Balas Dendam sampai Suka Metal: Alasan Mahasiswa Berambut Gondrong

14 November 2019 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mahasiswa rambut gondrong. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa rambut gondrong. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ada satu fenomena yang kerap dijumpai di kalangan mahasiswa, khususnya kaum Adam. Para mahasiswa ini memanjangkan rambut mereka sampai terlihat gondrong.
ADVERTISEMENT
Di antara alasan mahasiswa memanjangkan rambutnya ini, karena ketika SMA enggak bisa punya rambut gondrong. Sedangkan saat menjadi mahasiswa, mereka bisa lebih leluasa dalam berpenampilan.
Makanya, gondrong saat mahasiswa, seakan menjadi bentuk 'balas dendam' mereka yang selama SMA harus punya rambut cepak.
"Sejak SMA, gue suka musik metal dan rock yang identik sama rambut gondrong. Tapi, karena SMA enggak boleh, gue niatin, 'pokoknya pas kuliah harus gondrong'. Akhirnya, selama setahun gue gondrong. Wah, asyik banget, sih," kata Rizky Agung (21), mahasiswa jurusan Digital Media and Advertising yang udah gondrong dari semester 3, sampai sekarang semester 7, kepada kumparan.
Rizky Agung dok pribadi Rizky
Enggak beda jauh sama Rizky, ada juga Giovansa Putra (20) yang pengin gondrongin rambutnya karena terinspirasi band rock '70-an.
ADVERTISEMENT
"Pada saat itu, kebanyakan band berambut gondrong, dan kebetulan papa juga pernah gondrong. Punya rambut gondrong emang keinginan gue dari dulu," ujar mahasiswa semester 7 jurusan Kesejahteraan Sosial, yang udah gondrong dari awal kuliah.
Giovansa dok pribadi Gio
Selain karena keinginan dari lama, punya rambut gondrong juga menjadi bentuk ekspresi bagi mereka. Buat mahasiswa jurusan Teknik, Mudrick Fadillah (22), berambut gondrong adalah simbol perlawanan.
"Awalnya pengin gondrong karena pas mahasiswa baru pasti gaya-gayaan biar dikira anak kuliahan gitu, lho. Tapi, setelah gondrong setahun, ini jadi simbol perlawanan. Kalau ada yang jahatin, jadi enggan gitu," tutur dia.
Mudrick Fadillah dok pribadi Mudrick
Asyiknya jadi mahasiswa berambut gondrong
Dari yang awalnya buat 'balas dendam', sampai yang cuma ikutan teman, para mahasiswa ini ternyata juga menyukai berambut gondrong.
ADVERTISEMENT
Buat Gio, selama memiliki rambut gondrong, dia jadi tahu caranya merawat rambut agar tetap bersih, rapi, dan wangi. Ia juga jadi lebih perhatian sama kesehatan rambutnya.
Sementara buat Rizky, punya rambut gondrong memungkinkan dirinya memiliki bermacam gaya. "Bisa diikat, dikepang, pokoknya macem-macem. Enak gitu bisa main-mainin rambut. Hahaha," kata dia.
Bahkan, buat mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, Dwiki Ryan (22), punya rambut gondrong bikin dia dideketin sama cewek-cewek di kampus.
"Pas gondrong banyak yang bilang rambutku bagus. Anak cewek suka ngelus-ngelus atau mainin, gitu. Katanya halus, wangi, dan bersih. Hehehe," ujarnya.
Dwiki Ryan dok pribadi Ryan
Sayangnya, mahasiswa rambut gondrong masih lekat sama stereotip negatif
Terlepas dari itu, para mahasiswa berambut gondrong ini sering mendapatkan stereotip negatif dari lingkungan. Seperti Rizky yang suka kena omel ibunya karena kekeh enggak mau memotong rambutnya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sih, bukan tanpa alasan Rizky diomelin. Karena, ibunya khawatir jika masih gondrong akan sulit mendapat pekerjaan.
"Terus kelihatannya, kan, rambut gondrong itu beratakan. Nyokap takut gue enggak ada masa depan kali," ucap dia.
Sama halnya kayak Ryan. Dia sempat ditolak orang tua mantan pacarnya, karena punya rambut gondrong dan terlihat kayak preman.
"Dulu pas ketemu aku, mereka kaget dan ngomong ke mantan pacarku biar aku potong rambut. Tapi, aku bodo amat. Aku juga udah biasa dikatain kayak preman. Bahkan, sering juga dipanggil 'mba' karena mirip cewek. Aku ketawa aja," beber mahasiswa semester 7 itu.
Reporter: Aulania Silviananda