Terjebak di Pertemanan Toxic: Lelah Hati Jadi Bahan Gosip

10 Desember 2022 11:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berada di lingkungan pertemanan toxic dan jadi bahan gosip. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berada di lingkungan pertemanan toxic dan jadi bahan gosip. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian orang punya banyak teman jadi suatu yang menyenangkan, kamu bisa melakukan berbagai hal dengan mereka. Namun tidak bagi Jihan, ia justru merasa tidak nyaman saat bersama teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Menjalin hubungan pertemanan selama 4 tahun tak menjamin timbulnya ikatan yang erat antara Jihan dan keempat temannya. Gadis kelahiran Jakarta ini pun kerap merasa lelah usai berkumpul dengan mereka.
Bukan sekali dua kali rasa lelah itu ia alami. Hingga akhirnya gadis kelahiran Jihan pun tersadar bahwa sebenarnya ia sedang terjebak di lingkungan pertemanan toxic.
"Jadi yang buat aku sadar itu kalau aku kumpul dengan mereka, aku merasa cepet banget energi social butterfly aku habis. Padahal enggak habis ngapa-ngapain, cuma kumpul doang," ungkap Jihan saat berbincang dengan kumparan.
Mahasiswa yang kini duduk di bangku semester 9 itu juga bercerita bahwa selama menjalin hubungan pertemanan ia tidak menjadi dirinya sendiri. Bahkan, Jihan mesti berpura-pura demi menghindari ajakan kawan-kawannya. Situasi itulah yang kerap membebaninya.
ADVERTISEMENT
"Dan menurutku itu capek, menguras tenaga sekali karena harus bertingkah laku menjadi orang lain agar diterima," beber Jihan.
Alih-alih bisa berbagi dengan teman, Jihan justru sebaliknya. Saat mencoba berkeluh kesah, teman-temannya malah men-judge-nya dengan komentar yang akhirnya bikin Jihan urung bercerita panjang lebar.
"Yang tadinya aku mau niat cerita jadi malah kayak 'tuh kan bener gue bilang' padahal aku tuh penginnya didengerin," ujarnya.
Jihan juga pernah mendapati temannya menggosipkan dirinya. Tentu saja rasa sedih dan kecewa ia rasakan saat mengetahui seseorang yang paling dekat dengannya tega menjelek-jelekkan ia di belakang.
Ilustrasi gosip, nyinyir, julid. Foto: Shutter Stock
"Aku ngerasa dia jahat banget, aku pernah nangis gara-gara dia. Karena aku tuh deket banget yang ke mana-mana berdua, makan bareng, tapi tiba-tiba dia ngejauh sendiri, bahkan aku pernah nanya ke dia “kamu kenapa” dia selalu bilang gak kenapa-kenapa," tutur Jihan.
ADVERTISEMENT
Pengalaman tidak menyenangkan itulah yang akhirnya membuat Jihan untuk mulai membatasi diri dengan teman-temannya. Ia pun mulai menarik diri dari lingkungan pertemanannya itu. Meski sulit, namun ia harus tega dan ini menjadi salah satu jurus Jihan agar bisa tetap waras di perantauan.
"Sebenarnya aku meng-cut off mereka dari hidup aku, cuman aku mulai membatasi diriku untuk gak terbiasa lagi sama mereka. Setelah aku sadar aku tidak menjadi diriku sendiri kayak kok jadi begini, ga satu visi misi dengan aku dan ga sefrekuensi lagi," imbuhnya.
Kejadian ini membuat Jihan lebih selektif dalam mencari teman. Padahal Jihan termasuk tipe orang yang suka bercerita, tapi karena pengalamannya ini membuat Jihan lebih selektif memilih hal-hal yang akan dibahas.
ADVERTISEMENT
"Jadi semenjak aku punya teman yang kayak gitu aku jadi screening dulu gitu. Jadi aku bisa menyesuaikan “oh aku akan bersikap seperti ini” jadi lebih ke bunglon. Jadi aku malah mikir aku cerita ke dia ga ya. Kayak misalnya aku ada temen baru jadi aku akan memfilter, jadi kalau sama dia itu bahasnya apa aja, jadi gak sampe ke dalam-dalamnya gitu," ucapnya.