Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bukan Desa Tertinggal, Inilah Geoproduk Desa Bojong Pangandaran
6 Agustus 2022 9:11 WIB
Tulisan dari MIRANDA PRATIWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Bojong merupakan salah salah satu desa di Kabupaten Pangandaran yang memiliki daya tarik tersendiri terutama wisatanya. Desa yang indah, sejuk, dan bebas polusi ini membuat para wisatawan ingin sekali mengunjunginya, apalagi akses transportasi dan akomodasi yang cenderung mudah dan biasanya memakai mobil bak kecil atau bus medium. Selain wisatanya, desa ini kaya akan warisan budaya dan tradisi.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Desa Bojong, Tata Sumiyata, mengatakan ia sangat bangga dengan Pangandaran saat ini. Hal tersebut terjadi karena ia merasa saat ini pariwisata yang ada di Pangandaran sudah sangat bagus. Selain itu, pihak pemerintah juga sudah mulai peduli dengan wisata yang ada di Pangandaran. Hal ini terbukti dengan adanya kunjungan Presiden Jokowi dan gubernur ke Pangandaran.
“Pangandaran yang dahulu hanya dikenal dengan wisata pantainya kini mulai bergerak dan mempersiapkan diri untuk menjadi kawasan geopark.” Ujar Tata.
Fauna yang terdapat di Pangandaran hanya sedikit, hanya burung-burung kecil dan musang yang sering terlihat. Di Pangandaran kita akan banyak menemukan kekayaan flora seperti pohon jati, mahoni, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan adanya kerajinan tangan asal Desa Bojong, yaitu kerajinan Hata.
Kerajinan anyaman hata adalah salah satu produk kerajinan tangan yang ada di Dusun Sukamanah RT 02/RW 06, Desa Bojong, Kec. Parigi, Kab. Pangandaran. Kerajinan ini terbuat dari tumbuhan hata yang akan menghasilkan produk seperti gelang, tas, vas bunga, dll. Dikutip dari laman postingan akun instagram @pangandaran.tourism, hata yang dalam bahasa latinnya kemudian disebut Lygodium Circinnatum adalah jenis tumbuhan paku yang merambat. Tumbuhan ini tumbuh di hutan alami, yang panjangnya dapat mencapai 10 m dan diameter batang sekitar 2-5 mm. Tumbuhan hata ini belum dibudidayakan secara komersial, karena tumbuhan ini masuk ke dalam tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya, tumbuh secara liar.
ADVERTISEMENT
Adapun untuk keunggulan dari produk kerajinan anyaman hata ini adalah semua bahan baku tentunya berkualitas tinggi dan pemilihan bahan baku pun sudah melewati beberapa proses pemilihan dan juga dikerjakan dengan sangat teliti.
Sejalan dengan tempat kerajinan hata, kita bisa langsung pergi ke wisata sungai Body Rafting Citumang yang merupakan hal wajib dikunjungi jika ke Pangandaran. Citumang adalah sebuah aliran sungai yang memiliki air yang sangat jernih dengan warna kehijauan atau agak kebiruan. Aliran sungai ini membelah hutan dengan debit aliran sedang yang mengalir ke sebuah gua alam. Harga tiket masuk ke wana wisata Citumang yakni sebesar Rp 20.000,00 untuk weekday dan Rp 25.000,00 untuk weekend. Sementara itu, untuk harga paket body rafting berbeda-beda, tentunya sesuai dengan jasa pelayanan yang ditawarkan. Berkisar dari harga Rp 70.000,00 - Rp 150.00,00 hal ini juga tergantung ke jumlah peserta. Untuk jam operasional, tempat wisata ini buka mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Tidak jauh dari objek wisata Citumang, terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai Gang Golok, tepatnya berada di RT 05 RW 05, Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Sesuai namanya, gang ini memiliki kerajinan golok yang cukup dikenal masyarakat. Abah Enju yang berumur 69 tahun adalah seorang seniman pengrajin patung, relief, seni ukir, seni wayang. Sebelumnya, Abah Enju menekuni kerajinan wayang dari tahun 1978. Abah Enju merupakan seorang dalang sekaligus pembuat dari wayang-wayang yang dimainkan. Bahkan, dalang terkenal Ade Kosasih Sunarya pernah mendatangi kediaman Abah Enju untuk belajar pembuatan seni wayang.
Dikarenakan perubahan zaman yang semakin modern menjadikan pertunjukkan wayang sudah jarang diminati, maka dari itu Abah Enju beralih menekuni kerajinan seni lainnya, seperti pembuatan golok. Awal mula kerajinan golok ini berasal dari adanya kebutuhan pelanggan yang mencari golok.
ADVERTISEMENT
“Yaa biasanya golok ini di pesan oleh pejabat, masyarakat sekitar juga tidak banyak yang tahu kerajinan golok ini”. Ujar Abah Enju.
Dengan melihat adanya peluang bisnis untuk memenuhi ekonomi serta adanya bakat seni rupa dari Abah Enju membuat kerajinan golok ini berlangsung hingga sekarang. Namun, untuk masyarakat sekitar Desa Bojong belum mengetahui banyak tentang keberadaan kerajinan golok ini. Abah Enju mengaku bahwa terkenalnya golok Abah Enju seringkali disebabkan oleh banyaknya influencer atau media yang mendatangi kediaman Abah Enju yang kemudian meliput dan mengunggah video ke media sosial.
Setelah puas akan melihat keindahan wisata dan kerajinan yang ada di Desa Bojong, tentu kita tidak ketinggalan untuk berbelanja. Di desa tersebut ada usaha kecap dan keripik pisang yang langsung diproduksi di sana dengan beberapa keunggulan dibandingkan kecap lainnya. Hal ini dikarenakan menggunakan bahan baku kedelai hitam dengan kualitas terbaik dan gula aren sebagai bahan campurannya. Penggunaan gula aren inilah yang membuat kecap tahan sampai satu tahun.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari perkembangan geoproduk dan wisata di desa Bojong membuktikan jika desa tersebut tidak tertinggal, bahkan Desa Bojong tetap ramai pengunjung, mulai dari keluarga hingga rombongan banyak orang yang melakukan wisata. Menurut data yang ada, terdapat maksimal 2.830 orang per lima belas hari yang datang berkunjung ke tempat wisata di Desa Bojong. Untuk angka minimalnya sendiri, mungkin terdapat setengah dari data maksimal, yaitu kurang lebih sekitar 1.400 wisatawan per lima belas hari.
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini