Konten dari Pengguna

Berbagi Keasyikan saat Bermain Gim Tebak Kata

Mohamad Jokomono
Pernah bekerja sebagai redaktur di Harian Suara Merdeka Semarang (2001-2024). Purnatugas per 9 November 2024. Pendidikan terakhir S-2 Magister Ilmu Komunikasi Undip Semarang (2015). Menyukai kucing.
13 April 2025 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Jokomono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Permainan gim tebak kata Katla Edisi #1174 yang memicu penelusuran kata setelah hasil tebakan dapat diraih. (Foto: Mohamad Jokomono)
zoom-in-whitePerbesar
Permainan gim tebak kata Katla Edisi #1174 yang memicu penelusuran kata setelah hasil tebakan dapat diraih. (Foto: Mohamad Jokomono)
ADVERTISEMENT
Secara tidak terduga, dalam permainan tebak kata Katla Edisi #1174, Sabtu (12/4/2025), saya menemukan realitas yang menarik. Saat itu, pada baris pertama, saya menulis kata yang selalu saya pakai untuk mengawali gim, yaitu “S.E.T.I.A”. Hasilnya, lima kotak yang tersedia semua berwarna kelabu. Itu berarti semua huruf yang saya tebak salah.
ADVERTISEMENT
Pada baris kedua, saya coba dengan kata yang berbeda jenis vokal dan konsonannya. Saya ketik kata “J.U.J.U.R”. Hasilnya huruf J pada kotak pertama dan ketiga berwarna kelabu (salah). Sementara itu, huruf vokal U pada kotak kedua dan keempat serta huruf konsonan R pada kotak kelima berwarna hijau (benar).
Dari hasil ini ditemukan, kerangka morfologis “/…/.U./…/.U.R”. Tinggal diisi dengan huruf konsonan untuk membentuk kata. Dari proses awal tebakan, ditemukan kata “J.U.J.U.R” (1). Menurut KBBI VI Daring, berarti tidak berbohong (saat berkata); tidak curang (dalam permainan); tulus/ikhlas. Sementara itu, dari serapan bahasa daerah Batak, memiliki makna “uang yang diberikan pengantin laki-laki kepada calon mertuanya”.
Pada baris ketiga, saya coba dengan kata “B.U.B.U.R” (2). Hasilnya sama, huruf B di kotak pertama dan ketiga berwarna kelabu (salah). Artinya makanan lembek berair yang dibuat dari bahan beras atau kacang-kacangan yang direbus. Bisa pula dimaknai sebagai barang yang menyerupai bubur, seperti bubur kertas.
ADVERTISEMENT
Saya ketik kata “L.U.L.U.R” (3) pada baris keempat. Dua huruf L-nya berada di kotak kelabu. Tapi ia sukses ter-enter sebagai kata. Merujuk pada benda berbentuk bubuk berwarna kuning dengan campuran wewangian. Berfungsi untuk membersihkan badan dan menghaluskan kulit. Biasa digunakan oleh kaum wanita.
Selanjutnya di baris kelima, saya coba “P.U.P.U.R” (4). Hasilnya sama. Dua huruf P belum sesuai dengan tebakan yang benar. Kata ini merupakan padanan dari “bedak”. Arti lainnya, untuk menyebut tindakan ayam atau burung puyuh berguling-guling dan berkepak-kepak di atas tanah atau pasir.
Baru pada kesempatan terakhir di baris keenam, tebakan saya beruntung benar. Saya masukkan kata “G.U.G.U.R” (5). Dan, kelima kotak yang menaungi semua huruf itu berwarna hijau. Kata ini bisa berarti jatuh sebelum masak (buah-buahan); lahir sebelum waktunya (bayi). Bisa juga batal (terkait keikutsertaan peserta dalam suatu lomba). Merujuk pada orang meninggal (yang berjasa bagi bangsa dan negara). Juga bisa berarti kalah (atlet yang tidak bisa mengatasi lawan, biasanya di babak awal suatu pertandingan).
ADVERTISEMENT
Melanjutkan penelusuran dengan dua konsonan kembar. (Foto: Mohamad Jokomono)
Terisi Konsonan Kembar
Saya tidak berhenti hingga kata pada akhirnya tertebak. Ada dua hal yang memantik minat saya untuk terus melanjutkan penelusuran. Pertama, kerangka morfologisnya sudah terbentuk secara tetap, yaitu “/…/.U./…/.U.R”. Kedua, dari lima hasil tebakan (empat salah dan satu benar) menunjukkan semua terisi dengan huruf konsonan kembar.
Saya pun menjadi penasaran, siapa tahu masih ada sejumlah kata lagi yang dapat terbentuk dengan pola demikian. Untuk memenuhi keinginan itu, saya memanfaatkan arsip Katla yang dapat dioperasikan kembali. Tentu saja dengan jawaban yang sama dengan edisinya. Saya manfaatkan arsip edisi #1. Hanya, saya tidak berusaha untuk mencari tebakan yang benar. Akan tetapi, hanya menelusuri kemungkinan kata dengan pola yang sama.
