Konten dari Pengguna

Quo Vadis Sepak Bola Arab Saudi

Minhajuddin
Akademisi Unisa Bandung - Peneliti pada Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI).
21 Juli 2023 6:47 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cristiano Ronaldo beraksi selama pertandingan Al-Ittihad Al-Nassr dalam lanjutan Liga Pro Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, pada 9 Maret 2023. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo beraksi selama pertandingan Al-Ittihad Al-Nassr dalam lanjutan Liga Pro Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, pada 9 Maret 2023. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Setelah membaca berita tentang kepindahan Marcelo Brozovic ke salah satu klub sepak bola Arab Saudi, Al Nassr, dengan total gaji dan bonus yang akan diterima mencapai 100 juta Euro selama tiga tahun, membuat saya tertegun dengan kenekatan klub tersebut berinvestasi di dunia sepak bola.
ADVERTISEMENT
Sebagai fans Inter Milan, tentu berita kepindahan Brozovic meninggalkan perasaan sedih bagi saya mengingat kontribusinya yang sangat signifikan di klub selama beberapa tahun terakhir. Brozovic tidak pernah berhenti berlari di lapangan tengah Inter Milan sampai pertandingan usai.
Saya rasa, sebagian besar Interisti, fans Inter Milan, merasa kehilangan dengan perpindahan Brozovic ke klub Arab Saudi, Al Nassr, mengingat perannya yang sangat vital di dalam skema permainan Inter Milan.
Meskipun di awal kedatangannya, Brozovic mendapat berbagai kritikan karena tidak mampu perform sementara pelatih sudah melakukan berbagai eksperimen untuk menempatkannya di beberapa posisi tetapi hasilnya nihil.
Seiring waktu, Brozovic kemudian menemukan jati dirinya sebagai seorang regista di dalam klub yang berperan mengatur tempo permainan. Tidak mengherankan jika kepergian Brozovic diratapi oleh para fans yang telanjur menjadikannya idola.
ADVERTISEMENT
Namun kemudian bukan tentang romantisme Brozovic dengan Inter Milan yang akan saya bahas kali ini, namun menarik untuk mengamati manuver yang dilakukan oleh klub-klub sepak bola Arab Saudi dalam mengganggu stabilitas status quo liga Eropa yang selama ini dikenal sebagai surga bagi para pemain sepak bola.
Bermain di liga Eropa seringkali menjadi impian bagi seluruh pemain sepak bola di seantero dunia dan dianggap pencapaian puncak apalagi ketika mampu memenangi piala Champion yang merupakan turnamen antara seluruh klub sepak bola di dataran Eropa.
Cristiano Ronaldo merayakan gol kala Al Nassr bertandang ke markas Al Shabab dalam lanjutan Saudi Pro League 2022/23 di KSU Stadium, Riyadh, Arab Saudi, Rabu (24/5). Foto: Fayez Nureldine/AFP
Pergerakan transfer ugal-ugalan klub Liga Arab Saudi dimulai oleh klub Al Nassr pada akhir tahun lalu ketika mereka menggelontorkan uang yang cukup besar untuk mendatangkan mega bintang, Cristiano Ronaldo dari Manchester United.
ADVERTISEMENT
Tidak tanggung-tanggung, Ronaldo memperoleh pundi-pundi penghasilan mencapai 172 juta poundsterling atau sekitar Rp 3,2 triliun untuk jangka waktu kontrak sampai Juni 2025. Sebuah angka yang fantastis bagi seorang pemain sepak bola dan tentu terobosan yang sangat berani bagi sebuah klub untuk memberikan gaji yang sangat besar bagi seorang pemain sepak bola.
Tidak ada yang salah atas pilihan Ronaldo pindah ke Arab Saudi dengan menerima bayaran yang sangat tinggi mengingat dia sudah memasuki usia senja bagi seorang pemain sepak bola profesional.
Setelah kepindahan Ronaldo ke Al Nassr, geliat klub liga Arab Saudi dalam membeli pemain dari liga Eropa musim ini semakin menggila. Lazimnya, pemain-pemain top dunia akan memilih berkarier di luar liga Eropa ketika umur mereka sudah memasuki usia senja dengan kemampuan yang mulai menurun untuk tetap mendapat menit bermain karena biasanya.
ADVERTISEMENT
Di umur senja, mereka sudah sulit untuk bersaing di liga top Eropa. Namun fenomena anomali dilakukan oleh klub-klub Arab Saudi. Mereka menggoda para pemain di liga Eropa yang masih dalam masa keemasan dengan sejumlah uang yang fantastis untuk pindah ke liga Arab Saudi yang geliatnya sama sekali tidak terdengar sebelumnya.
Tercatat musim ini, setelah kedatangan Ronaldo Desember 2022, pemain-pemain liga Eropa yang menyeberang ke liga Arab Saudi antara lain karim Benzema ke Al Ittihad dengan pendapatan sekitar Rp 3,1 triliun per tahun, N’Golo Kante di Al Ittihad dengan gaji sekitar Rp 1,2 triliun per tahun, Marcelo Brozovic di Al Nassr dengan pendapatan Rp 408 miliar per tahun.
Selain itu, ada Kalidou Koulibaly di Al Hilal, Edouard Mendy gabung dengan Al Ahli dengan beberapa pemain lain yang masih dalam proses negosiasi. Pergerakan tersebut tentu belum berhenti karena transfer pemain masih panjang dan kemungkinan masih ada gebrakan dari proses transfer pemain dari liga Eropa ke klub-klub Arab Saudi. Masih banyak pemain dari liga Eropa yang sedang diincar oleh klub kaya dari liga Arab Saudi.
ADVERTISEMENT

