Stigma Terhadap Remaja Pengidap HIV Harus Dihilangkan

1 Desember 2018 18:04 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dukungan terhadap pengidap HIV. (Foto: Commons Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukungan terhadap pengidap HIV. (Foto: Commons Wikimedia)
ADVERTISEMENT
Adanya stigma di masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS, terutama pada anak dan remaja, dinilai harus dihilangkan. Soalnya, hal itu dianggap enggak menyelesaikan masalah dan malah membuat para remaja pengidap HIV tak mau terbuka akan kondisinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat yang salah satunya berfokus mengadvokasi isu HIV/AIDS mendorong masyarakat agar memberikan dukungan terhadap remaja pengidap HIV untuk terbuka mengenai kondisinya.
“Kalau ngomongin HIV kan lekat banget sama urusan orang, kesannya dikaitkan dengan tindakan-tindakan tertentu yang berdosa. Kalau kamu seandainya HIV positif terus kamu tahu di Indonesia banyak stigma dan segala macam, kamu akan bilang sama orang enggak? Enggak, kan?” ujar Ajeng Larasati, Koordinator Program, Riset, dan Komunikasi LBH Masyarakat.
Padahal, menurut Ajeng, ketika remaja membuka diri terhadap penyakit yang diidapnya itu maka mereka secara tidak langsung akan melindungi teman-teman sekitarnya dari mengidap penyakit yang sama.
“Kalau kamu (pengidap HIV) diam-diam, ketika misalnya berhubungan seksual dengan pasangan kamu. Kamu enggak mau pakai alat pengaman (kondom) karena takut dikira ada kenapa-kenapa justru potensi menjangkiti HIV (ke orang lain) akan semakin besar,” tutur Ajeng.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait menegaskan pula, sudah banyak anak dan remaja beserta keluarganya terusir dari desanya, diberhentikan dari sekolah, bahkan sudah begitu banyak anak-anak usia balita terpaksa meregang nyawa akibat terinfeksi HIV tanpa perlindungan.
“Masyarakat diminta juga untuk tidak mengucilkan korban, memberikan stigma, mencabut hak anak atas pendidikan dan kesehatan, membenci, mengucilkan korban, bahkan mengusir korban dan keluarganya dengan paksa dari desa dan tempat tinggal korban (HIV/AIDS),” kata Arist kepada kumparan.
Oleh karena itu, Arist mendorong pemerintah untuk menjamin perlindungan kesehatan bagi pengidap HIV. Pemerintah dianggap perlu melibatkan pemangku dan pegiat perlindungan anak untuk memberikan informasi akurat mengenai HIV/AIDS dan cara penanggulangannya kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Dengan demikian anggota masyarakat paham dan mendapat informasi yang benar sehingga tidak dalam ketakutan ketika menghadapi anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS dan tidak main hakim sendiri,” ujar Arist.
Menurut estimasi dari UNAIDS, saat ini terdapat 630 ribu pengidap HIV/AIDS di Indonesia. Mayoritas pengidap tersebut sebanyak 35 persen mendominasi kota-kota seperti Jakarta, Papua, dan Jawa Timur (kota Surabaya).