Konten dari Pengguna

Menyikapi Anak-Anak Yang Bermain di Masjid

Minhajuddin
Akademisi Unisa Bandung - Peneliti pada Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI).
21 Juli 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anak-anak sedang berdoa. Photo: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sedang berdoa. Photo: Dokumentasi Pribadi
Saya lupa, entah mungkin sudah pernah menulis fenomena semacam ini atau belum, yang jelas bahwa ini bukan fenomena baru tetapi sudah menjadi perhatian banyak orang dalam hal parenting.
ADVERTISEMENT
Tentu, tulisan ini juga sama sekali tidak merepresentasikan seluruh masjid di Indonesia karena saya hanya mendapati kasus serupa di beberapa masjid dekat rumah saya.
Tepatnya semalam saat salat Isya. Sesaat setelah jamaah sudah melakukan salam akhir, dua orang bapak yang sedang berada di saf paling depan, langsung berbalik arah. Kedua bapak yang sudah sepuh, meluapkan amarahnya kepada tiga orang bocah yang sedari awal salat, cekikikan dan sesekali mereka tertawa keras.
Inilah yang menjadi pemicu kedua bapak tersebut sangat marah di masjid bahkan setelah salat. Mereka merasa bahwa karena ketiga bocah yang bermain saat salat membuat mereka tidak bisa khusyuk. Salah seorang bapak yang sering mengumandangkan adzan, bahkan mencubit pipi salah seorang bocah sambil terus mengeluarkan amarahnya dengan sangat keras.
ADVERTISEMENT
Bocah yang dicubit hanya bisa pasrah dan menunduk. Tentu dia tidak sakit secara fisik tetapi psikisnya terluka. Selain karena luapan amarah dari kedua bapak di depannya, dia juga harus menahan malu karena semua mata jamaah memandang kepadanya.
Sebenarnya saya sangat berharap ada salah satu jamaah yang mengingatkan kedua bapak tersebut untuk tidak terlalu keras kepada bocah yang bermain ketika sedang salat. Namun tidak ada yang menegurnya, mungkin karena mereka tidak mau terjadi perdebatan jika kedua bapak tersebut tidak sudi diingatkan.
Saya yang juga mengajak anak saya ke masjid, tidak bisa melakukan apa-apa.
Persoalan anak-anak yang ribut ketika salat di masjid merupakan hal yang lumrah bahkan mungkin sudah terjadi sejak awal kelahiran Islam. Bahkan sejarah tentang Nabi Muhammad SAW yang membiarkan cucunya bermain di punggungnya ketika sedang sujud dalam salatnya, seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa tidak ada ajaran untuk memarahi anak-anak yang bermain di masjid ketika sedang salat.
ADVERTISEMENT
Hal yang terlintas di benak saya terhadap dua bapak yang memarahi bocah yang bermain ketika salat adalah mereka ingin dianggap khusyuk dalam salatnya. Selain itu, mungkin mereka menganggap memiliki otoritas atas masjid karena merupakan pengurus masjid padahal masjid biasanya dibangun dari dana umat.
Namun apapun alasannya, memarahi anak-anak di masjid dengan luapan amarah, tidak akan menghasilkan apa-apa, hanya sekadar mempertontonkan kuasa generasi tua terhadap generasi muda. Bahkan yang lebih parah lagi, memori anak-anak terhadap masjid adalah memori kemarahan sehingga ketika tumbuh dewasa, masjid bukan menjadi tempat idaman mereka.
Pada zaman sekarang, masjid sudah mengalami transformasi yang sangat jauh dibandingkan kultur masjid pada zaman dulu. Ketika itu, masjid tidak hanya sekadar tempat salat jamaah tetapi menjadi sentra bagi berbagai kegiatan kemanusiaan termasuk pendidikan, kesehatan, musyawarah, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan kehidupan sosial.
ADVERTISEMENT
Demikianlah, ketika suatu waktu generasi Muslim menjauh dari masjid sebagai pusat peradaban Islam, maka jangan salahkan mereka. Generasi tua harus bertanya kepada diri mereka sendiri bahwa sejauh mana mereka mampu menjadikan masjid sebagai tempat di hati para generasi muda atau jangan-jangan, generasi muda menjauh dari masjid karena begitu banyak wajah penuh amarah yang ditampilkan oleh generasi pendahulu mereka.
Demikianlah,