Berserah pada Keseharian dalam Film You and I

28 April 2021 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
zoom-in-whitePerbesar
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satu adegan awal dalam film You and I (2020) yang memperlihatkan dua celana panjang hitam digantung bersebelahan di sebuah dinding batu bata, telah menandakan banyak hal.
ADVERTISEMENT
Bahwa ada dua orang yang tinggal serumah yang disorot oleh film ini, hidup mereka begitu sederhana hingga dinding batu-bata itu dibiarkan tak dicat, dan tempat jemuran yang sepi itu—yang pakaian lainnya hanya terdiri dari sepasang daster dan celana dalam—menandakan hidup keduanya tak berjalan neko-neko.
Kaminah dan Kusdalini telah dijebloskan ke penjara sejak mereka berusia 17 dan 21 tahun. Keduanya yang bergabung dalam sebuah grup paduan suara di saat masih pelajar dianggap sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI)—dan dengan begitu saja mereka, bersama dengan jutaan orang Indonesia lainnya, mendapatkan cap ‘tahanan politik’ tanpa pernah melewati pengadilan.
Namun, terlepas dari masa lalu keduanya yang begitu kelam, itu bukanlah hal utama yang akan kita lihat dalam film dokumenter You and I.
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
Selain keterangan di awal film yang menginformasikan latar belakang Mbah Kam dan Kus, panggilan akrab keduanya, film yang disutradarai oleh Fanny Chotimah ini sekilas tak ubahnya menampilkan aktivitas dua orang lanjut usia biasa: bagaimana keduanya mengisi hari-hari dengan mencuci dan menjemur baju, menggoreng kerupuk untuk dijual, kemudian menonton televisi di sore hari untuk mencari tahu berita terkini.
ADVERTISEMENT
Percakapan-percakapan mereka tak jauh dari perkara kematian, dan mereka seringkali mencoba bercanda tentangnya. Ini mengingatkan kita dengan bagaimana sepasang suami istri pada film pendek Wan An (2012) juga melakukan hal serupa.
Dalam You and I, Kaminah bilang, “Jangan mau diajak mereka”, ketika Kusdalini bercerita bahwa ia bertemu teman-temannya yang sudah meninggal di mimpi.
“Bilang kalau kamu masih ingin membungkus kerupuk," lanjut Kaminah.
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
Sementara itu, dalam Wan An, pasangan itu mengusili satu sama lain dengan berpura-pura mati.
Serupa dengan You and I pula, Wan An banyak menyorot aktivitas pasangan tersebut di rumah, berdua saja: mencuci baju, menonton TV, bermain mahjong.
You and I dan Wan An sama-sama hendak memperlihatkan dunia orang lanjut usia yang sepi—di mana mereka hanya punya satu sama lain. Kematian begitu dekat, tetapi juga asing, hingga cara mereka memproses itu adalah dengan yang familiar: bergurau.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan menyandingkan You and I dan Wan An pula, kita jadi bisa paham bahwa You and I menambahkan satu lapisan baru dalam filmnya.
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
Film ini, terlepas dari rutinitas Mbah Kus dan Mbah Kam yang itu-itu saja, tak pernah melupakan fakta bahwa keduanya adalah penyintas 65. Kehidupan mereka di masa kini akan terus dipengaruhi oleh masa lalu mereka.
You and I memperlihatkan bahwa masa lalu itu tak datang dan pergi begitu saja, melainkan telah menjadi bagian dari keseharian mereka pula.
Proses Mbah Kam dan Mbah Kus menghadapi itu tak sekadar seperti mendatangi sebuah forum. Hal ini ditekankan oleh film dengan tak memberikan perlakuan spesial terhadap partisipasi Mbah Kus dan Mbah Kam dalam sebuah diskusi yang membahas keberjalanan proses pengadilan korban-korban tragedi 1965.
ADVERTISEMENT
Setelah forum berakhir, You and I kembali menyorot aktivitas Mbah Kam dan Mbah Kus seperti biasa yang masih tidak jauh-jauh dari menjual kerupuk, mencuci dan menjemur baju, dan Mbah Kus yang sesekali mengeluh lututnya sakit kepada Mbah Kam.
Hidup mereka lebih dari sekadar forum: perjuangan untuk mendapatkan keadilan itu kalah mendesak dari atap rumah yang bocor yang butuh diperbaiki secepatnya.
