Fenomena Meme: Ada yang Lucu Hingga Gengges

4 Juni 2020 10:03 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-meme Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-meme Foto: Shutterstock
Jika kamu cukup intens menghabiskan waktu di media sosial, kamu pasti akrab dengan video-video receh berdurasi singkat atau gambar dengan teks yang mengundang gelak tawa. Ya, selera humor milenial dan generasi setelahnya terkurasi dan terekam dengan baik di media sosial.
Bicara soal humor yang disenangi lintas generasi, meme menjadi salah satu bentuk humor yang digemari, terutama di era digital saat ini. Lihat saja deretan meme "The Girlfriend Vs Other Girl" yang banyak diunggah oleh orang-orang dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
com-Salah satu meme The Girlfriend Vs Other Girl" yang banyak diunggah oleh orang-orang dari berbagai negara. Foto: dok. malaymail
Membuat orang terhibur dan tertawa adalah salah satu tujuan dari sebuah meme, seperti arti harfiahnya, yakni gambar buatan sendiri dari hasil modifikasi dengan menambahkan kata atau tulisan untuk melucu dan menghibur. Selain itu, isi lawakannya yang berelasi dengan kehidupan nyata dan mudah sekali diadaptasi dan diaplikasikan ulang, membuat “budaya meme” dengan mudah dan pesat diterima oleh kalangan muda hingga dewasa.
Kini internet telah dipenuhi meme, dari Grumpy Cat hingga Batman yang menampar Robin, hingga papan dan Ice Bucket Challenge. Bahkan fenomena meme juga melahirkan situs-situs populer seperti 9Gag dan Know Your Meme.
Meme juga banyak jenisnya, dan setiap hari nyaris selalu ada saja materi baru yang meme-able. Tapi dari banyaknya jenis meme saat ini dan berapa banyak jenis meme yang akan muncul di masa depan, Apakah meme selalu bisa mengundang gelak tawa? Tentu saja tidak semuanya lucu. Ada saja meme yang, alih-alih lucu, justru malah gengges—mengganggu hingga membuat kesal. Mengapa? jawabannya mencakup tiga kriteria yang diidentifikasi oleh ahli biologi evolusi Richard Dawkins.
Dikutip thoughtco, sarjana Inggris Richard Dawkins menciptakan istilah meme pada tahun 1976 dalam bukunya berjudul The Selfish Gene. Menurut Dawkins, ada tiga faktor yang membuat meme yang sukses, shareable, lucu tidak mengganggu; copy-fidelity, fecundity, dan longevity. Lantas apa arti dari ketiga tersebut?
Sosiolog yang telah telah mengajar dan meneliti di berbagai institusi termasuk di University of California-Santa Barbara, Pomona College, and University of York, Dr. Nicki Lisa Cole dalam tulisannya berjudul Why Are Some Memes Funny While Others Fall Flat? mengatakan, "agar sesuatu menjadi meme, sesuatu itu harus ditiru. Ini berarti banyak orang yang harus dapat melakukannya atau membuatnya kembali,” ujar Dr. Cole.
Dr. Cole menjelaskan, The Ice Bucket Challenge —yang menjadi viral di media sosial selama musim panas 2014 di berbagai negara— adalah contoh dari copy-fidelity yang menurut Dawkins diperlukan untuk membuat meme; mudah ditiru, mudah diingat, dan membuat orang ingin membuatnya.
Sementara fecundity, Nicki menjelaskan, meme harus menyebar dengan cukup cepat agar dapat bertahan dalam suatu budaya. Video lagu pop penyanyi Korea PSY “Gangnam Style" misalnya. Video ini menjadi viral dalam beberapa hari setelah dirilis pada 2012 hingga banyak orang membuat video parodinya dan video reaksi. Video “Gangnam Style” mempunyai fecundity yang menurut Dawkins sangat dibutuhkan untuk membuat meme, di mana penyebaran, replikasi, dan distribusinya harus sangat cepat.
Terakhir, meme harus memiliki umur panjang atau kekuatan untuk bertahan (longevity). Nicki memberi contoh apa yang dimaksud longevity. Ia mencontohkan dialog dalam film "Lord of the Rings" tahun 2001. Meski sudah 19 tahun, film itu punya daya tahan (longevity) terbukti dari meme bertuliskan One Don't Not Simply telah disalin, dibagikan, dan diadaptasi berkali-kali hingga saat ini.
com- meme One Don't Not Simply Foto: dok. makeameme.org
Lalu seperti apa contoh meme yang mempunyai faktor yang dimaksud oleh Dawkins? Nicki mengatakan, The Be Like Bill memiliki contoh meme dengan ketiga faktornya: copy-fidelity, fecundity, dan longevity. Meme ini menjadi populer hingga tahun 2015 dan memuncak pada awal 2016.
com- Salah satu Meme Be Like Bill Foto: dok. fanpage facebook Be Like Bill
Meme Be Like Bill memenuhi kebutuhan budaya untuk melampiaskan rasa frustasi dengan kehidupan sehari-hari hingga hal-hal menyebalkan yang kerap dilakukan banyak orang di media sosial. Meme ini membuat banyak orang meniru, menge-share, dan punya kekuatan untuk bertahan lama.
Meme Be Like Bill merupakan bukti keberhasilan pencipta dalam menerapkan tiga kriteria untuk membuat meme menurut Dawkins, sampai-sampai meme ini memiliki facebook fanpage dengan 15 ribu pengikut dan 19 ribu image post dengan hashtag #belikebill di Instagram.
Bagaimana? tertarik untuk membuat meme?
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan by.U