Konten dari Pengguna

Keselamatan Wisatawan di Waterpark Masih Rentan, Ini Solusinya

Mikhailla Riza Manaf
Tourism Business Management Student at Universitas Indonesia
31 Maret 2025 16:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mikhailla Riza Manaf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi waterpark | sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi waterpark | sumber : pixabay.com
Liburan ke waterpark sering kali menjadi pilihan utama keluarga untuk menghabiskan waktu akhir pekan atau libur panjang. Deretan wahana air yang seru, suasana santai, dan suasana yang menyenangkan menjadikan tempat ini sangat diminati. Namun, di balik tawa riang dan percikan air, ada risiko keselamatan yang kerap terabaikan. Sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu waterpark di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyajikan temuan yang patut menjadi perhatian. Ternyata, tidak sedikit potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan wisatawan jika manajemen risiko tidak diterapkan dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Wahana Air yang Populer tetapi Penuh Risiko
Waterpark di Sleman yang menjadi lokasi penelitian merupakan destinasi populer yang menawarkan berbagai wahana menarik. Di tempat ini, pengunjung dapat mencoba berbagai permainan seperti seluncuran air tinggi, kolam ombak buatan, petualangan di arus deras, dan zona permainan anak. Meskipun semua wahana dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan, faktanya banyak risiko tersembunyi yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Penelitian yang dilakukan oleh Muchamad Rifai dan Helfi Agustin (2022) mencatat bahwa terdapat sebelas jenis aktivitas wisata utama di dalam kawasan waterpark tersebut. Dari aktivitas tersebut, ditemukan delapan kategori risiko yang sangat tinggi dan empat belas risiko tinggi. Risiko tersebut meliputi potensi tenggelam, terpeleset karena permukaan licin, terbentur pada sisi kolam atau wahana, terjatuh saat menaiki tangga, luka terbuka akibat benda tajam, hingga tertular virus atau bakteri akibat penggunaan fasilitas bersama.
ADVERTISEMENT
Salah satu kasus nyata yang ditemukan adalah cedera fraktur pada seorang anak yang terjatuh saat berlari di area tangga pintu masuk. Kejadian ini menunjukkan bahwa bahaya di tempat wisata bukan sekadar potensi, tetapi sudah terjadi dan bisa berulang jika tidak dilakukan pengendalian yang tepat.
Pendekatan Manajemen Risiko yang Digunakan
Untuk menganalisis risiko di lokasi wisata ini, para peneliti menggunakan pendekatan manajemen risiko berdasarkan standar AS NZS 4360. Pendekatan ini merupakan sistem yang banyak digunakan dalam pengelolaan risiko di berbagai sektor, termasuk sektor pariwisata. Pendekatan ini mencakup lima langkah utama yaitu: identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, dan pemantauan serta peninjauan ulang (Crume & Ramos, 2019).
Pertama, dilakukan identifikasi bahaya yang mencakup segala potensi kejadian yang bisa menyebabkan cedera fisik atau gangguan kesehatan pada wisatawan. Bahaya yang diidentifikasi termasuk bahaya fisik seperti tergelincir, bahaya biologis seperti infeksi, dan bahaya lingkungan seperti kurangnya pencahayaan atau ruang sempit yang dapat menyebabkan kehabisan oksigen.
ADVERTISEMENT
Langkah kedua adalah penilaian risiko, yaitu mengukur seberapa besar kemungkinan suatu kejadian berbahaya akan terjadi dan seberapa parah dampaknya jika benar-benar terjadi. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan matriks risiko yang memetakan tingkat risiko dari rendah hingga ekstrem.
Selanjutnya adalah evaluasi risiko, di mana pihak pengelola bersama tim peneliti memutuskan risiko mana yang perlu segera dikendalikan dan mana yang bisa ditoleransi. Ini menjadi dasar untuk menyusun strategi pengendalian risiko yang efektif dan realistis.
Strategi Pengendalian Risiko yang Dapat Dilakukan
Setelah risiko diidentifikasi dan dievaluasi, tahap selanjutnya adalah pengendalian. Dalam penelitian ini, pengendalian risiko disarankan untuk dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya:
ilustrasi soccer
Pentingnya Keselamatan dalam Daya Saing Pariwisata
ADVERTISEMENT
Keamanan dan keselamatan menjadi elemen yang tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan sektor pariwisata. Wilks dan Page (2003) menekankan bahwa wisatawan cenderung menghindari destinasi yang memiliki reputasi buruk dalam hal keselamatan. Bahkan, persepsi risiko bisa mengalahkan daya tarik estetika suatu destinasi.
World Health Organization (2006) mencatat bahwa tenggelam merupakan salah satu penyebab kematian paling sering terjadi di fasilitas rekreasi air, dan sebagian besar kasusnya terjadi di negara berpenghasilan menengah ke bawah, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya pengelola wisata, pemerintah daerah, dan masyarakat bersinergi dalam menciptakan destinasi wisata yang tidak hanya indah dan menyenangkan, tetapi juga aman dan sehat.
Kesimpulan
Keselamatan wisatawan adalah tanggung jawab bersama. Pengelola wisata bertanggung jawab memastikan setiap sudut kawasan wisata telah memenuhi standar keamanan. Pemerintah perlu hadir untuk mengatur regulasi, mengawasi implementasi, dan memberikan pelatihan keselamatan kepada pelaku wisata. Sementara itu, wisatawan juga perlu sadar akan risiko dan menaati semua peraturan yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Liburan yang aman bukanlah hal yang mustahil. Dengan pendekatan manajemen risiko yang tepat dan komitmen dari semua pihak, waterpark bisa menjadi ruang bermain yang benar-benar menyenangkan dan bebas dari rasa khawatir.
Daftar Pustaka
Crume, C. A., & Ramos, W. D. (2019). A competency analysis of waterpark aquatic professionals. International Journal of Aquatic Research and Education, 12(1), Article 9. https://doi.org/10.25035/ijare.12.01.09
Muchamad Rifai, & Agustin, H. (2022). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Wisata di Objek Wisata Waterpark di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. MPPKI: Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia, 5(5), 559–565. https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3
Wilks, J., & Page, S. J. (2003). Managing tourist health and safety in the new millennium. Elsevier Science.
World Health Organization. (2006). Guidelines for safe recreational water environments Volume 2: Swimming pools and similar environments. Geneva: WHO Press.
ADVERTISEMENT