Di satu sisi, dengan fokus menyorot keseharian mereka, film punya prioritasnya sendiri: ada keinginan untuk memperlihatkan Mbah Kus dan Mbah Kam lebih dari sekadar korban.
Mereka adalah dua perempuan yang punya kepribadiannya masing-masing: Mbah Kam yang tak banyak bicara, tetapi juga jadi yang paling sigap dalam mengurus rumah dan memperhatikan kebutuhan Mbah Kus, dan Mbah Kus yang tidak bisa diam dan senang senyum-senyum sendiri.
ADVERTISEMENT
Wujud kasih sayang mereka ke satu sama lain juga banyak disorot oleh film, misalnya, lewat kamera yang terus menyorot foto mereka berdua yang terpajang di berbagai sudut rumah: di meja dekat pintu keluar, di rak tempat mereka menyimpan hiasan dan foto-foto, ataupun ditempel di kulkas.
Di lapisan lainnya, film juga hampir tak pernah membiarkan keduanya terpisahkan bahkan oleh bingkai kamera sekalipun—kebanyakan shot dalam film memperlihatkan antara mereka berinteraksi dengan satu sama lain, atau bagaimana Mbah Kus menginterupsi Mbah Kam yang sedang berbicara di depan kamera.
Namun, di sisi lain, You and I menolak mencerabut kisah keduanya dari konteks sejarah.
Lebih dari forum, manifestasi dari masa lalu itu berarti Mbah Kus yang mengidap demensia berkali-kali menanyakan tentang kerabat-kerabatnya sesama penyintas 65 yang telah meninggal dunia. Atau bagaimana keduanya yang rajin mengikuti berita lewat televisi bisa dengan kasualnya menunjuk adegan orang yang hendak ditembak di dalam acara TV sebagai, “Itu teman-teman kamu yang sedang ditembaki".
Film You and I dok IG bioskoponlineid
Lewat cerita Mbah Kam, kita tahu bahwa penentuan jangka waktu hukuman penjara bagi mereka—yang tak jelas dasarnya—menjadi pengalaman traumatik sendiri bagi Mbah Kam yang saat itu mesti berpisah oleh Mbah Kus karena ia mesti menjalani masa hukuman lebih lama.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan kisah-kisah traumatik masa lalu mereka yang, seperti atap bocor, selalu mengusik keseharian mereka: ada kegetiran dalam diri Mbah Kam ketika ia menyinggung soal Soeharto, atau fakta bahwa ingatan Mbah Kus yang semakin memudar juga menjadi pengingat bagi mereka bahwa ada hal-hal di luar kuasa yang membuat nasihat 'Jas Merah' (jangan sekali-sekali melupakan sejarah) dari Soekarno tak bisa sepenuhnya mereka tunaikan.
Maka, terlepas dari seberapa erat dan manis hubungan antara Mbah Kam dan Mbah Kus, kalimat “Kita hanya punya satu sama lain” yang diucapkan oleh Mbah Kam juga adalah pengingat bahwa mereka adalah dua orang yang disingkirkan.
Bahwa ada hal-hal di luar kendali yang membuat mereka, dua perempuan bertalenta yang telah membuktikan kemampuan menyanyinya di tingkat kecamatan hingga kabupaten, berakhir di sebuah rumah sempit dengan lantai tak berubin dan atap yang bolong hingga di usia senja mereka.
Kaminah dan Kusdalini dok Bioskop Online
Dalam keseharian mereka yang tak begitu berbeda dengan orang lanjut usia lainnya, You and I memperlihatkan Mbah Kus dan Mbah Kam sebagai orang-orang yang berhasil selamat.
ADVERTISEMENT
Tetapi, selamat juga bukan berarti mereka terlepas sepenuhnya dari masa lalu kelam itu. Sebagaimana luka yang sudah lama kering tetapi masih menyisakan bekas perjalanan mereka bukan lagi mengendap-endap atau menyembunyikan identitas dari orang-orang di sekitar mereka.
You and I juga tidak memperlihatkan mereka sebagai orang-orang yang sedang dalam pelarian—yang selalu awas dan punya kekhawatiran diri mereka sedang diintai.
Mbah Kus dan Mbah Kam hanya berusaha bertahan hidup dengan apa yang tersisa di mereka—termasuk berproses merelakan kehilangan satu sama lain.

Film You and I Tayang di Bioskop Online

Kisah perjalanan Mbah Kus dan Mbah Kam, bisa disaksikan melalui aplikasi Bioskop Online yang dapat diunduh gratis di App Store dan Google Play Store, hanya dengan Rp 10 ribu.
ADVERTISEMENT
Penulis: Permata Adinda