Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Dulunya Pemulung Sampah, Sekarang Cowok Ini Bisa Kuliah di Harvard Law School
15 Juli 2020 7:34 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:06 WIB

ADVERTISEMENT
Namanya Rehan Staton. Dulunya dia mengais rejeki dengan memungut sampah. Tapi kini, ia bisa kuliah di salah satu kampus paling bergengsi di dunia, Harvard Law School.
ADVERTISEMENT
Staton menghabiskan waktu bertahun-tahun bangun di pagi buta, dan berjam-jam mengumpulkan sampah untuk Bates Trucking & Trash Removal.
Cowok 24 tahun itu rela menjalani hari-hari yang berat demi membantu ayahnya. Sejak kecil, ayah Staton merawat dirinya dan kakaknya sendirian.
"Ibuku meninggalkan kami ke Sri Lanka. Aku mungkin terlalu kecil buat mengetahui apa yang terjadi, tapi aku tahu itu buruk," ujarnya, dikutip dari People.
Keadaan semakin sulit buat Staton, saat ayahnya kehilangan pekerjaan. Sang ayah harus bekerja tiga pekerjaan agar keluarganya bisa bertahan hidup.
"Aku jadi jarang ketemu ayah dan masa kecilku sangat kesepian. Kesulitan ekonomi ini juga menyebabkan kami sering enggak makan dan hidup tanpa listrik," kenang dia.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, Staton bisa berprestasi di sekolah dan berlatih sebagai petinju profesional. Namun mimpinya sebagai petinju harus usai setelah mengalami cedera di bahu.
Saat dia enggak bisa melanjutkan pendidikan, Staton memilih untuk bekerja sebagai petugas kebersihan. Di sinilah hidupnya mulai berubah.
Suatu ketika, atasannya mendengar kisah Staton dan mempertemukannya dengan profesor di Bowie State University. Ia lalu ditawarkan kuliah di sana.
Kemudian, Staton pindah ke University of Maryland dan tertarik kuliah hukum. Tapi di tengah pendidikannya, ayah Staton terkena strok yang memaksanya kembali memungut sampah untuk membiayai keluarga, sambil lanjut sekolah.
Sehabis lulus pada 2018, Staton mengambil pekerjaan sebagai analis di perusahaan konsultan di Washington D.C, Amerika Serikat.
Karena tertarik pada bidang hukum, ia mendaftar dan diterima di universitas-universitas bergengsi. Kayak Columbia University, University of Pennsylvania, University of Southern California, dan Pepperdine University.
ADVERTISEMENT
Staton juga masuk waitlist di Georgetown University, New York University, University of California, Berkeley, dan UCLA.
Tapi akhirnya, ia memilih Harvard Law School dan akan memulai kuliah pada musim gugur ini, atau sekitar September 2020. Untuk biaya kuliah, Staton dapat bantuan dari banyak orang yang telah menggalang dana di GoFundMe sampai lebih dari USD 46 ribu atau sekitar Rp 662 juta.
"Saat aku melihat kembali pengalamanku dulu, aku suka berpikir bahwa aku enggak berhenti berusaha meski keadaan sulit. Setiap masalah yang aku alami memaksaku untuk keluar dari zona nyaman. Aku sungguh beruntung bisa mendapatkan support system yang baik dan selalu membantuku," tutur mahasiswa Harvard itu.