Signifikansi Peran Public Investment Fund (PIF)

Cristiano Ronaldo mencetak gol saat Al Nassr melawan Al Wehda dalam laga lanjutan Liga Arab Saudi 2022/23 di King Abdul Aziz Stadium, Makkah, pada 10 Februari 2023. Foto: Ofisial Al Nassr
Dinamika sepak bola Arab Saudi yang menggeliat tahun ini tidak bisa dilepaskan dari peran yang cukup signifikan dari Public Investment Fund (PIF). Yayasan ini pula yang mengakuisisi salah satu klub liga Inggris, Newcastle United pada tahun 2021 sehingga berubah menjadi klub papan atas musim ini dan finish di urutan keempat. Kekuatan dana yang dimiliki oleh PIF memang cukup besar dan digelontorkan di industri sepak bola.
PIF adalah yayasan dana investasi publik yang didirikan pada tahun 1971 oleh Faisal bin Abdulaziz yang bertujuan untuk menyediakan dukungan pembiayaan pada proyek yang memiliki signifikansi terhadap perekonomian negara.
Pada perkembangan selanjutnya, PIF dihidupkan kembali pada tahun 2015 dan berada di bawah pimpinan Mohammed bin Salman, kemudian mendapat kepemilikan saham Aramco sebesar 4 persen.
ADVERTISEMENT
PIF sendiri dianggap sejalan dengan visi ekonomi 2030 sehingga pada akhirnya, PIF diarahkan untuk mendukung realisasi visi ekonomi 2030 untuk lepas dari ketergantungan minyak. Apa yang kita saksikan pada beberapa kebijakan pemerintah Arab Saudi tidak terlepas dari keputusan-keputusan untuk mewujudkan visi Ekonomi 2030.
PIF fokus pada 13 bidang yang akan dikembangkan termasuk olahraga. Pihak Kerajaan mencanangkan beberapa sektor termasuk olahraga dengan program yang berkelanjutan untuk memberikan penciptaan peluang kerja yang signifikan dan menarik antusiasme masyarakat dalam bidang olahraga.
Pemerintah Arab Saudi menargetkan warga yang aktif berolahraga mencapai 40 persen dari total penduduk. Selain itu, pemerintah Arab Saudi juga menargetkan Liga Profesional Arab Saudi masuk dalam daftar 10 liga terbaik di dunia.
ADVERTISEMENT
Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh PIF dengan cara mengeluarkan modal di awal untuk membangun industri sepak bola yang mentereng dengan dana yang jor-joran. Dalam istilah marketing sering disebut sebagai promosi bakar uang.
PIF memulai langkah besar di kancah sepak bola Eropa dengan membeli salah satu klub liga Premier Inggris, Newcastle United. Setelah membeli saham Newcastle United, PIF kemudian mengakuisisi empat klub besar di liga Arab Saudi yaitu Al-Hilal, Al-Ittihad, Al-Nassr, dan Al-Ahli.
Klub tersebut berasal dari basis kota besar di Arab Saudi, Al Hilal dan Al-Nassr berasal dari kota Riyadh sedangkan Al-Ittihad dan Al-Ahli berasal dari Jeddah. Keempat klub tersebut yang melakukan manuver transfer pemain dengan memberikan gaji yang fantastis terhadap pemain bintang dari Eropa.
ADVERTISEMENT
PIF menguasai 75 persen saham dari keempat klub tersebut yang berarti bahwa keempat klub akan mendapat suntikan dana dalam jumlah yang besar dari PIF.
Akuisisi PIF terhadap empat klub top liga Arab Saudi sebenarnya meninggalkan kekhawatiran terhadap berbagai kalangan bahwa akan terjadi monopoli PIF terhadap berlangsungnya liga.
Namun, dengan melihat gelontoran dana yang dikeluarkan oleh PIF untuk membangun klub dan mendatangkan pemain-pemain top dari liga Eropa, sasaran utamanya tentu saja bukan untuk meraih prestasi di liga domestik Arab Saudi tetapi akuisisi empat klub tersebut didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan animo masyarakat Arab Saudi pada industri sepak bola.
Hal tersebut juga terlihat dari geliat empat klub tersebut mendatangkan pemain bintang sehingga liga Arab Saudi diharapkan berlangsung kompetitif setidaknya di antara empat klub milik PIF.
ADVERTISEMENT
Jika seandainya PIF hanya mengincar gelar juara domestik maupun prestasi di kawasan, mungkin saja mereka hanya akan mengakuisisi satu klub dengan memberikan dana yang tidak terbatas.

