Kesadaran dan Cerita Lelaki Kunang-kunang

MOH ARI PUTRA WIRAYUDA
Mahasiswa Psikologi di Universitas Brawijaya, menulis untuk diri sendiri di masa depan.
Konten dari Pengguna
21 Februari 2023 7:28 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOH ARI PUTRA WIRAYUDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kunang-kunang. Foto: Suzanne Tucker/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kunang-kunang. Foto: Suzanne Tucker/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Aku terbangun pada suatu malam dan mendapati sekujur tubuhku telah berubah menjadi kunang-kunang. Cahaya kuning kehijauan berpendar dari sekujur tubuhku. Sekujur tubuhku benar-benar berubah menjadi seukuran kunang-kunang.
ADVERTISEMENT
Aku melihat benda-benda di kamarku mendadak membesar dalam ukuran berpuluh kali lipat. Aku terbang berputar-putar di dalam kamar, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Sembari terbang, aku memikirkan bagaimana tubuhku bisa menjadi kunang-kunang.
Ke manakah sisa materi yang menyusun tubuhku, mungkinkah semuanya menghilang begitu saja? Secara logika ini semua sangat mustahil. Atau apakah ini semua hanya mimpi? Aku mencoba mempercayai bahwa yang sedang terjadi sekarang adalah mimpi, dan aku akan segera terbangun.
Malam begitu pekat. Baru kali ini aku merasakan suasana malam yang berbeda. Menjadi berukuran kecil membuatku melihat banyak hal yang sebelumnya terlewatkan saat menjadi seukuran manusia.
Ilustrasi bubuk jangkrik Foto: Shutter Stock
Aku mendengar jelas suara-suara malam. Suara jangkrik yang bersahutan. Suara embus daun. Suara langkah kaki serangga-serangga kecil di dinding, di rumput, dan di permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Aku juga mendengar jelas dengung nyamuk dan serangga lain di keheningan malam. Sebuah keheningan yang semarak. Lampu yang menggantung di langit-langit terasa gemerlap, seperti matahari siang hari.
Di permukaan sehelai daun aku berdiam diri dan mencari tahu apa yang tengah terjadi. Jika semuanya hanyalah mimpi, aku tidak perlu melakukan apa pun. Aku hanya perlu menunggu saatnya aku terbangun dari mimpi ini.
Betapa sangat kecewanya saat aku membuka mataku dan mendapati tubuhku masih berwujud kunang-kunang. Aku masih memercayai bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi, dan berharap aku akan segera terjaga.
Ilustrasi kupu-kupu. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Aku merasa terkejut saat seekor kupu-kupu menghampiriku dan menyapaku. Kupu-kupu berkata bahwa dia melihat sebuah keanehan tepat di malam aku berubah menjadi kunang-kunang, beberapa saat sebelum aku terjaga.
ADVERTISEMENT
Jendela kamarku tiba-tiba terbuka dan sewujud manusia bercahaya melayang keluar dan terbang di kegelapan malam. Sewujud manusia itu adalah ribuan kunang-kunang yang berpendar, bagian lain dari tubuhku.
Menurut desas-desus dari para serangga, sewujud manusia itu terbang ke arah timur laut. Aku harus segera menyusul dan menemukannya. Dalam perjalananku ke timur laut, aku kembali berpikir. Bagian manakah diriku ini? Mengapa bagian tubuhku yang lain meninggalkanku sendirian? Apakah keberadaanku tidak berarti?
Bagaimana jika bagian tubuhku yang lain telah berubah menjadi manusia dan aku sendiri tetap menjelma seekor kunang-kunang. Aku hampir putus asa dengan bayanganku sendiri. Namun, aku tetap melanjutkan perjalanan demi menemukan bagian tubuhku yang lain.
Ilustrasi kunang-kunang. Foto: Fer Gregory/Shutterstock
Setelah menempuh jarak yang jauh, akhirnya aku bisa menemukan mereka. Kukira, mereka telah menjelma kembali menjadi sosok manusiaku. Ternyata aku salah. Selama ini mereka menungguku, karena mereka takkan mungkin menjelma kembali menjadi manusia tanpaku aku adalah keping kesadaran terakhir yang tertinggal. Akulah kesadaran itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Penggalan cerita tersebut adalah salah satu bab di dalam novel yang aku baca beberapa tahun lalu. Chapter yang berjudul “Lelaki Kunang-Kunang” dalam novel “Dongeng untuk Allea” menimbulkan banyak pertanyaan di kepalaku hingga hari ini.
Mungkin yang akan kita bahas di sini tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi mari kita kaji sedikit.
Apakah kita sedang sadar? Pertanyaan tersebut mudah dijawab. Mampu membaca kalimat ini saja sudah membuktikan bahwa kita memiliki kesadaran.
Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesadaran. Pertama kita harus membedakan terlebih dahulu antara istilah “consciousness” dan “awareness” yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti sama yaitu “kesadaran”.
Ilustrasi kunang-kunang. Foto: anko70/Shutterstock
Awareness diartikan sebagai kemampuan untuk mempersepsikan, merasakan, dan mengenali sesuatu. Sistem pengindraan menjadi faktor bahwa seseorang aware. Sedangkan consciousness sendiri diartikan sebagai pengalaman subjektif saat seseorang aware terhadap lingkungan, emosi, dan pikirannya.
