Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dihukum Rindu
8 Desember 2023 17:51 WIB
Tulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anak seringkali menjadi kelemahan utama bagi seorang ayah. Dia mencurahkan segala perhatiannya kepada anaknya. Tidak ada kebanggaan bagi seorang ayah selain ketika seorang anak membanggakannya sebagai sosok ayah yang ideal.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, ada batasan yang harus dipahami oleh seorang ayah karena bagaimana pun, seorang anak memiliki hidupnya sendiri. Anak tidak boleh dipenjarakan dalam keinginan seorang ayah.
Relasi orang tua dengan anak digambarkan dengan sangat baik oleh Kahlil Gibran dalam puisinya yang berjudul "Anakmu bukan Anakmu."
Dalam puisi tersebut, tersirat bahwa Kahlil Gibran ingin mengingatkan para orang tua bahwa seorang anak itu secara biologis adalah anakmu tetapi sekaligus bukan anakmu dalam hal kehidupannya sendiri.
Orang tua termasuk ayah tidak boleh memaksakan ambisinya kepada anak-anaknya karena mereka punya keinginan sendiri dan cara bagaimana menjalani hidup.
Begitu banyak ayah yang gagal dibanggakan oleh anaknya karena memaksakan kehendaknya kepada anaknya dalam hal cita-cita termasuk apa yang harus dijalani oleh anaknya.
ADVERTISEMENT
Tragedi Relasi Ayah dan Anak
Baru saja saya membaca berita yang tidak sanggup saya baca sampai selesai. Berita tentang seorang ayah di daerah tempat saya tinggal yang dengan tega mengunci anaknya di kamar mandi sampai akhirnya meninggal dunia.
Bukan cuma satu, bahkan sampai empat anaknya yang meninggal dunia karena dikunci di kamar mandi. Saya hanya membaca sebagian kemudian memilih untuk tidak melanjutkan membaca beritanya.
Saya tidak tahu alasan apa yang menyebabkan seorang ayah menjadi monster bagi keempat anaknya yang masih bocah. Entah dengan alasan apa pun, namun tetap saya kematian anak-anak di tangan ayahnya merupakan tragedi yang memilukan.
Bukan hanya itu, ada ayah yang dengan tega mendzalimi puterinya yang seharusnya seorang ayah menjadi perisai bagi puterinya. Lazimnya, seorang puteri akan mencari sosok pendamping yang mirip dengan ayahnya tetapi betapa gilanya seorang ayah yang malah mengambil hal yang paling berharga dari puterinya.
ADVERTISEMENT
Derita Jauh Dari Anak
Semalam saya duduk sambil merefleksikan apa yang sedang saya jalani. Jauh dari keluarga dan tidak bisa menyaksikan perkembangan anak saya yang sedang lucu-lucunya.
Mungkin orang lain akan menganggap saya setengah gila ketika pindah kerja yang mengharuskan saya jauh dari keluarga sementara pekerjaan yang lama sudah menjamin finansial tinggal sekota dengan anak istri.
Dengan dalih ingin mengembangkan kompetensi diri, maka saya memutuskan untuk mengambil pekerjaan yang jauh dari rumah. Hanya bisa pulang ke rumah maksimal di akhir pekan.
Awalnya, saya membayangkan tidak akan terlalu tersiksa jauh dari anak karena toh setiap weekend saya bisa menemuinya dan memeluknya sambil mengajaknya main bola.
Tetapi tidak, kondisi ini menyiksa dalam sepi. Di awal pindah, ada ruang kosong yang menganga di sudut sanubari membayangkan betapa mengerikannya menjadi seorang ayah yang tidak membersamai tumbuhnya seorang anak.
ADVERTISEMENT
Saya menepis perasaan itu bahwa hanya karena belum terbiasa. Saya berpikir bahwa pada akhirnya kemudian, perasaan ini akan disembuhkan oleh waktu dan semua berjalan normal.
Tetapi tidak, setahun setelah berada di tempat ini, perasaan bersalah semakin menghantui. Saya merasa semakin gagal menjadi seorang ayah yang tega meninggalkan anak semata wayang. Dia sedang menjalani masa pertumbuhan yang artinya, semua yang dijalani sekarang akan menjadi memori indah di kepalanya.
Saya membayangkan bahwa di memorinya, tidak ada sosok seorang ayahnya. Tuhan, betapa mengerikannya membayangkan semua itu. Dia akan menjadi seorang anak yang tidak bangga memiliki seorang ayah.
Bahagia bagi seorang ayah ketika bisa mengantar anaknya setiap hari ke sekolah sambil mengemas fragmen kenangan yang akan diingat selalu seorang anak ketika dewasa.
ADVERTISEMENT
Serpihan-serpihan kenangan sederhana yang akan mengeratkan relasi antara seorang anak dengan sosok ayahnya karena pada akhirnya, dia akan berjalan sendiri di setapak kehidupan yang misterius. Tidak ada anak yang lupa pulang rumah ketika dia menyayangi ayahnya.
Saya hanya berharap bahwa suatu saat ketika anak saya dewasa, dia tidak malu mengecup kening saya baik di saat berdua maupun saat disaksikan orang lain.
Semalam, dalam diam dan hening ketika mata tidak jua terpejam saat jam sudah menunjukkan pukul 23.00, saya membaca kembali puisi-puisi Chairil Anwar. Saya tiba pada satu bait,