Visi Ekonomi Arab Saudi 2030

Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto: Shutterstock
Keputusan Arab Saudi yang direpresentasikan oleh PIF melakukan investasi besar-besaran di dunia sepak bola tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang tunggal. Artinya bahwa harus dilihat secara komprehensif khususnya dari kebijakan ekonomi Arab Saudi yang mengalami dinamika yang cukup signifikan beberapa tahun terakhir.
Investasi di sepak bola hanya merupakan bagian kecil dari kebijakan ekonomi Arab Saudi. Otoritas Arab Saudi melalui pangeran Mohammed bin Salman sedang menghidupkan kembali visi ekonomi 2030 yang merupakan sebuah proyeksi masa depan dalam hal diversifikasi ekonomi yang terlalu bergantung terhadap minyak.
ADVERTISEMENT
Framework strategi tersebut berusaha untuk mengembangkan sektor-sektor vital lain seperti pariwisata, kesehatan, dan pendidikan. Proyek visi Arab Saudi 2030 tidak hanya sekadar untuk melakukan diversifikasi ekonomi dalam bidang-bidang lain selain minyak, namun framework tersebut juga ditujukan sebagai titik tumpuan untuk menjadikan Arab Saudi sebagai kekuatan raksasa ekonomi dunia bukan hanya di kawasan Timur Tengah namun juga di kancah ekonomi global.
Visi Saudi 2030 (ru’yah al-su’udiyah) pada dasarnya merupakan framework strategis dalam melakukan reformasi di bidang sosial ekonomi yang masif dan ekstensif dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya minyak dengan cara mengembangkan sektor lain yaitu kesehatan, pendidikan, wisata, hiburan, pelayanan publik dan sektor yang lain yang akan menunjang perekonomian negara.
ADVERTISEMENT
Sebagai perwujudan dari visi ekonomi 2030 maka beberapa tahun terakhir, pemerintah Arab Saudi yang diprakarsai oleh Mohammed bin Salman melakukan reformasi kebijakan secara signifikan di setiap sektor seperti membuka hiburan malam, melegalkan perempuan menyetir, serta mega proyek seperti Green Riyadh, yang merupakan proyek penghijauan yang masif untuk menghijaukan padang pasir yang tandus.
Penggalian situs arkeologi dan sejarah yang disebut Al-Ula Project serta proyek menjadikan Arab Saudi sebagai clean energy yang dikenal dengan program Saudi Green Initiative. Proyek yang terakhir tentunya memiliki tantangan tersendiri karena Arab Saudi dikenal dengan negara memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber daya minyak di mana hal ini sangat paradoks dengan proyek clean energy.
Pemerintah Arab Saudi juga memutuskan sebuah kebijakan di bidang ekonomi yang mengejutkan para mitranya yaitu Arab Saudi mewajibkan seluruh perusahaan multinasional yang menjalin kontrak bisnis dengan Arab Saudi harus memindahkan kantor pusat regionalnya ke wilayah Arab Saudi pada 1 Januari 2024.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini tentu menjadi sebuah alarm bahwa Arab Saudi benar-benar ingin mengintensifkan semua potensi ekonomi untuk menjadikan negara mereka sebagai negara raksasa di bidang ekonomi. Kebijakan tersebut tentu akan memberikan tambahan pemasukan terhadap Arab Saudi dari berbagai sektor seperti pajak dan tentu perekonomian domestik akan ikut berdampak positif.
Dengan memahami dan mencermati kebijakan Arab Saudi Secara yang termanifestasikan dalam sebuah mega proyek visi ekonomi 2030, maka dapat dipahami alasan di balik suntikan dana besar oleh PIF kepada empat klub top Arab Saudi untuk mendatangkan pemain bintang Eropa demi mendongkrak prestise liga Arab Saudi dan menarik minat masyarakat Arab Saudi secara umum untuk terlibat aktif dalam industri sepak bola.
Kebijakan PIF di dunia sepak bola tidak semata untuk menggapai prestasi instan klub yang maksimal hanya bisa diperoleh pada tingkat kompetisi antar klub di Liga Champion Asia.
ADVERTISEMENT

Quo Vadis Sepak Bola Arab Saudi?

