Studi: Pekerja Komuter Berhak Dapat Gaji Lebih Besar

17 Januari 2020 7:35 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana para penumpang Kereta Commuter di Stasiun Manggarai. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana para penumpang Kereta Commuter di Stasiun Manggarai. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Perjalanan ke kantor bisa jadi lebih bikin stres dibandingkan pekerjaan itu sendiri. Para pekerja komuter yang rumahnya jauh dari kantor mungkin merasakannya.
ADVERTISEMENT
Dengan 'penderitaan' para pekerja komuter yang mungkin lebih berat ini, sekelompok peneliti dari University of the West of England menyebut mereka berhak mendapatkan gaji yang lebih besar, lho.
Para peneliti ini menemukan hubungan antara waktu tempuh seseorang ke tempat kerja, dengan kepuasannya di kantor.
Ketika dalam perjalanan ke kantor, para pekerja sebenarnya sedang mengalami transisi dari kehidupan personal ke profesional. Transisi ini menuntut perubahan pola pikir yang bisa berdampak kepada tingkat stres seseorang.
Sejumlah warga hendak menunggu gerbong KRL Commuter Line di Stasiun Manggarai. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Peneliti melaporkan, tiap tambahan menit yang dihabiskan untuk pergi ke kantor, dapat mengurangi kepuasannya dalam bekerja.
"Juga bisa meningkatkan stres dan memperburuk kesehatan mental," kata peneliti, seperti dilansir Times of India.
Jika seorang pekerja menghabiskan waktu 20 menit aja lebih lama untuk pergi ke kantor, motivasinya akan menurun seakan 19 persen gajinya baru aja dipotong.
ADVERTISEMENT
"Ini berarti, biar pekerja ini mendapatkan kepuasan bekerja, mereka butuh digaji 19 persen lebih tinggi," lanjut peneliti.
Di sisi lain, menempuh perjalanan panjang juga dapat menguras energi, yang menyebabkan seseorang enggak bisa menikmati waktu luang seusai bekerja.
"Jadi, jangan kaget kalau lamanya waktu di jalan membuat pekerja komuter enggak bisa menikmati pekerjaannya, seperti orang lain yang cuma menempuh beberapa kilometer ke kantor," terang peneliti.