Diponegoro, Puisi yang Harus dibaca Kids Zaman Now

Moh Fajri
Editor kumparanBisnis
Konten dari Pengguna
23 November 2017 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Diponegoro merupakan salah satu puisi yang termuat dalam buku “Aku Ini Binatang Jalang” karya Chairil Anwar. Meskipun termuat sejak 1943, Diponegoro menjadi puisi yang masih relevan dan layak dibaca oleh siapapun, khususnya Kids Zaman Now.
ADVERTISEMENT
Chairil Anwar sebagai pengarang ingin menumbuhkan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia, karena itu beliau memilih Diponegoro sebagai judul dalam puisinya. Sebelum memutuskan memilih judul tersebut, tentu Chairil Anwar sudah mempelajari sejarah hidup Pangeran Diponegoro dengan baik.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Pangeran Diponegoro pernah membuat pasukan Belanda kocar-kacir pada saat Perang Diponegoro berlangsung. Berbagai cara diupayakan oleh Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro, termasuk melakukan sayembara penangkapan. Hingga akhirnya, Pangeran Diponegoro harus disergap secara licik oleh pasukan Belanda.
Semangat pantang menyerah dari Pangeran Diponegoro yang pernah menggerakkan rakyat pada masa itu sepertinya ingin selalu dihidupkan kembali oleh Chairil Anwar. Hal tersebut sangat penting supaya generasi zaman now tetap ingat bahwa Indonesia merdeka bukan karena sosial media. Tetapi ada pahlawan yang rela berkorban nyawa.
ADVERTISEMENT
Dalam puisi Diponegoro sendiri terdiri dari dari dua puluh tiga baris yang terbagi dalam sebelas bait. Dalam setiap bait menggunakan rima akhir yang sama sehingga membuat puisi ini enak untuk dibaca dan didengar.
Kata benda dalam puisi ini berjumlah lima belas. Terdapat juga dua puluh kata kerja, dan delapan kata sifat, serta tiga konjungsi. Secara keseluruhan jumlah kata dalam puisi Diponegoro adalah tujuh puluh empat kata.
Pemilihan kata dalam puisi ini juga cukup sederhana. Namun meskipun sederhana, diksi tersebut merupakan diksi yang tegas. Ketegasan tersebut semakin terasa apabila puisi ini dideklamasikan.
Berikut ini adalah puisi Diponegoro karya Chairil Anwar.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
ADVERTISEMENT
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju,
Serbu,
Serang,
Terjang.
Nah, itu tadi puisi Diponegoro karya Chairil Anwar yang sayang untuk tidak dibaca.