Kisah Riska, Anak PMI asal Sulawesi Berhasil Lolos Beasiswa ke Kanada

12 Juli 2022 8:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Riska, anak TKI yang dapat beasiswa ke luar negeri. Foto: pusatprestasinasional.kemdikbud.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Riska, anak TKI yang dapat beasiswa ke luar negeri. Foto: pusatprestasinasional.kemdikbud.go.id
ADVERTISEMENT
Seorang siswi asal Sulawesi yang merupakan anak dari seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia terpilih menjadi awardee Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dan dapat melanjutkan pendidikan tingkat S1-nya ke Univeristy of British Columbia di Kanada.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, Riska tinggal Riska memang tinggal di Malaysia karena ikut dengan orang tuanya yang bekerja sebagai PMI. Ayahnya sendiri bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya merupakan ibu rumah tangga yang sebelumnya juga pernah bekerja di Malaysia sebagai teller.
Sebelum berhasil mendapatkan beasiswa, Riska sempat beberapa kali gagal di gelombang pertama. Saat itu, ia sudah memperoleh Letter of Acceptance (LoA) dari Univeristy of Michigan, United States, namun ia belum berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Tak menyerah begitu saja, saat gelombang kedua dibuka, Riska pun mulai memaksimalkan kesempatannya dalam membuat esai, meraih skor TOELF/IELTS, serta menyiapkan segala dokumen lain yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat.
Riska bercerita tantangan terbesar saat mendaftar beasiswa ini adalah dari sisi manajemen waktu. Kendati begitu, Riska berhasil mmelewati tantangannya tersebut berkat dukungan dari kedua orang tua, kepala sekolah, dan juga guru-guru yang selalu mendukungnya untuk terus maju.
ADVERTISEMENT
Riska merupakan anak yang aktif, selama sekolah dia sudah berhasil mengantongi beragam penghargaan dari berbagai lomba yang diikutinya. Ia pernah menjadi finalis Story Telling Tingkat SMP Kompetisi Sains, Seni, dan Olahraga (KS20) Sekolah Indonesia Luar Negeri Se-Malaysia.
Riska juga pernah ikut Kompetisi Cerdas Cermat PPKN yang diselenggarakan oleh beberapa universitas di Indonesia, hingga finalis dalam Kompetisi Sains Nasional (KSN) bidang Geografi yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).
Selama di Malaysia, Riska menimba ilmu di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Malaysia. Ini merupakan salah satu sekolah Indonesia yang berada di luar negeri.
Mengutip laman siln.unsd, pendirian sekolah Indonesia Kota Kinabalu merupakan hasil pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi pada tangal 11 Januari 2008. Sekolah tersebut baru beroperasi pada 1 Desember 2008.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku bersyukur karena bisa menjalani pendidikan di SIKK. Sekolah ini umumnya diperuntukkan untuk Warga Negara Indonesia (WNI) yang orang tuanya bekerja sebagai pahlawan devisa. Para pelajar di sini sangat didorong untuk mengembangkan diri dari sisi akademis dan non akademis.
Sayangnya, SIKK enggak bisa menampung ribuan orang karena merupakan satu-satunya sekolah induk di Malaysia yang memfasilitasi mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. Seleksi masuk yang ketat juga harus dilalui oleh ribuan pendaftar.
“Minimnya ketersediaan sekolah dan sarana pendidikan untuk para anak PMI yang tidak bisa masuk ke SIKK membuat mereka dituntut bekerja dan membantu orang tua demi memenuhi kebutuhan keluarga,” ungkap Riska.
Bahkan tak jarang teman-teman Riska yang akhirnya terpaksa putus sekolah lantaran enggak lolos di SIKK. Tapi, saat ini ada inovasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menyebabkan lebih banyak anak yang bisa diterima dan merasakan pendidikan di SIKK.
ADVERTISEMENT
Meski sudah lama tinggal di Malaysia, Riska tetap merindukan kampung halamannya. Riska juga mengungkapkan rencananya usai menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, ia dan keluarga akan kembali dan menetap di Indonesia.
Laporan Afifa Inak