Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pengalaman Merantau ke Ibu Kota dan Kehidupan di Asrama
6 Februari 2022 21:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Michelle Andretti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Merantau seru? Kata orang-orang sih begitu. Penasaran jadi alasan saya untuk pergi dan mencoba sekolah di Jakarta untuk merantau.
ADVERTISEMENT
“Ih enak banget dong lo dibolehin merantau jadinya bebas ngapain aja!”
Pernyataan itu sering sekali diucapkan oleh banyak orang. Memang kelihatannya sih begitu, sampai saya merasakan sendiri. Ternyata tidak se-enak itu sih jadi bebas.
Awalnya, sangat seru punya teman dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, tinggal di asrama, dan bareng teman 24 jam setiap hari. Ditambah lagi bisa mencoba berbagai hal saja tanpa khawatir dicariin orang tua untuk disuruh pulang.
Dari merantau, pengalaman dan cerita hidup jadi seru. Banyak hal baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, seperti salah satu yang sangat berkesan adalah saat merasakan tinggal di desa yang asri di Magelang dari kegiatan sekolah. Ditambah, tidak boleh membawa gadget membuat seluruh siswa menciptakan banyak sekali kenangan.
ADVERTISEMENT
Namanya hidup, ternyata harus merasakan kalau tidak semua hal itu menyenangkan dan seru. Ternyata, setelah merantau selama dua tahun baru terasa sulitnya mengurus segalanya sendiri. Seolah-olah dapat paksaan untuk mandiri padahal masih belum bisa mengurus apa-apa sendiri. Belajar harus sendiri, dari inisiatif diri sendiri, dan berjuang sendiri karena tidak ada yang akan mengingatkan untuk belajar sampai sempat di kelas satu SMA, saya hampir tinggal kelas karena sibuk main dengan teman-teman.
Hidup di asrama juga sama, awalnya sih sangat seru bersama teman 24 jam setiap hari. Namun, lama-kelamaan jadi stres sendiri. Hidup bersama teman jadi susah jika ingin tidur cepat. Teman-teman di asrama masih berisik main dan mengerjakan tugas sampai larut malam.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi ada satu kejadian yang sangat menjijikan, yaitu salah satu orang di asrama yang buang air besar di saluran pembuangan air kamar mandi dan itu benar-benar buat saya trauma, bahkan membayangkannya saja sudah geli.
Di tahun ketiga, baru saya merasakan rasanya homesick. Kangen rumah karena stres mengurus semuanya sendirian. Puncaknya di kelas tiga SMA menjelang Ujian Nasional (UN), saat itu teman sekamar saya berisik sekali sampai saya benar-benar tidak dapat tidur. Padahal di saat yang bersamaan saya harus mengurus dokumen persiapan masuk perguruan tinggi. Alhasil, saya sangat merasa tertekan pada masa itu.
Melalui pengalaman yang saya rasakan, memang banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang didapatkan. Namun, orang-orang kebanyakan hanya melihat dari sisi senangnya saja, nyatanya dibalik kesenangan yang saya rasakan terdapat begitu banyak kesulitan pula.
ADVERTISEMENT
Untuk kalimat terakhir, percaya deh merantau itu butuh kesiapan, karena kebebasan kalau tidak dibatasi oleh diri sendiri dapat merusak masa depan kamu.