Kisah Sukses Who Wants To Be A Millionaire Jadi Acara TV Global Senilai Rp 14 T

14 Desember 2020 19:53 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adrian Woolfe dan Mochtar Sarman di Opportunity Behind A Valuable IP dok ICON 2020
zoom-in-whitePerbesar
Adrian Woolfe dan Mochtar Sarman di Opportunity Behind A Valuable IP dok ICON 2020
ADVERTISEMENT
Buat generasi 90an dan awal 2000-an mungkin masih ingat sama acara tv hits, Who Wants To Be A Millionaire. Ini adalah program kuis yang menantang pengetahuan umum peserta, dan menawarkan hadiah uang tunai dalam jumlah besar bagi pemenang.
ADVERTISEMENT
Who Wants To Be A Millionaire debut di Inggris pada 1998 dan langsung menuai sukses. Tak butuh waktu lama, format acara ini dilisensikan ke banyak stasiun televisi di lebih dari 100 negara, termasuk di Indonesia yang tayang pada 2001-2006.
Kesuksesan tersebut membuat Who Wants To Be A Millionaire punya nilai Intellectual Property (IP) mencapai USD 1 miliar atau setara Rp 14 triliun.
Who Wants To Be A Millionaire dok ICON 2020
Adrian Woolfe jadi salah satu sosok di balik keberhasilan ini. Ia bertugas untuk mengembangkan Who Wants To Be A Millionaire tak hanya jadi program yang sukses di Inggris, tapi juga sebuah brand global.
"Ide menciptakan brand dari sebuah acara tv masih asing banget pada saat itu. Tapi aku sadar Who Wants To Be A Millionaire punya potensi lebih dari sekadar program kuis," katanya dalam sesi Opportunity Behind A Valuable IP di ICON 2020, hari ini, Senin (14/12).
ADVERTISEMENT

Kunci Kesuksesan Who Wants To Be A Millionaire

Woolfe menjelaskan, Who Wants To Be A Millionaire terinspirasi dari papan permainan bernama Trivial Pursuit yang banyak digemari di tahun '90-an.
Adrian Woolfe di Opportunity Behind A Valuable IP dok ICON 2020
Akhirnya, selama 2,5 tahun ia dan tim yang waktu itu hanya 16 orang, merancang acara tv tersebut sedemikian rupa. Oleh karena itu, dia punya syarat ketat bagi stasiun televisi luar negeri yang mau mendapatkan lisensi acaranya.
Woolfe juga tidak mengizinkan Who Wants To Be A Millionaire versi negara lain dibuat dengan format berbeda. Tapi, pertanyaan kuis disesuaikan agar tetap relevan dengan penontonnya.
"Menurutku itu yang penting saat kamu mencoba menciptakan nilai IP, pastikan relevan dengan audiens. Sebab, walau ini adalah program global, tapi sebenarnya sangat lokal," terang dia.
ADVERTISEMENT
Selain format yang konsisten dan relevan, Woolfe juga memastikan pihaknya berkolaborasi dengan partner yang tepat untuk Who Wants To Be A Millionaire.
Ia juga menjunjung tinggi nilai dari brand tersebut, menjaganya, tetap autentik, serta jujur. "Orisinalitas adalah kunci untuk kesuksesan. Inilah yang membuatnya awet," tutup Woolfe.