ADVERTISEMENT
Proses yang terjadi saat seseorang aware menjadi fundamental untuk selanjutnya menjadi conscious. Awareness adalah prasyarat untuk memiliki consciousness.
Bayangkan kita melihat sebuah pohon di taman. Kita mungkin akan memperhatikan bentuk daunnya, lekukan ranting-ranting, dan warna buah yang ranum. Kemudian, mulai memperhatikan perasaan senang dan damai yang timbul ketika melihat pohon tersebut.
Kesadaran adalah apa yang membuat kita dapat mempersepsikan pohon, merasakan emosi dan pikiran tentangnya. Tanpa adanya kesadaran, kita bahkan tidak akan mengetahui keberadaan pohon tersebut.
Ilustrasi Fokus Terganggu. Foto: Shutterstock
Pengalaman sadar kita secara konstan berubah dan beradaptasi. Misalnya, saat ini otak kita fokus terhadap tulisan yang sedang dibaca. Kemudian, fokus kesadaran kita berpindah ke kursi yang sedang kita duduki ataupun pencahayaan di ruang tersebut. Beberapa detik kemudian, kita merencanakan kegiatan esok hari di dalam pikiran. Hal tersebut menunjukkan kesdaran yang bersifat dinamis.
ADVERTISEMENT
In the subjective experience of humans, consciousness can be found attached to basically three domains of neural processing, (a) the detection and perception of the content of sensory input from outside and inside the own body, (b) the cognition-based preparation for actions, and (c) the observation and/or intentional control of own ongoing thoughts and emotional/motivational states (e.g., Dehaene and Naccache, 2001; Zeman, 2001; Raffone and Pantani, 2010; Dehaene and Changeux, 2011; Brown et al., 2019).
Menurut pernyataan tersebut, dalam pengalaman subjektif manusia, kesadaran dapat ditemukan terkait dengan tiga domain pemrosesan saraf, yaitu:
ADVERTISEMENT
Menurut jurnal yang berjudul “In the Theatre of Consciousness” kesadaran memiliki sembilan fungsi, dan kita akan coba kaitkan fungsi-fungsi tersebut dengan cerita “Lelaki Kunang-Kunang”:
Ilustrasi kunang-kunang. Foto: WUT.ANUNAI/Shutterstock
1. Adaptation and learning function
Kesadaran memiliki peran penting terhadap fungsi belajar dan beradaptasi. Tokoh “Aku” dalam cerita tersebut dengan cepat beradaptasi dengan bentuk barunya yaitu seekor kunang-kunang.
2. Definitional and contextualizing function
Fungsi ini berguna untuk memahami sesuatu dan mengkategorikannya ke dalam konteks yang lebih luas. Dalam cerita tersebut, tokoh utama perlu memahami dan meninjau ulang tentang identitasnya yang berubah menjadi kunang-kunang.
3. Access to a self system
Kesadaran memberikan kita akses terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman. Sederhananya, kita memiliki kesadaran akan identitas yang kita miliki. Meskipun telah berubah menjadi kunang-kunang, tokoh “Aku” tidak kehilangan kesadaran akan identitasnya yang awalnya adalah seorang manusia.
ADVERTISEMENT
4. Prioritizing and access control function
Untuk mencapai sebuah tujuan, kesadaran membuat kita mampu memilah dan memprioritaskan informasi yang akan mendukung tercapainya tujuan tersebut. Dalam cerita “Lelaki Kunang-Kunang”, tokoh utama merasakan putus asa dalam wujudnya sebagai kunang-kunang. Namun, ia mengabaikan hak tersebut dan memilih untuk memprioritaskan tujuannya yaitu menemukan bagian dirinya yang lain.
5. Recruitment and control function
Fungsi ini membuat kita fokus dan memiliki kontrol akan tindakan serta tujuan yang ingin kita capai. Tokoh “Aku” misalnya, fokus terhadap tujuannya untuk menemukan bagian tubuhnya yang lain.
6. Decision-making and executive function
Fungsi pengambilan keputusan diperlukan untuk untuk merencanakan sesuatu dan melakukan tugas-tugas kompleks. Dalam cerita tersebut, sang “Aku” segera membuat keputusan untuk mencari bagian lain dirinya begitu mengetahui arah mereka pergi.
ADVERTISEMENT
7. Error-detection and editing function
Kesadaran juga membuat kita peka pada error dalam pemikiran dan berusaha meninjau ulang tentangnya. Pada awalnya, tokoh “Aku” berpikir bahwa dirinya merupakan bagian yang tidak penting. Namun, pada akhirnya ia mengetahui bahwa dirinya adalah kesadaran dari tubuh manusianya.
8. Reflective and self-monitoring function
Fungsi ini membuat kita berefleksi terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman, serta mengamati proses mental yang terjadi. Saat menjadi kunang-kunang, “Aku” memiliki perasaan dan pengalaman yang berbeda yang sebelumnya terlewatkan saat ia menjadi manusia.
9. Optimizing the trade-off between organization and flexibility
Fungsi ini membuat kita dapat menyeimbangkan antara memiliki keteraturan dan kemampuan untuk beradaptasi jika dibutuhkan. Dalam wujud kunang-kunangnya, tokoh “Aku” perlu menyeimbangkan antara kesadarannya sebagai manusia serta beradaptasi dengan wujud barunya sebagai kunang-kunang.
ADVERTISEMENT
Itu saja yang bisa aku bahas tentang kesadaran dan cerita "Lelaki Kunang-Kunang".