Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
2 Tahun Absen karena Pandemi, Taman Indonesia Kaya Akhirnya Kembali Dibuka
31 Oktober 2022 16:56 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak diresmikan pada 10 Oktober 2018, Taman Indonesia Kaya memang telah menjadi ruang kreativitas bagi para seniman dalam menampilkan ragam pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat kota Semarang dan sekitarnya secara gratis. Pandemi yang melanda hampir seluruh penjuru dunia ini pun berdampak pada berbagai kegiatan di Taman Indonesia Kaya hingga akhirnya ditiadakan.
Menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, selama pandemi melanda, pihak Taman Indonesia Kaya juga melakukan perbaikan beberapa fasilitas taman agar dapat berfungsi secara optimal, sehingga ia berharap taman budaya pertama di Semarang ini menjadi tempat ruang publik dan hiburan bagi masyarakat dapat diterima dengan baik.
“Senandung di Taman menjadi pertunjukan pembuka setelah beberapa tahun terakhir ini Taman Indonesia Kaya harus terhenti untuk menyuguhkan hiburan bagi masyarakat kota Semarang karena pandemi yang melanda. Sebelumnya, Taman Indonesia Kaya kerap menghibur para penikmat seni dengan mengadakan pertunjukan rutin di tiap akhir pekan di penghujung bulan,” ungkap Renitasari dalam siaran tertulisnya.
ADVERTISEMENT
Selama kurang lebih 90 menit, Payung Teduh membawakan sembilan buah lagu antara lain Rayuan Pulau Kelapa, Sebuah Lagu, Berjalanlah, Malam, Pagi Belum Sempurna, Suar, Nanti, Diamlah, dan Resah. Payung Teduh tak sendirian ketika menghibur para penikmat seni yang memenuhi Taman Indonesia Kaya, dalam acara Senandung di Taman band alternative/indie Indonesia beraliran fusi antara folk, keroncong, dan jazz ini juga berkolaborasi dengan salah unit kegiatan mahasiswa setempat yang didirikan sejak 1998 yaitu, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (PSM UNNES).
Para penikmat seni yang didominasi oleh generasi muda ini tampak antusias melihat penampilan menarik dari keduanya di atas panggung. Sesekali para penikmat seni juga terdengar bernyanyi bersama mengikuti Payung Teduh.
ADVERTISEMENT
Marsya Ditia anggota Payung Teduh mengaku senang bisa hadir dan tampil secara langsung di Taman Indonesia Kaya. Bagi Marysa, melihat semangat dan antusiasme para penikmat seni di kota Semarang memberikan energi dan semangat tersendiri.
"Malam ini kami juga berkolaborasi dengan suara indah dan merdu dari para anggota PSM UNNES untuk membawakan dua buah lagu. Semoga penampilan kami dapat dinikmati dengan baik oleh masyarakat Semarang,” katanya.
Payung Teduh diciptakan oleh dua teman dekat yang menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk bermain musik di kantin kampus. Mereka juga menyediakan musik latar untuk Teater Pagupon di Universitas Indonesia. Pada Desember 2010, mereka memutuskan untuk merekam musik yang sering mereka mainkan di teater.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Payung Teduh mendapat respons yang luar biasa dari pendengar, terutama di sekitar Asia seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Selain Marsya Ditia, band yang sudah menghasilkan 5 album ini juga beranggotakan Alejandro Saksakame selaku drum dan perkusi, Abdul Aziz selaku bass, dan Ivan Penwyn selaku gitar dan terompet. Pada 2021, Payung Teduh juga meluncurkan single berjudul Suar.