Chefchaouen, The Blue Pearl of Morocco yang Unik

Muhammad Hartantyo
Part-time traveller, full-time daydreamer
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2020 20:46 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hartantyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maroko merupakan salah satu negara favorit para turis yang gemar menjelajah dan berpetualang, dengan berbagai objek wisatanya yang beraneka ragam. Objek-objek wisata itu antara lain pantai-pantai di pesisir Samudera Atlantik dan Selat Gibraltar, eksotisnya Gurun Sahara, putihnya salju di pegunungan Atlas, hingga riuhnya souq dan medina di berbagai kota di Maroko.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai objek wisata itu, ada satu yang menjadi favorit saya selama saya bermukim di Maroko. Sebuah kota yang sangat unik, rumah-rumah penduduknya berwarna biru muda, kota Chefchaouen (dibaca syefsyawen).
Salah satu lorong Chefchaouen. Foto: koleksi pribadi
Chefchaouen terletak di pegunungan Rif, berjarak sekitar 250 km dari Rabat atau 4 jam perjalanan. Kota ini memiliki julukan the blue pearl of Morocco.
Ditemukan pada tahun 1471 oleh Moulay Ali ibn Rashid Al-Alami, kota ini awalnya adalah tempat pertahanan dari invasi Portugis kala itu. Kemudian, saat wilayah Muslim di Spanyol direbut kembali oleh kaum Kristiani, banyak pengungsi Muslim dan Yahudi yang melarikan diri ke Chefchaouen.

Kota Biru

Lalu mengapa kota ini didominasi oleh bangunan berwarna biru? Terdapat dua pendapat utama yang menjelaskan mengenai asal-muasalnya.
ADVERTISEMENT
Pendapat pertama mengatakan bahwa hal itu terkait dengan ajaran Yahudi. Para pengungsi Yahudi mewarnai dinding rumah mereka dengan warna biru karena biru melambangkan langit dan kehadiran Tuhan.
Salah satu lorong Chefchaouen. Foto: koleksi pribadi
Pendapat kedua percaya bahwa penduduk Chefchaouen sengaja mewarnai dinding rumahnya dengan warna biru karena warna ini dipercaya bisa mencegah datangnya nyamuk.
Apa pun sejarahnya, yang pasti tradisi mewarna dinding rumah dengan warna biru masih dipertahankan hingga saat ini sehingga keunikan Chefchaouen tetap terjaga.

Menjelajah Chefchaouen

Apa saja yang perlu disiapkan untuk menjelajah Chefchaouen? Siapkan energi dan stamina, alas kaki yang nyaman untuk berjalan jauh, bekal air minum, serta tentu saja kamera.
Wilayah blue pearl ini cukup luas dan reliefnya naik turun. Untuk bisa mendapatkan pemandangan terbaik, kita dapat menaiki tangga sambil melewati jalan dan lorong-lorongnya, lalu mendaki sebuah bukit kecil. Jika cuaca bagus, kita bisa melihat seluruh kota biru ini dari atas bukit.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa untuk mengabadikan gambar atau video ketika melewati lorong dan sudut kotanya. Banyak objek menarik yang bisa diabadikan. Mulai dari pintu, tangga, bahkan toko-toko yang menjual karpet dan aksesoris pun bisa menjadi objek foto.
Penjual karpet. Foto: koleksi pribadi
Setiap persimpangan di sini bagaikan labirin. Beberapa kali saya tersesat di dalamnya karena berbelok ke arah yang salah, atau mengulangi jalan yang sama. Tapi itu semua terbayarkan karena hampir semua sisi dan sudut kota ini bisa menjadi objek santapan kamera saya.

Sunrise yang menakjubkan

Indahnya Chefchaouen juga dapat dinikmati saat pagi-pagi buta. Agar bisa melihat indahnya sunrise, Anda bisa bermalam di hotel yang terletak di atas bukit dan memilih kamar yang memiliki balkon menghadap ke arah kota.
ADVERTISEMENT
Momen indah ini bisa kita saksikan terutama di musim dingin sekitar bulan Desember-Januari. Langit yang semula gelap hanya menampilkan Chefchaouen yang tampak sebagai kumpulan sinar lampu. Lalu terlihat diselimuti oleh kabut dan perlahan kabut menipis seiring terbitnya matahari.
Dawn in Chefchaouen. Foto: koleksi pribadi
Ketika sinar matahari mulai terang, terlihatlah bangunan-bangunan yang berwarna biru. Jangan lupa untuk memakai baju hangat atau jaket ketika menikmati pemandangan ini, ya. Karena suhu pagi hari di musim dingin bisa mencapai 3 derajat celsius.
Selain menikmati keindahan matahari terbit Chefchaouen, keuntungan lain mengunjungi kota ini di musim dingin adalah kita tidak cepat lelah dan kepanasan ketika menjelajah kota.
Salah satu lorong Chefchaouen. Foto: koleksi pribadi

Kasbah Chefchaouen

Selain birunya kota, kita juga bisa mengunjungi Kasbah Chefchaouen yang menjadi cikal bakal berdirinya kota ini. Kasbah ini dibangun dengan perpaduan gaya arsitektur Maroko dan Andalusia. Di dalamnya terdapat museum, galeri seni yang dibuka untuk acara-acara tertentu, dan taman.
ADVERTISEMENT
Persis di depan Kasbah, terdapat Place Outa El Hammam, yaitu alun-alun Chefchaouen. Sebagai alun-alun, ada banyak toko dan restoran di Place Outa El Hammam. Terdapat pula berbagai kafe di mana kita bisa duduk-duduk dan menikmati suasana riuhnya aktivitas warga.
Saya mengunjungi Chefchaouen di bulan Desember, menjelang Hari Raya Natal. Sebuah pohon cemara besar di Place Outa El Hammam dihias menyerupai pohon natal yang sangat tinggi. Selain itu, atraksi seni jalanan seperti balloon modelling/twisting dan bubble artist pun menjadi daya tarik, terutama bagi anak-anak.
Tukang balon Chefchaouen. Foto: koleksi pribadi
Itulah sekilas tentang Chefchaouen berdasarkan pengalaman saya berkunjung ke sana. Tertarik untuk mengunjunginya?
Sebelum bepergian ke Maroko maupun destinasi lain di luar negeri, jangan lupa cek dulu laman SafeTravel untuk dapatkan berbagai informasi negara tujuan demi keamanan dan kenyamanan perjalanan anda.
ADVERTISEMENT