Q&A: Semua Hal yang Perlu Kamu Tahu soal Food Technologist

25 Agustus 2019 15:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi food technologist. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi food technologist. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pernah jatuh cinta sama produk makanan yang kamu konsumsi dan bertanya-tanya: kok, bisa seenak dan sepas ini ya, rasanya?
ADVERTISEMENT
Mungkin kamu semua harus berterima kasih sama food technologist. Mereka adalah orang-orang 'berjasa' di balik semua makanan enak dan bergizi yang kamu konsumsi.
Buat kamu yang masih awam dan enggak familiar dengan profesi yang satu ini, yuk, simak perbincangan kumparan dengan Diana Puspita Sari, seorang food technologist dari sebuah perusahaan kudapan asal Australia.
Hai, Diana! Bisa diceritain enggak, sebenarnya tugas dan fungsi lo sebagai food technologist itu apa, sih?
Jadi peran gue sebagai food technologist di perusahaan itu berada di bidang sensory and consumer science analyst di bawah departemen research and development. Fungsinya sebagai penjembatan antara tim commercial sama manufacturing.
Gue bakal nge-bridging hasil tes yang dilakukan oleh orang marketing untuk di-generate datanya ke technical. Gue berupaya berupaya translate dan menginisiasi consumer test yang berkaitan dengan produk. Karena bahasa technical berbeda 'kan, dengan bahasa commercial.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang tugas gue itu verified dan decision maker juga. Semisal penentuan bahan produk juga kita pakai certain ingredients or commodities dengan harga yang lebih rendah, tapi finish good-nya enggak boleh berubah kualitasnya.
We can't compromise the quality, karena kita enggak mau ada kasus keracunan apalagi sampe masuk keracunan luar biasa (KLB), karena ini dikonsumsi banyak orang kan, ya.
Biasanya kita tulis di kemasan, misal produk kita mengandung gluten jadi konsumen juga bisa aware dengan apa yang mereka konsumsi.
Hmm, okay. Lantas, kalau mau jadi seorang food technologist, latar belakang pendidikan yang harus ditempuh itu apa?
Di beberapa perusahaan sih ada yang mewajibkan memang harus jurusan teknologi pangan, tapi ada juga yang terbuka dari beberapa jurusan, tapi paling enggak, ya tetap ranah teknik. Seperti teknik industri, teknik kimia, atau gizi.
ADVERTISEMENT
Nah, kalau dari jenjang kariernya itu kayak gimana, sih?
Biasanya sih awalnya dari analyst, senior analyst, kemudian jadi program manager, senior manager dan tertingginya director.
Intinya yang dibutuhkan untuk jenjang karier lo supaya lebih baik adalah attitude, --selain pengalaman, tentunya. Kalau hard skill lo harus punya analythical thinking yang enggak terbatas dengan rumus, tapi juga fleksibel. Dan belajar problem solving supaya enggak terjadi banyak deviasi (penyimpangan).
Selain di food industry, kesempatan karier untuk seorang food technologist itu bisa di mana lagi?
Lo bisa jadi food consultant, kalau lo pernah dengar ISO itu salah satu bentuk sertifikasi atau Halal MUI. Di pemerintahan kita punya Kemenkes dan BPOM banyak juga yang ke sana. Tergantung lo mau kerja yang principal, technical sales, researcher, atau bagian quality --jadi tugas lo bisa nge-reject produk, atau desain prosesnya dari pemilihan bahan mentah sampai jadi produk.
ADVERTISEMENT
Ceritain dong, fun fact yang lo alami sebagai seorang food technologist?
Gue menemukan banyak misleading di Indonesia, sekarang sudah banyak orang yang menjalani gaya hidup sehat di Indonesia. Cuma bahkan di kalangan orang yang punya latar belakang mapan secara ekonomi pun, mereka enggak fully concious soal apa itu snack sehat. Kebanyakan 'kan taunya snack sehat, 'Oh, yang pakai gandum.' Padahal snack yang enggak sehat pun ada yang mengandung gandum.
Jadi itu sebenarnya pekerjaan rumah juga, sih, buat food tech untuk mengedukasi masyarakat soal ingredients yang mereka konsumsi. Yang mereka tahu biasanya cuma sebatas dari iklan yang mereka lihat aja.
Ilustrasi food technologist. Foto: Shutter Stock
Terus, kenapa lo akhirnya memilih jadi seorang food technologist?
ADVERTISEMENT
Hmm, awalnya agak gambling sih, 'kan gue maunya masuk kedokteran, tapi gue males ikut ujian tulis. Terus gue dapet info dari senior yang bilang soal teknik kimia, ini adalah soal bagaimana lo memandang kimia dari sudut pandang fisika.
Gue males banget tapi fisika, tapi tetap pengin ambil kuliah teknik. Ya sudah, akhirnya gue pilih food tech (teknik pangan) dan lebih banyak digging soal food tech.
Awal-awal gue tahu dari dosen soal food tech ini kerjaannya kok kayak scientist banget, gue pikir cuma kayak gitu aja, tapi ternyata makin ke sini seru juga karena gue bisa benar-benar involve di produk yang dikonsumsi dan lebih banyak terlibat dalam proses.
You can express yourself to your product, you can be a scientist, a marketing, karena gue pernah ngalamin lo harus nyiptain suatu produk dan gue harus presentasi ini apa dan direct langsung ke consumer, belom lagi kalo consumer lo beda selera.
ADVERTISEMENT
Kalau jadi seorang food technologist itu sistemnya full time atau bisa freelance, sih?
Bisa banget freelance. Lo bisa jadi auditor di beberapa waralaba gerai makanan.
Nah, terakhir nih, mungkin banyak yang penasaran soal salary. Kalau food technologist itu range-nya berapa sih, untuk entry level?
Tergantung lo bekerja di perusahaan apa, lokal atau multinasional. Kalau lokal memang biasanya untuk entry level enggak akan jauh dari UMK, cuma kalau multinasional, ya, cukup lah buat nabung atau jalan-jalan setiap bulan sama temen-temen lo, hahaha.
Bahkan kalau lo jadi auditor kayak yang gue sebutin sebelumnya, salary-nya bisa lebih mahal, mungkin start di dua digit. Cuma biasanya mereka punya sertifikasi khusus dan mengikuti beberapa training di luar dari gelar sarjana.
ADVERTISEMENT
Tapi yang gue temukan, mau gaji lo besar pun enggak menjamin lo akan betah kerja di perusahaan itu, ada banyak faktor penunjang lain.
Jadi, lewat obrolan kumparan dengan Diana Puspita Sari, seorang food technologist, apakah kamu tertarik dengan pekerjaan ini?