Cristiano Ronaldo beraksi selama pertandingan Al-Ittihad Al-Nassr dalam lanjutan Liga Pro Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, pada 9 Maret 2023. Foto: AFP
Fenomena klub-klub Arab Saudi yang jor-joran mendatangkan bintang sepak bola dari Eropa hampir sama dengan fenomena yang terjadi di liga China sekitar awal tahun 2016. Ketika klub-klub China berlomba-lomba mendatangkan para pemain dari dataran Eropa dan Amerika Latin.
Beberapa klub China yang melakukan langkah besar seperti Guangzhou Evergrande, Jiangsu Suning, dan Shanghai Greenland Shenhua. Bahkan ironisnya, Guangzhou Evergrande menelan pil pahit karena terdegradasi ketika mereka sudah menghabiskan cukup banyak pundi-pundi untuk membeli pemain.
Langkah tersebut ditetapkan oleh asosiasi sepak bola China dalam rangka memenuhi ekspektasi presiden Xi Jinping agar timnas China mampu memenangi piala dunia 2030. Selain itu, kebijakan transfer pemain dari daratan Eropa dimaksudkan untuk mendongkrak prestise liga China sekaligus untuk menstimulasi pemain domestik agar berkembang lebih baik lagi sehingga berdampak terhadap timnas China.
ADVERTISEMENT
Namun pada akhirnya hasil yang akan dicapai ternyata nihil. Timnas China tidak mampu berbuat banyak di pentas Asia alih-alih di kanca piala dunia bahkan mereka tidak lolos ke Piala Dunia 2022.
Akhirnya di tahun 2019, otoritas liga Super China membatasi gaji para pemain dari luar negeri menjadi maksimal Rp. 895 juta per pekan sementara sebelumnya, Oscar yang diboyong oleh Shanghai SIPG dari Chelsea menerima gaji mencapai Rp 7,3 miliar per pekan.
Pembatasan tersebut menjadi momentum pamor liga Super China mulai menurun dan tidak lagi menjadi destinasi menggiurkan para pemain profesional dari daratan Eropa dan Amerika Latin.
Pada akhirnya, transfer pemain Eropa ke klub-klub China berhenti sampai sekarang dan disadari oleh ketua umum Asosiasi Sepak Bola China, Chen Xuyuan, bahwa mereka sudah membakar terlalu banyak uang untuk mendorong prestasi China di bidang sepak bola namun hasilnya nihil bahkan berada di jalur yang belum benar. Chen khawatir jika fenomena ini terus berlangsung maka potensi sepak bola China akan kolaps.
ADVERTISEMENT
Pengalaman kegagalan China dalam melakukan investasi besar-besaran di dunia sepak bola, tidak menyurutkan niat Arab Saudi untuk melakukan hal yang sama meskipun dengan tujuan yang sedikit berbeda.
China ingin meningkatkan prestasi timnas mereka di level internasional sementara tujuan Arab Saudi melakukan investasi di dunia sepak bola melalui PIF. Selain untuk meningkatkan kualitas timnas, juga sebagai upaya untuk menumbuhsuburkan industri sepak bola dan diharapkan agar pemain-pemain top yang datang mampu menarik minat masyarakat untuk memenuhi stadion di setiap pertandingan.
Berangkat dari strategi diversifikasi ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah Arab Saudi dalam visi 2030 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manuver yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi yang diwakili PIF dalam membangun citra mereka di dunia sepak bola dengan mendatangkan pemain bintang dari Eropa dan Amerika Latin merupakan salah satu bagian kecil dari strategi pemerintah untuk mendukung visi ekonomi 2030 yaitu realisasi diversifikasi ekonomi dalam berbagai bidang sehingga Arab Saudi mampu mengurangi ketergantungan yang terlalu besar terhadap sumber daya minyak.
ADVERTISEMENT
Gambaran besar potret Arab Saudi di tahun 2030 adalah negara yang kuat dalam bidang ekonomi dengan sumber pendapatan selain minyak bumi.
Setelah memahami kerangka besar dari kebijakan pemerintah Arab Saudi dalam berbagai bidang termasuk di dalamnya bidang olahraga yang termaktub dalam visi ekonomi 2030, maka bergabungnya sejumlah bintang sepak bola di klub Arab Saudi tidak lagi menyisakan tanda tanya besar, apa sebenarnya proyeksi ke depan bagi pemilik klub untuk berani membakar sejumlah uang besar hanya untuk mendatangkan bintang sepak bola.
Apakah benar murni untuk menstimulasi perkembangan sepak bola Arab Saudi agar bisa lebih meningkat dan berdampak signifikan terhadap timnas Arab Saudi? Jawabannya mengarah pada satu kesimpulan bahwa investasi besar di bidang sepak bola untuk menunjang proyeksi besar visi ekonomi 2030.
ADVERTISEMENT