news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Greta Thunberg dan Cerita Awal Mula Perjuangannya Melawan Krisis Iklim

23 September 2019 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis lingkungan dari Swedia, Greta Thunberg. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis lingkungan dari Swedia, Greta Thunberg. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan menjadi isu serius yang genting untuk ditangani. Salah satu anak muda yang giat menyuarakan pendapatnya soal isu iklim ini, yaitu Greta Thunberg.
ADVERTISEMENT
Usianya baru 16 tahun. Dia adalah aktivis lingkungan asal Swedia yang kini menggerakkan jutaan orang dari seluruh dunia untuk melakukan kampanye krisis iklim. Tujuan Greta satu, mengajak orang menyelamatkan bumi sebelum terlambat.
Awalnya, Greta enggak terlalu memperhatikan krisis iklim yang terjadi di dunia. Tapi ketika berusia 8 tahun, dia diminta orang tuanya untuk hemat listrik dan enggak menggunakan kertas secara berlebihan, demi mencegah perubahan iklim.
Hal ini membuat dia bertanya-tanya. Kok, bisa, ya, manusia mengubah iklim bumi?
Mulai dari diri sendiri
Riset mendalam tentang krisis iklim yang sedang terjadi pun dilakukannya. Selama 6 tahun dia mencari pengetahuan tentang apa yang sedang dialami bumi, sebelum akhirnya turun ke jalan pada usia 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Greta divonis dokter mengidap sindrom Asperger, Obsessive-compulsive disorder (OCD), dan gangguan kecemasan akut. Meski begitu, semangatnya enggak surut.
“Aku emang beda, tapi dengan perbedaan yang aku punya, aku anggap ini adalah hadiah. Aku jadi melihat sesuatu dari kacamata lain. Kalau aku kayak orang pada umumnya, mungkin aku enggak pernah mau buat kampanye seperti ini,” ujar dia, dikutip dari BBC.
Greta Thunberg dok Instagram @gretathunberg
Agustus 2018 menjadi awal Greta melaksanakan kampanye 'Climate Strike' secara rutin, sendirian. Dia bolos sekolah tiap Jumat untuk demo di depan gedung Parlemen Swedia.
Dia bawa poster bertuliskan 'School strike for the climate' yang artinya 'Mogok sekolah demi iklim'. Dia juga membagikan pamflet yang menyindir orang dewasa karena enggak bisa mengambil langkah buat mengamankan masa depan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Bagi Greta, langkah ini jadi pilihan tepat karena dia masih duduk di bangku sekolah. Ia percaya aksi bolosnya bisa diketahui dan diikuti anak-anak lain.
Menjadi remaja yang berpengaruh
Benar aja. Lama-kelamaan, aksi Greta diikuti oleh anak-anak lain yang bolos dan demo krisis iklim. Atas aksinya yang kian viral, pada Desember 2018, Greta diberi kesempatan untuk pidato di '2018 United Nations Climate Change Conference' di Polandia.
“Krisis iklim adalah krisis kemanusiaan terparah yang manusia harus hadapi. Dan kita harus sadar dan cepat tanggap buat mengurangi emisi demi menyelamatkan apa yang kita bisa selamatkan dari Bumi,” kata Greta di konferensi tersebut, seperti dilansir Business Insider.
Tiga bulan setelah pidatonya itu, sebanyak 1,5 juta anak dari 123 negara melakukan protes ke pemerintah negara mereka dengan turun ke jalan dan bolos sekolah.
Protes mendesak penanganan kerusakan iklim dok Instagram @gretathunberg
Protes mendesak penanganan kerusakan iklim dok Instagram @gretathunberg
Tujuan mereka untuk meminta pemerintah lebih serius membuat aturan agar krisis iklim bisa diatasi, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Pada 24 Mei 2019, Greta kembali menggerakkan masyarakat Swedia untuk demo meminta pemerintah serius menangani kasus krisis iklim.
“Manusia cuma bisa lahir di bumi dan kita bakal menghadapi krisis iklim ini seumur hidup kita, begitu juga anak cucu kita. Dan kita, enggak mau menerima ini. Kita demo karena kita mau masa depan yang lebih baik,” seru Greta.
Diakui dunia
Atas aksinya yang menginspirasi jutaan orang dari seluruh dunia, Greta dinominasikan untuk 'Nobel Peace Prize 2019' oleh pemerintah Norwegia selaku penyelenggara Nobel.
“Dia berhasil menggerakkan orang-orang buat sadar kalau krisis iklim itu nyata dan bisa berakibat terjadinya perang, konflik berkepanjangan, dan pengungsi akibat tanah yang enggak layak untuk ditinggali,” ujar Freddy André Øvstegård, politisi sosialis Norwegia kepada The Guardian.
ADVERTISEMENT
Si bungsu dari dua bersaudara ini juga diundang jadi pembicara dalam 'UN Youth Climate Summit', 21 September lalu di New York, Amerika Serikat.
Ada yang menarik dalam perjalanannya dari daratan Eropa ke Amerika. Ia enggak mau naik pesawat demi mengurangi emisi gas buangan.
Maka Greta mendapat pinjaman kapal laut tanpa emisi dari Boris Herrmann, seorang berkebangsaan Monaco pemiliki kapal Malizia II.
Kapal laut ini disebut sangat ramah lingkungan dan enggak mengeluarkan emisi sama sekali karena digerakkan oleh tenaga matahari dan angin serta listrik sebagai cadangannya.
Menggerakkan jutaan massa
Semua pun sepakat bahwa Greta memberi inspirasi. Hal ini terlihat dalam dalam gerakan 'Global Climate Strike' pada Jumat (20/09) yang diikuti oleh jutaan orang di penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
“Kemarin, jutaan orang, khususnya anak muda, dari seluruh dunia turun ke jalan, meminta pemerintah dan masyarakat agar lebih serius menyikapi krisis iklim. Kita buktikan kalau kita bersatu dan kita enggak bisa dihentikan untuk menyuarakan ajakan menghentikan perubahan iklim ini,” tutur Greta.
Anak-anak muda Indonesia turut turun ke jalan dalam aksi bertajuk 'Jeda untuk Iklim'. Ribuan orang berkumpul di Taman Aspirasi Monas, Jakarta Pusat, untuk menyuarakan tuntutan mereka ke pemerintah, agar lebih memperhatikan lagi isu lingkungan.
Reporter: Stefanny Tjayadi