Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kelompok Studi Polimer ITB Jelaskan Penelitian soal Standar BPA
27 Agustus 2024 21:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sempat ramai berita simpang siur tentang bahaya Bisphenol-A (BPA) bagi kesehatan. Sebagian besar masyarakat pernah mendengar BPA, tapi mungkin hanya segelintir yang benar-benar paham apa itu BPA.
ADVERTISEMENT
BPA merupakan senyawa kimia yang pertama kali dibuat pada 1891, dan telah digunakan secara luas. Selain digunakan dalam produk kemasan pangan, BPA juga ditemukan dalam berbagai produk sehari-hari lainnya seperti tambal gigi, makanan dan minuman kaleng, serta kertas termal yang digunakan untuk struk belanja.
Pada air minum khususnya dengan kemasan galon berbahan polikarbonat, belum ada kasus penyakit maupun masalah kesehatan yang terkait langsung dengan kontaminasi BPA. Padahal air minum kemasan galon berbahan polikarbonat diproduksi sesuai aturan serta standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Untuk memperkuat hal tersebut, Kelompok Studi Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB ) melakukan penelitian independen uji keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat (PC) dari berbagai merek ternama di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian menunjukkan semua sampel air galon yang diuji terbukti aman dikonsumsi, sesuai dengan standar dan regulasi yang ditetapkan pemerintah.
Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc. Ph.D selaku Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB menegaskan semua sampel air minum yang diuji bebas kandungan zat berbahaya, salah satunya yaitu BPA.
“Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji. Artinya, kadar BPA masih sangat aman, berada jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan otoritas keamanan pangan nasional dan internasional, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), BPOM, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),” kata Zainal.
Paparan BPA dari penggunaan galon air minum yang dikonsumsi sehari-hari masih berada dalam batas aman. Batas aman BPA menurut Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), adalah 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari, sedangkan penelitian terbaru dari Kelompok Studi Polimer ITB menunjukkan paparan BPA tidak terdeteksi dalam sampel air kemasan galon.
Sementara penelitian dilakukan dengan menggunakan alat ukur canggih yaitu High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang dikenal karena ketepatan akurasinya, dengan nilai Limit of Detection (LoD) sebesar 0,0099 mikrogram per liter (mcg/L), jauh lebih kecil dari batas aman BPA yang ditetapkan regulasi.
ADVERTISEMENT
“Sebagai analogi, BPA dalam air akan berbahaya jika kita mengonsumsi 10.000 liter air atau setara lebih dari 500 galon air minum (19 liter) dalam sekali minum. Suatu yang mustahil. Oleh karena itu, konsumen tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dari galon setiap hari,” tambah Aswin.
Sejalan dengan temuan tim ITB, Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono, M.Epid, SpPD-KEMD selaku dokter spesialis penyakit dalam dengan subspesialis endokrinologi, metabolisme, dan Ddabetes, menjelaskan sejauh ini belum ada penelitian yang secara pasti membuktikan BPA menyebabkan gangguan kesehatan.
"Saya tegaskan bahwa sampai saat ini, belum ada bukti kuat atau data ilmiah yang cukup untuk menyatakan bahwa BPA dapat menyebabkan masalah kesehatan, baik itu gangguan hormonal atau bahkan diabetes," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian yang ada saat ini, membuktikan BPA ketika masuk ke dalam tubuh akan didetoksifikasi oleh hati, dibuang menjadi urine dan feses, sehingga zat tersebut tidak masuk ke dalam sistem peredaran darah. Artinya, sejumlah kecil BPA yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya bagi kesehatan.
Terkait temuan tim ITB, Zainal memaparkan penelitian ini merupakan bagian dari upaya mengedukasi masyarakat mengenai kualitas dan keamanan AMDK yang berbasis pada serangkaian uji ilmiah yang ketat, tepercaya dan independen.
“Apa pun jenisnya, semua galon yang beredar di pasaran harus diperlakukan dengan baik dan benar, termasuk memastikan galon tidak terpapar suhu ekstrem, yaitu di atas 150 derajat celsius. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat tidak perlu khawatir mengkonsumsi air kemasan galon,” tutup Zainal.
ADVERTISEMENT
Live Update