Rich Brian dan Fenomena Kebangkitan Hip Hop Asia

24 Agustus 2019 11:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rich Brian Foto: Facebook/Rich Brian
zoom-in-whitePerbesar
Rich Brian Foto: Facebook/Rich Brian
ADVERTISEMENT
Pada mulanya adalah kata. Tepatnya kata dalam bahasa Inggris yang dipelajarinya dari YouTube. Dari sanalah kemudian seorang Rich Brian terlahir. Ia hadir sebagai rapper Indonesia yang mengguncang panggung hip hop dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah film dokumenter berjudul ‘Asia Rising: The Next Generation Of Hip Hop’ (2019), Brian bercerita tentang masa lalunya yang bukan siapa-siapa.
Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1999, itu mengisahkan dirinya yang hanya menghabiskan waktu di depan laptop. Berselancar ke dunia maya, melihat kebudayaan Amerika Serikat (AS), hingga bekenalan dengan sejumlah teman yang tinggal di sana.
“Suatu hari aku memikirkan tentang sesuatu, dan aku memikirkannya dalam bahasa Inggris,” ucap Brian dalam bahasa Inggris di film tersebut.
Rasa penasarannya terhadap bahasa Inggris, diikuti dengan hobinya yang mendengarkan lagu-lagu hip hop. Ia mendengarkan lagu dari sejumlah musisi hip hop seperti Childish Gambino, 2 Chainz, Macklemore, hingga The Creator. Hingga ia kemudian menyanyikan lagu rap berjudul ‘Thrif Shop’ milik Chainz and Macklemore.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Brian pun tak berhenti di sana. Pada 22 Februari 2016, ia merilis video lagunya di YouTube yang berjudul ‘Dat $tick’. Lagu itu pun menarik perhatian penggung musik internasional. Bahkan, sejumlah rapper terkemuka dunia, Ghostface Killah, 21 Savage, Tory Lanez, MadeinTYO, hingga Desiigner memberikan reaksi positifnya atas lagu tersebut.
Rapper yang pernah dikenal dengan nama Rich Chigga itu lantas mendulang sejumlah prestasi. Pada Mei 2017, ia mendapat penghargaan Breakthrough Artist of the Year dari Kids Choice Award. Majalah Forbes pada 2018 bahkan memasukan namanya sebagai 30 pemuda paling berpengaruh di Asia.
Prestasi mentereng yang dimiiki Brian tak lepas dari keberadaan 88 Rising. Itu adalah label rekaman di AS yang menaungi Brian, termasuk menaungi sejumlah nama-nama rapper Asia lainnya. Mereka adalah Awich (Jepang), Suboi (Vietnam), Higher Brothers (China), Jin Dogg (Jepang), hingga Keith Ape (Korea Selatan).
ADVERTISEMENT
Di kalangan para rapper Asia itu, musik hip hop lebih dari sekadar teknik bernyanyi dengan rima yang ritmis. Lebih dari itu, mereka melihat bahwa hip hop adalah artikulasi dari kritik sosial.
Suboi, rapper Vietnam misalnya, dalam film dokumenter ‘Asia Rising: The Next Generation Of Hip Hop’ menuturkan bahwa dirinya ingin menunjukkan Vietnam kepada dunia. Ia ingin berbicara banyak tentang realitas ketimpangan sosial yang terjadi di negaranya.
"Aku nge-rap untuk menjelaskan bagaimana situasi si kaya dan miskin melalui lirik-lirik rap," kata Suboi.
Suboi tidak berlebihan. Itu karena, 88 Rising memang lebih dari sekadar sebuah label rekaman. Lain dari itu, 88 Rising bertujuan sebagai sebuah brand media yang didirikan untuk mewakili kultur Asia. Adapun anak-anak muda dan milenial menjadi target utama dari perusahaan yang didirikan oleh Sean Miyahshiro itu.
ADVERTISEMENT
“Tanpa mengumumkan siapa kami dan apa yang kami coba lakukan dengan perusahaan ini, orang-orang menyamakan kami dengan Vice (versi) Asia dalam hal kualitas konten. Kami keren secara turun temurun, dan saya kira hal itulah yang sedang kami coba wujudkan” ucap Sean dalam wawancara dengan Majalah Forbes, 2016 lalu.
Sean Miyashiro. Foto: Instagram/ @88rising
Pada dasarnya, hip hop dan Asia barangkali tampak sebagai sebuah kemustahilan. Namun, di tangan Miyahshiro, hal yang mustahil itu dapat terpatahkan. Sean yang sebelumnya sudah cukup lama bekerja di bidang media, memiliki visi jangka panjang yang cukup unik, lagi ambisius dalam mengembangkan perusahaan yang dia dirikan tersebut.
Dari sudut pandang Sean, 88 Rising diniatkan sebagai sebuah media yang dapat menggabungkan antara dunia Timur dan Barat. Musik, khususnya hip hop, merupakan bahasa yang universal.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin, dan saya yakin kami akan menjadi, sebuah perusahaan media yang penting di dunia dalam beberapa tahun mendatang. Kami secara jelas mengisi kekosongan, yakni pan-Asia, pendekatan Timur bertemu Barat,” ujar mantan karyawan majalah Vice tersebut.
Rich Brian Foto: Instagram/@brianimanuel
Dari segi historis, musik hip hop memang berasal dari AS. Musik tersebut muncul di New York sekitar tahun 1970-an. Untuk pertama kalinya, musik tersebut diperkenalkan oleh seorang Afro-Amerika bernama Clive Campbell.
Di AS, bahkan hingga kini, musik hip hop memang identik dengan orang Afro-Amerika. Namun, bukan berarti musik tersebut eksklusif. Sebaliknya, hip hop sudah sejak awal diniatkan untuk tersebar ke seluruh dunia.
“Kebudayaan hip-hop berawal dan lahir di sini, yang nantinya akan tersebar di seluruh dunia," kata Campbell pada waktu itu, dikutip dari Hip hop databese.
ADVERTISEMENT
Kini, impian Campbell menjadi kenyataan. Di Asia, tumbuh sebuah kekuatan baru dalam musik hip hop. Masyarakat dunia pun menaruh perhatian terhadap fenomena tersebut.