Cerita Berth Lolos Beasiswa Chevening & Kuliah S2 di Inggris meski Pernah Gagal

25 Oktober 2021 11:12 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Inggris Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Inggris Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Chevening merupakan beasiswa dari pemerintah Inggris yang memberi kesempatan kepada pelajar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, kuliah S2 di negara tersebut selama setahun.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelajar Indonesia yang mendapat kesempatan kuliah S2 di Inggris adalah Berth Phileinta Ginting. Berth diterima di jurusan Energy and Sustainability di University of Southampton.
Mahasiswa berusia 26 tahun ini mengatakan, dia tertarik mencoba Chevening karena selain bermimpi kuliah di Inggris, Berth menilai program beasiswa tersebut juga dapat memperluas networking-nya.
"Aku tahu Chevening ini yang daftar dari seluruh negara. Jadi aku punya privilege (mengenal) sesama penerima beasiswa. Apalagi aku ambilnya (kuliah) di Energi, ya. Aku ketemu teman-teman bahkan alumni Chevening dan bisa berdiskusi langsung dengan orang-orang hebat," tuturnya kepada kumparan.
Setelah lulus S1 dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) di 2017 dan bekerja selama tiga tahun di perusahaan energi, Berth memberanikan diri mendaftar Chevening.
ADVERTISEMENT
Sambil bekerja, dia juga melakukan riset dan persiapan untuk mengikuti seleksi. Berth menilai informasi seputar Chevening mudah diakses, baik secara digital maupun lewat acara yang digelar Kedutaan Besar Inggris.
"Tapi aku daftarnya mepet, ya, hasilnya juga minim dan enggak diterima saat itu. Pertama kali daftar enggak diterima dan bahkan enggak sampai tahap wawancara," kenang Berth.

Tetap Berjuang hingga Lolos Beasiswa Chevening

Berth dok istimewa
Walau belum berhasil, Berth enggak mau menyerah begitu aja. Dia terinspirasi dan termotivasi cerita-cerita penerima Chevening lainnya yang bahkan pernah gagal hingga tujuh kali tapi tetap berusaha.
Berth yang justru makin penasaran dan tertantang, kembali mempersiapkan diri selama sekitar sembilan bulan buat mengikuti Chevening di 2020. Kali ini persiapannya berbeda dan lebih matang. Dia juga berkesempatan mendapatkan mentoring dari alumni, meski enggak menjamin lolos beasiswa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dari pengalamanku, probability-nya dari 5 ribu orang Indonesia yang mendaftar Chevening, yang short listed itu 100-200 orang. Di bawah 10 persen, ya, cukup kecil. Ini sangat kompetitif," kata Berth.
"Ada teman-temanku yang hebat exposure-nya ke luar negeri, tapi enggak short listed. Jadi, 'kan, sebenarnya yang dicari Chevening itu bukan semata-mata memiliki pencapaian tertentu. Tapi gimana sebagai calon penerima menggunakan beasiswa ini untuk lebih mengasah diri dan berdampak kepada orang lain," lanjutnya.
Meski telah melewati seleksi esai dan wawancara, saat itu Berth masih dibuat deg-degan. Dia harus menunggu statusnya sebagai reserved candidate bisa di-upgrade menjadi selected candidate.
"Aku nanya-nanya ke pelamar tahun sebelumnya, katanya enggak ada reserved candidate yang di-upgrade. Tapi balik lagi aku percaya setiap kejadian ada hikmah dan ada jalan dari Tuhan. Aku orangnya pantang menyerah, aku tetap menaruh harapanku," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, penantian dan perjuangan Berth membuahkan hasil manis. Dia lolos beasiswa Chevening dan sudah memulai perkuliahannya di Inggris sejak awal Oktober 2021.

Pendaftaran Chevening 2022

Pendaftaran beasiswa Chevening 2022/2023 dibuka hingga 2 November 2021, dan dapat diakses di https://www.chevening.org/scholarship/indonesia/.
Program ini cukup inklusif karena menawarkan beasiswa penuh untuk kuliah di universitas di Inggris mana saja, dengan jurusan kuliah apa saja. Chevening juga terbuka bagi semua usia.
Cakupan beasiswanya di antaranya tunjangan hidup bulanan, biaya perjalanan pulang-pergi Inggris dan Indonesia, biaya tesis, biaya visa, sampai dana perjalanan untuk menghadiri acara Chevening di Inggris.