Ramadan dan Pelajaran Bersikap Tenang

Minhajuddin
Akademisi Unisa Bandung - Peneliti pada Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI).
Konten dari Pengguna
15 Maret 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Minhajuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puasa Ramadhan. Foto: Oleksandra Naumenko/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puasa Ramadhan. Foto: Oleksandra Naumenko/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelajaran hidup tidak hanya berasal dari diri kita tetapi juga dari kejadian-kejadian di sekitar. Ketika kita menyaksikan sesuatu kejadian maka yakinlah bahwa kita disuruh untuk mengambil hikmah dari kejadian yang tersebut.
ADVERTISEMENT
Seringkali kita abai untuk mengeruk hikmah dari apa yang terjadi di sekitar kita padahal hidup ini adalah sekolah paling luas. Kita seringkali bertafakur saat kejadian-kejadian besar misalnya bencana alam, sementara mungkin saja kita menyaksikan peristiwa-peristiwa kecil yang berguna bagi pendewasaan diri.
Setiap kejadian harus dilihat sebagai peristiwa, semua ruang harus dianggap sebagai ruang kelas, dan makhluk hidup adalah guru kita. Sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa:
Filosofi di atas terkesan sederhana namun yakinlah bahwa cukup sulit untuk diterapkan karena sejatinya manusia terlalu meninggikan egonya. Mereka tidak akan mengambil hikmah dari orang dianggap rendah dari dirinya. Itulah sebabnya kita lebih sering menyaksikan orang yang banyak bicara sementara sangat susah menemukan pendengar yang baik.
ADVERTISEMENT

Malapetaka Karena Tergesa-gesa

Seperti biasa saat hendak berangkat ke Bandung, saya memesan ojek online dari rumah menuju pool travel yang akan membawa saya ke Bandung. Jarak rumah saya ke pool travel tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5-10 menit perjalanan dengan motor.
Setelah memastikan bahwa semua barang-barang saya sudah siap dan tidak ada yang ketinggalan, saya segera memencet aplikasi ojek online. Biasanya jika cuaca cerah, tidak terlalu sulit untuk memesan ojek online, sekali klik langsung dapat driver.
Demikianlah kemarin malam, sepersekian detik ketika menekan tombol booking, saya sudah dihubungkan dengan seorang driver yang posisinya tidak terlalu jauh dari titik lokasi saya.
Lazimnya, ketika pesanan masuk, driver ojek online akan memastikan bahwa lokasi customer sesuai titik, saya membalas dengan pesan otomatis bahwa lokasi sesuai titik yang saya cantumkan. Dia meminta agar saya bersabar sedikit menunggu, entahlah mungkin dia sedang ada urusan.
ADVERTISEMENT
Menyadari bahwa keberangkatan travel 20 menit lagi, saya membalas chatnya agar tidak terlalu lama karena jadwal keberangkatan travel sudah mepet.
Sepersekian menit, dia sudah tiba di depan saya. Saat di perjalanan, saya sedikit agak risih karena jok motornya didesain miring dan sarung jok yang licin. Selain itu, dia terkesan terburu-buru sementara saya sudah mengingatkan untuk pelan-pelan saja karena jarak ke pool travel cukup dekat. Saya beberapa kali berusaha untuk menahan diri saya agar tidak mepet ke dekat karena setiap dia mengerem, badan saya otomotis bergerak maju.
Setelah beberapa meter dari pool travel, dia beberapa kali memencet HPnya, sekilas nampaknya dia berusaha untuk menyelesaikan pesanan via aplikasi agar ketika tiba di lokasi, dia berharap langsung dapat customer. Saya tidak mempersoalkan hal tersebut hanya saja dia tidak fokus menyetir sementara lalu lintas kendaraan sedang ramai.
ADVERTISEMENT
Benar saja, hampir tepat di depan pool travel, HPnya jatuh dan dia tiba-tiba berhenti di tengah jalan tanpa sama sekali memperhatikan keselamatan kami. Saat itu jalanan sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan. Saya berusaha memberikan kode kepada pengendara di belakang kami agar berhati-hati.
Apesnya, ketika HPnya jatuh, sebuah mobil angkot melaju dengan kecepatan sedang dan melindas HP tersebut. Layar HP retak dan beberapa kali dia berusaha menyalakan namun tidak berhasil.
Saya mengucapkan simpati dan berharap HP nya masih bisa digunakan meskipun dari kejadian tersebut, saya juga membatin bahwa ketergesa-gesaan selalu mendatangkan petaka.

Ramadan dan Pribadi yang Tenang

Salah satu hikmah dari bulan Ramadan adalah melatih diri untuk bersikap tenang dan sabar dalam hal apa pun termasuk dalam hal makan dan minum. Sikap tenang tersebut terbentuk dari latihan sebulan untuk memastikan bahwa kita bisa mengontrol diri kita.
ADVERTISEMENT
Sikap tenang bukan anugerah yang didapatkan secara gratis tetapi melalui proses perjalanan panjang yang harus dilatih secara konsisten. Latihan tersebut tentu membutuhkan kemampuan pengendalian diri karena seseorang yang tidak mampu mengendalikan diri maka akan terburu-buru dalam banyak hal.
Cerita tentang tukang ojek di atas sangat umum di tengah kehidupan masyarakat bahkan saya pribadi pun seringkali melakukan hal yang terburu-buru ketika sedang lepas kendali.
Penyebab utama dari sikap terburu-buru karena kita terlalu fokus memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Misalnya tukang ojek tadi, tentu dia sudah menyusun narasi di dalam pikirannya bahwa setelah dia menurunkan saya maka dia berharap langsung dapat orderan yang lain sehingga dengan tergesa-gesa menyelesaikan orderan sebelum saya tiba di lokasi tujuan.
ADVERTISEMENT
Pikiran yang tidak bisa dikontrol akan berdampak terhadap tindakan kita. Seseorang yang memiliki utang selalu dihantui ketakutan tidak bisa membayar utang sehingga ketika tidak mampu mengendalikan pikirannya, seringkali akan mengambil jalan pintas, merampok misalnya.
Demikianlah hidup ini yang penuh dengan pembelajaran. Kita hidup sebenarnya dituntut untuk terus belajar dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita saksikan.
Renungan Ramadan #2