Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Benda Penghitung Doa Itu Bernama Japamala, Tasbih, Rosario, Manik-Manik Doa
7 Mei 2025 13:16 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mohamad Jokomono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istri saya pernah bercerita tentang drama Cina (dracin) yang bertokoh protagonis seorang lelaki muda. Dia chief executive officer (CEO) sebuah perusahaan besar dan ternama. Itu menurut sahibul kisahnya.
ADVERTISEMENT
Lebih menarik lagi, lelaki muda merupakan seorang penganut agama Buddha yang taat. Ke mana pun pergi, dia selalu membawa tasbih. Atau yang menurut bahasa Sansekerta, disebut japamala.
Japamala itu, dia bawa juga, bahkan saat memimpin rapat di perusahaan. Pendek kata, hampir dalam setiap aktivitas kehidupannya, simbol identifikasi bagi penganut agama Buddha itu, senantiasa dibawanya. Kecuali mungkin ketika dia berada di kamar mandi.
Sebenarnya masih ada beberapa varian nama. Tergantung pada bahasa apa yang dirujuk. Dalam bahasa Jepang, disebut juzu. Adapun dalam bahasa Tibet dinamai malaby.
Butir-butir japamala terbuat dari bahan kayu, tulang, kristal, biji-bijian (salah satunya biji rudraksha. Pohon genitri (Elaeocarpus ganitrus) yang berbuah dengan biji-biji yang bisa dibuat manik-manik japamala.
ADVERTISEMENT
Bentuk manik-manik itu bisa bulat, oval, ataupun unik seperti biji-biji rudraksha. Jumlahnya ada 108 butir yang melambangkan keinginan duniawi. Ada pula versi yang lebih sedikit, yaitu 54 atau 27 biji. Bisa jadi ini versi yang lebih substantif dari angka suci 108 itu.
Selain itu, makna simbolik japamala dalam agama Buddha, juga melambangkan siklus kehidupan yang pada hakikatnya, perjalanan menuju ke pencerahan.
Adapun penggunaan japamala dalam agama Buddha, yaitu untuk mengingat jumlah mantra, doa, frasa sakral yang telah terucapkan dalam suatu proses peribadatan. Selain simbol identifikasi, fungsi lainnya guna meningkatkan fokus spiritual dalam laku meditasi.
Japamala Buddha pada tradisi Nichiren Shu, terdapat perbedaan jumbai berdasarkan penggunanya. Antara petinggi agama dan pemeluk biasa, japamalanya memiliki jumbai yang berlainan.
ADVERTISEMENT
Japamala dalam Agama Hindu
Nama japamala (bahasa Sansekerta) sebagai alat untuk mengingat jumlah mantra, doa, atau frasa suci juga dikenal dalam agama Hindu. Ini dilakukan selama semadi atau praktik spiritual lainnya.
Jumlah manik-maniknya pun 108 butir. Bahan yang lazim dimanfaatkan, yaitu biji rudraksha. Dalam agama Hindu, jumlah ini melambangkan kesempurnaan alam semesta; jenis-jenis dosa yang seharusnya dihindari jauh-jauh.
Angka 108 juga mereprentasikan 12 zodiak kali 9 planet. Agama Hindu memberikan makna simbolik pada manik-manik japamala itu sebagai simbol keberuntungan astrologis.
Bahan manik-manik untuk japamala dalam agama Hindu lebih sering dibuat dari biji rudraksha. Mereka meyakini ada kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya. Teristimewa dalam tradisi Shivaite. Salah satu dari empat aliran utama yang memuja atau mengagungkan Dewa Siwa.
ADVERTISEMENT
Tasbih dalam Agama Islam
Dalam Islam, untaian manik-manik sebagai alat bantu pengingat jumlah doa dalam kegiatan zikir, biasa dikenal dengan tasbih. Acap kali digunakan setelah salat wajib. Setelah rangkaian sejumlah doa, lazimnya diikuti bacaan zikir.
Zikir pemujaan terhadap keagungan Allah, seperti Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji bagi Allah), dan Allahu Akbar (Allah Yang Maha Besar), pun terlantun masing-masing 33 kali.
