Cerita Pelajar Inspiratif yang Pantang Menyerah Hadapi Pandemi

20 Agustus 2021 10:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelajar sekolah menengah atas (SMA) sedang belajar bersama. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelajar sekolah menengah atas (SMA) sedang belajar bersama. Foto: Shutterstock
Pandemi COVID-19 memaksa kita untuk cepat beradaptasi, baik di sektor ekonomi, bisnis, hingga pendidikan. Ya, sudah lebih dari setahun pelajar Indonesia harus mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah masing-masing.
Di sisi lain, terbatasnya ruang gerak kerap jadi penghambat yang membuat proses belajar mengajar kurang maksimal. Mulai dari keterbatasan perangkat untuk mengakses kelas, sulitnya koneksi internet, hingga minimnya pengawasan yang membuat pelajar jadi kurang fokus.
Namun kondisi tersebut justru berbeda dengan pelajar inspiratif berikut ini. Situasi pandemi tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus berjuang mengembangkan diri dan memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Di sela-sela melaksanakan kewajibannya untuk menempuh PJJ, mereka juga pantang menyerah membantu sesama melalui berbagai inovasi. Siapa saja?

Inovasi drone dari barang bekas hingga hand sanitizer otomatis untuk sekolah

Berawal dari rasa suntuk akibat harus di rumah aja selama pandemi, siswa MAN 2 Kota Kediri, Azhar Syahrudin, berhasil membuat drone yang sebagian komponennya dari barang bekas.
Proyek ini sebenarnya sudah Azhar kembangkan sejak setahun lalu namun sempat terhenti. Setelah imbauan PJJ, ia pun memanfaatkan waktu luangnya setelah belajar untuk melanjutkan proyeknya ini.
Murid kelas XII SMA ini mengambil chip dari remote control atau matrix yang sudah tidak terpakai, kemudian menyetelnya ulang agar bisa digunakan di drone buatannya. Frame drone juga terbuat dari limbah plastik yang dibakar lalu dicetak menyesuaikan ukuran drone agar performanya maksimal saat diterbangkan.
Muhammad Azhar Syahruddin mengambil rangkaian remote kontrol televisi bekas untuk diprogram ulang sebagai chip kontrol drone. Foto: Antara Jatim/Prasetia Fauzani/zk
Drone yang dibuat Azhar juga bisa dibilang ramah lingkungan. Dalam pengoperasiannya, drone tersebut menggunakan tenaga baterai dari kandungan asam pohon pepaya yang diubah menjadi tenaga listrik.
Selain mengisi waktu luang, ada niat kemanusiaan di balik pembuatan drone ramah lingkungan ini. Azhar menuturkan, drone yang dirancangnya dapat digunakan sebagai server untuk menangkap sinyal hingga satu kilometer dengan ketinggian 350-400 meter di daerah yang sedang terjadi bencana alam. Dengan begitu, komunikasi tetap bisa berjalan tanpa terkendala sinyal yang terputus.
Bergeser ke Sragen, Jawa Tengah, empat siswa SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen pun tidak tinggal diam melihat kondisi pandemi yang semakin mengkhawatirkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler robotik yang mereka ikuti, Aji Putra Agustian, Andika Insan Kamil, Fadhil M. Alim, dan Zakky Putra Maulana, membuat mesin hand sanitizer otomatis yang akan mengeluarkan cairan tanpa harus disentuh.
Sambil belajar di rumah, Aji, Andika, Fadhil, dan Zakky berkolaborasi membuat alat hand sanitizer otomatis. Foto: dok. SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen.
Komponen alat bekerja dengan pemrograman di komputer. Caranya, alat hand sanitizer disematkan sensor ultrasonik sehingga saat telapak tangan didekatkan pada hand sanitizer, sensor akan mengeluarkan sinyal dan menghasilkan tekanan ke tuas botol.
Inovasi empat siswa ini pun mendapat apresiasi dari pihak sekolah hingga pemerintah daerah Sragen. Bahkan pihak SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen berencana memasang alat hand sanitizer tersebut di sudut sekolah sebagai salah satu bentuk penerapan protokol kesehatan.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, pun merasa bangga atas inovasi ini. Menurutnya, apa yang dilakukan empat siswa tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap kondisi dan situasi saat ini. Kusdinar pun telah menerima alat hand sanitizer otomatis yang akan ditempatkan di kantor pemerintah daerah setempat.
Inovasi yang dibuat oleh Azhar dari MAN 2 Kota Kediri dan Aji, Andika, Fadhil, dan Zakky dari SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen merupakan cerminan generasi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia, gotong royong, kritis, mandiri, kreatif, dan berkebinekaan global.
Mereka juga membuktikan bahwa berbagai keterbatasan bukannya menjadi penghambat, justru memicu semangat untuk bersama-sama bangkit dan saling memberikan kepedulian terhadap sesama. Hal ini sesuai dengan tema peringatan Hari Kemerdekaan ke-76 yang jatuh pada 17 Agustus 2021, yaitu ‘Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’.
Tidak hanya mereka, seluruh pelajar Indonesia juga bisa ikut mengobarkan semangat ‘Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’ meski di rumah aja. Mulai dari hal terkecil seperti belajar dengan sungguh-sungguh sebagai perwujudan generasi Pelajar Pancasila, saling membantu sesama yang berada dalam kesulitan, dan patuh terhadap protokol kesehatan agar Indonesia semakin dekat untuk ‘merdeka’ dari pandemi.
Kalau kamu, bagaimana?