Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Menurut psikolog Jovita Ferliana, sebuah riset menunjukkan setiap orang bisa mudah mengalah kepada perasaan negatif, sehingga memilih permusuhan, iri, cemas, atau sedih.
ADVERTISEMENT
"Namun sebaliknya, kita juga dapat memutuskan untuk memilih sikap yang positif, melupakan yang jahat dan merasa bahagia," kata Jovita, dilansir Antara.
Dia menambahkan, riset lain menunjukkan bahwa bagian terbesar dari kebahagiaan berada dalam kontrol seseorang melalui aktivitas yang dipilih, juga cara merespons situasi yang dihadapi dalam hidup.
Bahagia bisa dirasakan tergantung dari diri sendiri
Rasa bahagia adalah sebuah pilihan. Keputusan untuk merasa senang atau sedih berada di tangan masing-masing, hal itu bergantung dari cara kamu menyikapi situasi dan apa yang terjadi dalam kehidupan.
Memberi kebahagiaan enggak cuma lewat materi. Hal itu bisa dilakukan lewat memberi perhatian, menjadi tempat teman mencurahkan hati, atau sekadar menelepon untuk berbagi cerita.
Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, penting untuk bisa terus bersikap tenang, membuat keputusan yang bijak, dan berbuat baik kepada orang lain. Ketiga hal ini juga dapat membantu kita untuk terus merasa bahagia.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, janganlah berusaha terlalu keras untuk hidup bahagia. Menurut riset dari jurnal Psychonomic Bulletin & Review, seseorang yang berusaha terlalu keras untuk bahagia akhirnya justru enggak mendapatkan hal itu. Waktu mereka habis hanya untuk berjuang demi hidup bahagia.
Semakin seseorang mencari kebahagiaan, semakin sedikit waktu yang ia rasakan. Enggak hanya itu, kebahagiaan yang dicari justru enggak bakal muncul.
Sebaiknya cobalah untuk lebih santai. Luangkan waktu dan hargai hidup yang kamu miliki saat ini. Tanpa disadari, kebahagiaan akan datang sendiri tanpa perlu usaha yang terlalu keras.
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.