Jumlah manik-manik dalam tasbih ada 99 yang melambangkan Asmaul Husna. Nama-nama indah dan mulia milik Allah Swt. Tanda-tanda keagungan-Nya. Varian jumlah butir tasbih yang paling lazim, yaitu 33.
Ada pula yang menyebutkan jumlah butir tasbih dalam Islam sebanyak 100 butir. Ada tambahan satu butir untuk membacakan zikir La Ilaha Illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) sebanyak 1 kali. Untuk menggenapi zikir yang berjumlah 99 kali tadi.
ADVERTISEMENT
Saya belum pernah melihat sendiri. Tetapi, ada informasi yang menyebutkan jumlah butir tasbih itu ada yang 11 butir, 66 butir, bahkan 1.000 butir. Bisa dibayangkan, kalau tasbih dengan 99/100 butir saja kira-kira sepanjang 30 sentimeter.
Tasbih 1.000 dengan manik-manik di kisaran ukuran 5 hingga 9 milimeter tentu panjangnya bisa bervariasi. Minimal bisa tiga meteran. Dan, besar kemungkinan bisa lebih dari panjang itu.
Dan, ternyata sejumlah platform online menjualnya, dengan manik-manik dari kayu walikukun, kokka, dan gaharu. Demikian pula, dengan tasbih 11 dan 66 butir, juga dijual secara daring.
Keutamaan berzikir dengan tasbih, agar jumlah doa pemujaan kepada Allah yang telah terucapkan sesuai dengan jumlah yang menjadi niatan awal. Selain itu, tasbih dapat mengondisikan konsentrasi lebih terbentuk pada saat hati hendak memuja keagungan Allah..
ADVERTISEMENT
Rosario dalam Agama Katolik
Alat bantu untuk menghitung atau mencatat doa-doa yang terucapkan secara berulang, penganut agama Katolik menggunakan rosario. Terdiri atas salib dan 50 butir manik-manik. Setiap butir mewakili satu doa Salam.Maria.
Rosario berfungsi untuk menghitung Doa Salam Maria sebanyak 50 kali. Terdiri atas lima dekade dan tiap dekade 10 doa. Di samping itu, rosario juga mengiringi Doa Bapa Kami, Doa Kemuliaan, serta doa-doa lain menurut tradisi.
Tiap dekade rosario dikaitkan dengan satu dari 20 Misteri Rosario, yaitu peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus dan Bunda Maria.
Pemeluk Katolik dapat mengucapkan doa dengan suara lantang baik secara sendiri atau bersama setiap hari atau pada bulan-bulan tertentu seperti Mei dan Oktober.
ADVERTISEMENT
Rosario merupakan alat bantu doa yang berperan penting bagi penganut agama Katolik. Selain untuk mengingatkan jumlah hitungan doa, juga membantu konsentrasi untuk merenunginya serta mempertegas iman.
Manik-Manik Doa dalam Agama Kristen Protestan
Manik-manik doa (prayer beads) dalam agama Kristen Protestan berfungsi untuk menghitung doa yang terucapkan atau mengulangi frasa-frasa suci.
Banyak denominasi (subkelompok atau cabang) Kristen Protestan yang tidak menggunakan manik-manik doa dalam kebaktian atau doa pribadi mereka.
Akan tetapi, ada sejumlah pemeluk Kristen Protestan, terutama dari tradisi Ortodoks dan Ritus Timur, memanfaatkan manik-manik doa sebagai alat bantu persembahyangan.
Adapun fungsi manik-manik doa itu untuk menghitung jumlah doa yang terucap, mengondisikan konsentrasi yang benar-benar terfokus, dan menjadikannya sebagai simbol doa.
ADVERTISEMENT
Pemeluk Kristen Ortodoks menggunakan manik-manik doa yang dihubungkan dengan tali doa, yang paling umum terdiri atas 100 butir. Namun, yang berjumlah 50 atau 33 butir juga acap kali digunakan.
Manik-manik doa dalam agama Kristen Protestan masih menjadi masalah yang kontroversial. Belum ada konsensus tentang hal ini antardenominasi. Mayoritas denominasi tidak menggunakannya. Hanya sebagian dari tradisi Ortodoks dan Ritus Timur yang memanfaatkannya. ***
■ Mohamad Jokomono, S.Pd., M.I.Kom., purnatugas pekerja media cetak.