Konten dari Pengguna

Menghadirkan Tuhan, Sambil Berusaha

Muhammad Fhandra Hardiyon
Mahasiswa Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta. Menulis itu bagian dari siklus anak muda.
13 Juli 2023 8:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fhandra Hardiyon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berjuang sambil berdoa (Unsplash/Zac Durant)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berjuang sambil berdoa (Unsplash/Zac Durant)
ADVERTISEMENT
Bertuhan adalah sifat dasar manusia, sejak Nabi Adam, manusia sudah mengenal Tuhan. Hubungan primordial itu sudah ada sejak manusia masih berada dalam alam roh, yang kemudian hubungan itu berlanjut dalam kehidupan fana ini. Manusia harus bisa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia Yang Maha Tinggi.
ADVERTISEMENT
Bersujud kepada Tuhan, Berdoa kepada-Nya, menyembah-Nya dengan penuh penyerahan dan kebulatan hati. Semua daya dan upaya manusia dan seluruh alam semesta melebur jadi satu dipangkuan mahakuasa yang agung.
“Hati-hati di jalan, wahai anakku. Semoga Tuhan senantiasa melindungimu,”
Demikian ucap seorang ibu pada seorang anak bak penuh kesucian, kapanpun dimanapun seseorang memiliki ciri khasnya dalam menghadirkan Tuhan di hidupnya. Secara tak langsung, itu adalah bentuk relativitas antara manusia dengan Tuhan semesta alam.
Tak bisa dipungkiri, konetivitas manusia dengan sang pencipta memiliki sense of belonging yang sangat besar. Ketika seseorang menengadahkan tangan dan memejamkan mata, disitu muncul ikatan dalam bawah sadar manusia bak sedang berkomunikasi langsung dengan-Nya.
Dewasa ini, di kehidupan yang lebih kompleks, keberadaan lanskap Tuhan kerap dipertanyakan. Entah karena mereka tak menghadirkan bentuk ketuhanannya atau sekadar melintas penasaran akan bagaimana konsep ketuhanan bekerja.
ADVERTISEMENT
“Kamu ini seharusnya nggak boleh bertindak seperti itu, biarlah Tuhan menyadarkan hati dan pikiranmu,” ucap sang Ibu.
Sosok orang tua yang selalu menghadirkan Tuhan adalah Ibu. Selain menghadirkan sosok Tuhan dalam kesehariannya, dalam bentuk perkacapan kepada anaknya meskipun dibalut dengan nuansa satir.
Jika menghadirkan Tuhan namun tak diiringi usaha maka orang itu dinilai bohong, Namun jika usaha tak diiringi berdoa maka dinilai sombong. Ungkapan tersebut, kian hari kian terlihat, melihat subtematis kerangka berpikir orang-orang yang masih keliru.
Padahal, setiap gerak dan usaha manusia selalu akan mendapatkan hasil, apapun bentuk dan kadarnya, sesuai dengan kapasitas gerakan yang dilakukan. Dan salah satu faktor yang menentukan hasil tersebut adalah akal, di mana akal berfungsi untuk menimbang mana yang baik dan mana yang buruk.
ADVERTISEMENT
Di Islam sendiri, proses hukum sebab dan akibat ini sering disebut dengan istilah sunnatullah, atau sebaliknya, apa yang dikenal dengan sunnatullah adalah bagian sebab dan akibat.
Setiap hasil dan perubahan kondisi kehidupan seseorang tergantung pada diri orang itu sendiri, dan nasibnya sangat ditentukan oleh ikhtiar yang dilakukannya. Karakter sunnatullah itu pasti dan konsisten, sehingga sunnatullah dalam konteks hukum kemasyarakatan disebut hukum sebab akibat, sebagaimana yang terjadi pada fenomena alam semesta ini.