Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengapa Patung Santo Katolik Ini Akhirnya Ditutup?
23 November 2017 13:26 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:32 WIB
ADVERTISEMENT
Patung yang menggambarkan seorang santo di sebuah sekolah Katolik di Australia dianggap bermasalah. Akibatnya, patung itu ditutupi dengan kain hitam agar tidak memicu lebih banyak polemik.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari media Australia, News.com.au, Kamis (23/11), patung Santo Martin de Porres itu baru saja dipajang di sekolah Katolik Blackfriars Priory School, di Prospect, Adelaide. Namun desainnya membuat semua orang yang melihatnya mengernyitkan dahi.
Patung itu menggambarkan Santo Martin tengah memberikan roti kepada seorang anak pria. Posisi rotinya yang dianggap aneh. Roti berbentuk panjang itu berada tepat di wilayah kemaluan Santo Martin, memicu banyak interpretasi dan persepsi.
Pertama kali diunggah oleh akun Instagram @shitadelaide, foto patung itu telah di-like lebih dari 3.500 orang dan langsung viral, jadi bulan-bulanan. Kebanyakan komentar mengaitkan antara patung itu dengan kasus tuduhan paedofilia para pastor yang terjadi di Australia.
Dalam pengadilan yang tengah berlangsung, dilaporkan ada 4.000 anak korban pelecehan seksual pastor di Australia sejak 1950 hingga 2010. Kasus ini bahkan menyeret nama Kardinal Vatikan George Pell.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut ABC Australia, dalam 12 tahun terakhir setidaknya ada dua guru di Blackfriars yang dipenjara karena pelecehan seksual terhadap siswa di sekolah.
"Ini lucu mengingat masa lalu gereja Katolik. Sepertinya pemahatnya sengaja...ayolah! Mengapa dia meletakkan roti tepat di selangkangan patung?!" bunyi sebuah komentar dari akun octothorpeme.
Namun beberapa komentar di Instagram mengatakan patung itu tidak bermasalah, yang bermasalah adalah pikiran kotor yang melihatnya.
"Saya tidak kaget dengan banyaknya pikiran kotor tentang patung ini. Maksud saya, kau bahkan tidak bisa mengecek risletingmu di tempat umum tanpa ada yang menuduhmu seorang yang cabul," kata pengguna Instagram kevinpatrick6473.
Akibat berbagai polemik dan komentar ini, pihak sekolah akhirnya menutupi patung itu dengan kain hitam agar tidak jadi sasaran foto para siswa. Kain hitam dirasa kurang cukup, pihak sekolah menutupnya dengan papan hitam di sekeliling patung.
ADVERTISEMENT
Melalui akun Facebook Blackfriars, Kepala Sekolah Simon Cobiac menyampaikan klarifikasi. Dia mengatakan rupa patung itu tidak seperti yang mereka pesan dari seorang pemahat kenamaan di Vietnam.
Cobiac mengatakan, sekolah sebelumnya menyetujui desain dua dimensi yang tergambar dalam kertas, diajukan oleh pemahat. Namun ketika patung tiga dimensi rampung dan dikirim ke sekolah, ternyata bentuknya berbeda.
"Konsekuensinya, patung itu ditutup dan pemahat lokal diminta untuk mendesain ulang. Pihak sekolah meminta maaf untuk keresahan dan keramaian yang muncul," kata Cobiac.