Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Nas Daily, Kreator Konten yang Dilarang Masuk Indonesia
3 September 2018 12:36 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:23 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sosok yang memiliki 7,8 juta pengikut di Facebook ini memiliki nama asli Nuseir Yassin yang lahir di Arabba, sebuah kota di Israel. Cowok kelahiran 9 Februari 1992 tersebut memilih untuk dipanggil Nas yang berarti 'orang-orang' dalam bahasa Arab.
Nas merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ibunya adalah seorang guru sementara ayahnya seorang psikolog. Nas dibesarkan sebagai seorang muslim serta mempelajari bahasa Ibrani dan Arab.
Ketika Nas berusia 19 tahun, ia mendaftar jurusan Teknik Aerospace di salah satu kampus Ivy League di Amerika Serikat yaitu, Universitas Harvard. Menurut laman The Times of Israel, selama berkuliah di Harvard, Nas mendapatkan beasiswa setelah mengirimkan esai tentang perjuangannya menjadi seorang kebangsaan Arab yang lahir di Israel.
ADVERTISEMENT
"Ada hal-hal yang ingin aku lakukan tapi enggak bisa terwujud karena tempat kelahiranku. Aku ingin menjadi seorang insinyur aerospace karena aku suka luar angkasa," tutur dia, seperti dilansir pada Senin (3/9).
"Tapi aku enggak tergabung ke dalam militer. Sedangkan di Israel, kamu harus menjadi seorang pilot atau sejenisnya untuk menjadi insinyur aerospace. Enggak mungkin aku di sini, aku hanya ingin fokus melakukan hal yang aku suka. Aku enggak mau memikirkan soal bom dan perang antara Arab dan Yahudi. Aku hanya ingin bersenang-senang," lanjut dia.
Meninggalkan pekerjaan Rp 1,7 miliar untuk menjadi kreator konten
Setelah lulus, pada September 2014 Nas bekerja sebagai pengembang software di Venmo, sebuah layanan mobile untuk transaksi pembayaran yang dimiliki oleh PayPal. Selama bekerja di sana, Nas mendapatkan gaji sebesar USD 120 ribu atau Rp 1,7 miliar per tahun. Namun menurutnya, uang sebanyak itu enggak cukup untuk bertahan hidup di New York.
ADVERTISEMENT
"Aku tahu dalam satu tahun di New York, kamu akan menghabiskan USD 60 ribu karena (di sini) sangat mahal. Jadi aku nabung USD 60 ribu dan daripada aku habiskan di New York, aku gunakan uangnya untuk keliling dunia, karena dunia sebenarnya lebih murah ketimbang New York," kata dia dilansir Global News.
Setelah satu tahun bekerja, Nas memutuskan untuk berhenti. Menurutnya, ada hal lain yang lebih baik untuk dilakukan dibanding melakukan pekerjaannya saat itu. "Aku enggak mengatakan bahwa kamu harus ambil risiko dan keluar dari pekerjaanmu untuk keliling dunia. Bukan. Jangan lakukan itu kalau kamu enggak merasa nyaman," imbuh Nas.
Sejak awal 2016, Nas bekerja seorang diri membuat video berdurasi 1 menit, mengisahkan tentang kehidupan orang-orang yang ia temui selama keliling dunia. Nas menghabiskan waktu 10 jam tiap harinya untuk membuat tiap video itu.
ADVERTISEMENT
Kini videonya telah ditonton sekitar 1 hingga 3 juta orang per hari, tergantung kepada topik dan lokasi mana yang ia liput. Salah satu videonya yang menyorot soal penyusutan Laut Mati, menjadi video dengan penonton paling banyak yakni mencapai 70 juta akun Facebook.
Video-videonya itu juga memberikan Nas kesempatan untuk bertemu dengan orang tertinggi di dunia, olahraga bersama 1.000 orang di sebuah pantai di Senegal, sampai mengarungi lapangan penuh ranjau di Armenia.
Perjalanan yang mendekati akhir
Selama kurang lebih 800 hari, Nas telah berkunjung ke lebih dari 60 negara. Nas mengatakan, tujuan utama dari petualangannya ini adalah untuk menghubungkan orang di seluruh dunia.
Namun begitu, Nas tahu ia enggak bisa melakukan ini selamanya. Dia sudah berencana untuk berhenti menjadi kreator konten setelah mencapai hari ke 1.000. "Aku ingin cuti seminggu. Hilang, di dalam gua. Aku enggak tahu apa yang mau aku lakukan setelah ini," ungkap Nas.
ADVERTISEMENT
Dengan 150 hari yang tersisa, ia masih memiliki keinginan untuk mengunjungi negara-negara lainnya, seperti Kanada. Bagi Nas, petualangannya ini telah membukakan mata bahwa dunia dipenuhi dengan kebaikan.
"Dunia ini benar-benar 99 persen kebaikan dan satu persen keburukan. Tapi banyak orang yang berpikir sebaliknya. Video-videoku di negara yang berbeda, telah menunjukkan bahwa banyak sekali kebaikan di dunia. Sungguh menyenangkan untuk menyaksikannya," tutup Nas.