Ramadan dan Ceramah Tarawih Progresif

Minhajuddin
Akademisi Unisa Bandung - Peneliti pada Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI).
Konten dari Pengguna
20 Maret 2024 9:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mimbar masjid. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mimbar masjid. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jarang sekali saya mendengar ceramah Ramadan mengenai topik yang membahas tentang isu-isu sosial. Lazimnya, para Mubalig akan membawakan ceramah seputar Hablum MinAllah dan Hablum Minannas, bahkan sebagian dari isi ceramah hampir sama.
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang salah dengan topik ceramah di atas, tetapi isu-isu sosial juga sangat penting untuk diarusutamakan di kalangan agamawan untuk memengaruhi para jemaahnya dalam kehidupan sosial, selain tentunya isu lingkungan juga sangat penting.
Semalam saya tarawih di masjid dekat kos. Masjid yang tidak terlalu luas atau mungkin lebih cocok dikategorikan musala. Masjid ini tidak terlalu ramai karena berada di kompleks perumahan yang sepi. Meskipun ada beberapa rumah, namun sebagian dari rumah tersebut dipasang spanduk di depannya dengan tulisan "dijual," bahkan sebagian lagi sepi tak berpenghuni dan terlihat tidak terurus.
Masjid ini hanya dipenuhi oleh jemaah yang mayoritas orang tua yang sudah sepuh bahkan ketua DKMnya terlihat sudah sangat berumur. mereka pensiunan, perkiraanku. Ada beberapa bocah yang sering salat di masjid ini karena Imam di masjid ini sekaligus merangkap sebagai guru ngaji.
ADVERTISEMENT
Biasanya, sebelum melaksanakan salat tarawih, dilaksanakan tauziah Ramadan sekitar 20 menit. Kemudian akan dilanjutkan dengan salat tarawih 8 rakaat.
Seperti biasa sesudah salat ba'diyah Isya, seorang Mubaliq naik ke mimbar. Sesaat setelah mengucapkan salam pembuka, beliau kemudian menyampaikan bahwa pada kesempatan kali ini, beliau tidak akan membahas hal-hal yang sudah sering disampaikan oleh penceramah lain.
Beliau akan membahas dua hal yang umum di kondisi sosial yaitu kebiasaan buang sampah dan kebiasaan berlalu lintas. Saya yang sedang berada di lantai dua, tertarik mendengar topiknya karena biasanya, kita sudah terlalu sering disuguhi ceramah tentang puasa, keutamaan Ramadan, dan topik mainstream lain yang sering diulang-ulang.

Sampah dan Persoalan Kebiasaan

Akhir-akhir ini, sampah menjadi masalah di kota Bandung. Bahkan tahun lalu, Bandung dianggap berada dalam kondisi darurat sampah. Kebakaran TPA Sarimukti menjadi salah satu penyebab menumpuknya sampah di kota Bandung.
ADVERTISEMENT
Sangat lazim menyaksikan masyarakat Indonesia yang membuang sampah di sungai, di lahan-lahan kosong, dan di tempat yang tidak seharusnya. Bahkan jika ditegur maka mereka merasa tidak ada yang salah membuang sampah pada tempat-tempat tersebut.
Persoalan sampah memang memerlukan solusi yang komprehensif tetapi harus menggunakan pendekatan kultural dan struktural. Tidak bisa dilakukan secara parsial karena hasilnya tidak akan bisa maksimal.
Pendekatan kultural artinya bahwa masyarakat harus membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, bahkan sampah sekecil bungkus permen pun tidak boleh diremehkan.
Sang Mubaliq memberikan gambaran tentang kebiasaan orang Jepang dalam membuang sampah. Menurut beliau bahwa siswa SD di Jepang tidak langsung diajari pelajaran matematika tetapi pada tiga tahun awal, mereka diajarkan pendidikan karakter termasuk kebiasaan membuang sampah.
ADVERTISEMENT
Suatu waktu, ada orang Indonesia yang sedang berada di Jelang. Suatu waktu saat berada di tempat umum, setelah merokok, dia membuang puntung rokok di jalanan. Seorang warga Jepang kemudian mematikan rokok lalu membuang puntung rokok di tempat sampah.
Kejadian semacam itu sebenarnya sangat umum bagi warga Jepang. Di beberapa perhelatan pertandingan olahraga yang melibatkan tim Jepang, seringkali kita menyaksikan suporter Jepang yang memungut semua sampah setelah pertandingan bahkan ketika pertandingan dilangsungkan di negara lain.
Jepang memang sudah terkenal sangat concern pada masalah lingkungan termasuk kesadaran mereka yang sangat tinggi dalam membuang sampah di tempatnya.
Selain pendekatan kultural, harus ada juga pendekatan struktural yang ketat dan dilaksanakan secara konsisten misalnya aturan-aturan mengenai buang sampah termasuk denda bagi masyarakat yang membuang sampah sembarang tempat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga harus mampu menyiapkan tempat sampah di titik-titik area publik agar memudahkan masyarakat membuang sampah pada tempatnya.
Jika kedua pendekatan ini sudah dilakukan secara optimal dan berkelanjutan, maka Indonesia mungkin bisa bebas dari masalah sampah. Namun tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mewujudkan Indonesia bebas dari masalah sampah.

Kebiasaan Berlalu Lintas

Topik kedua yang dibahas tentang kebiasaan pengendara motor di Bandung. Beliau sangat terganggu dengan fenomena baru pengendara motor ketika sedang berada di lampu merah.
Aturannya, ketika lampu merah maka sudah sepatutnya pengendara motor berhenti untuk memberikan jalan ke pengendara dari arah lain agar tidak terjadi kecelakaan. Namun ada fenomena baru yang membuat pengendara lain gondok.
Jadi setiap kali terjebak lampu merah, pengendara motor tidak berhenti tetapi belok kiri, kemudian memotong jalan dan belok kanan. Cara itu dilakukan agar tidak menunggu lama di lampu merah.
ADVERTISEMENT
Persoalannya, sangat rawan terjadi kecelakaan karena pengendara motor akan memotong jalan para pengendara dari arah sebelah kiri yang sedang melaju.
Pemandangan ini sangat sering saya jumpai di lampu merah pertigaan Jalan Turangga. Pengendara motor yang melaju dari arah Gatot Subroto akan belok arah ke jalan Turangga kemudian beberapa meter, mereka akan memotong jalan untuk kembali ke jalan Pelajar Pejuang menuju Buah Batu.
Persoalan menjadi semakin rumit karena saya tidak pernah menjumpai petugas polisi mengatur jalan di lampu merah tersebut.

Memaknai Ramadan

Di momen Ramadan kali ini, sudah sepantasnya untuk memaknai hikmah Ramadan tidak hanya dari ibadah ritual tetapi merefleksikan kebiasaan-kebiasaan kita di tengah masyarakat termasuk kebiasaan buang sampah dan juga kepatuhan berkendara di jalan raya.
ADVERTISEMENT
Kita tidak hanya dihisab atas ibadah-ibadah pokok yang dilaksanakan tetapi juga bagaimana kita dalam bermasyarakat. Apakah kita seringkali mengganggu kohesi sosial ataukah memberikan manfaat terhadap masyarakat.
Kita disuruh untuk mengendalikan diri di momen bulan Ramadan tetapi yang kita kendalikan hanya sebatas tidak makan dan minum sementara pengendalian diri dalam kebiasaan-kebiasaan buruk tidak pernah kita jalankan.
Renungan Ramadan #7