI dalam metode pengajaran mereka. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola teknologi ini bisa menjadi hambatan utama dalam implementasinya.
6. Biaya Implementasi: Pengadaan perangkat keras, pembayaran lisensi perangkat lunak, dan pelatihan bagi guru bisa memakan biaya yang cukup besar. Hal ini menjadi tantangan, terutama di negara dengan anggaran pendidikan terbatas.
7. Potensi Penggantian Manusia: Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi, ada kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat menggantikan peran manusia, termasuk guru. Kehadiran manusia dalam proses pendidikan memiliki nilai yang sulit digantikan oleh teknologi.
ADVERTISEMENT