ADVERTISEMENT
Begitulah, saya gunakan arsip Katla Edisi #1 untuk keperluan dimaksud. Di baris pertama, saya coba kata “T.U.T.U.R” (6). Ternyata ada saat di-enter. Ia merupakan padanan dari “ucapan; kata; perkataan”. Lalu berlanjut ke “M.U.M.U.R” (7) di baris kedua. Eh, sukses juga. Nah, yang adalah bentuk tidak baku dari “han.cur”.
Setelah itu, di baris ketiga saya ketik “C.U.C.U.R” (8). Tidak ada notifikasi gim yang menyatakan bahwa kata itu tidak ada dalam KBBI. Ada banyak arti yang terkandung di dalamnya. Bisa merupakan keterangan pancaran yang menurun (air mata). Di bidang pelayaran, dapat bermakna “bagian perahu sebelah depan yang menganjur panjang; jungur” dan “layar segitiga (dipasang pada tiang terdepan) pada perahu; jib”. Arti lain, merujuk penganan yang dibuat dari adonan tepung beras dan gula (merah) yang digoreng.
ADVERTISEMENT
Pada baris keempat, saya ikut sertakan kata “S.U.S.U.R” (9). Nah, sukses. Artinya pinggir atau tepi sebelah luar (misalnya tentang bantal. Dari serapan bahasa Jawa, bermakna sugi, tembakau untuk membersihkan gigi saat makan sirih. Lalu saya masukkan kata “D.U.D.U.R” (10) di baris kelima. Bila mendapat prefiks “men-” sehingga terbenruk kata berimbuhan “men.du.dur”, maka artinya adalah “menyerahkan seseorang kepada pihak yang berwajib (di Gayo)”.
Di baris keenam, saya bertemu dengan kata “W.U.W.U.R” (11). Kata serapan dari bahasa Jawa ini bisa dimaknai sebagai pemberian uang atau bantuan materi kepada pihak yang membutuhkan. Setelah men-screenshoot dan kemudian me-reset hasil dari penelusuran kata berdasarkan pola di atas, saya kembali berupaya melakukan penelusuran lebih lanjut.
Saya manfaatkan kembali arsip Katla Edisi #1. Di baris pertama saya ketik “K.U.K.U.R” (12). Ternyata masih oke. Ada dua arti. Merujuk pada alat mengukur (dari kata dasar “kukur) atau memarut buah kelapa. Dan, tiruan bunyi burung tekukur. Kata ini yang terakhir saya temukan dengan pola dua konsonan kembar.
ADVERTISEMENT
Penelusuran terus belanjut. (Foto: Mohamad Jokkmonk)
Terisi Dua Konsonan
Selanjutnya saya memasukkan dua konsonan berlainan pada konstruksi morfologis “/…/.U./…/.U.R”. Pada baris kedua, saya coba “J.U.L.U.R” (13). Tidak ada masalah. Artinya, keluar memanjang. Selain itu, merujuk pada hewan rayap; rayap tanah; semut putih; anai-anai; rangas.
Di baris ketiga, saya bubuhkan kata “M.U.L.U.R” (14). Maknanya memanjang. Lalu “K.U.W.U.R” (15) di baris keempat. Serapan dari bahasa Jawa. Artinya bingung atau pikiran kacau. Sudah itu “G.U.Y.U.R” (16) yang merupakan padanan dari siram. Serta di baris keenam, “B.U.H.U.R” (17), bentuk tidak baku dari buhul (simpul dasi).
Kembali hasil temuan kata-kata itu saya screenshoot dan reset. Untuk selanjutnya saya melakukan penelusuran lagi dengan memanfaatkan arsip Katla Edisi #1. Di baris pertama ada “S.U.L.U.R” (18), akar yang tumbuh dari cabang seperti pada pohon beringin. Lalu di baris kedua ada “B.U.L.U.R” (19), ragam klasik, artinya sangat lapar.
ADVERTISEMENT
Berikut terdapat “D.U.L.U.R” (20), saudara, di baris ketiga. “K.U.M.U.R” (21) di baris keempat, berarti cuci mulut dengan air. Selanjutnya ada “B.U.J.U.R” (22) di baris kelima, dengan makna panjang suatu bidang tanah. Dalam Geografi, mengacu pada posisi timur atau barat suatu tempat di permukaan bumi, yang diukur atau ditentukan dengan meridian. Serta, “Z.U.H.U.R” (23) di baris keenam, waktu tengah hari; salat salat wajib setelah matahari tergelincir sampai menjelang petang.
Melacak kemungkiinan lain. (Foto: Mohamad Jokomlno)
Setelah screenshoot dan reset serta memanfaatkan arsip Katla Edisi #1, masih ada penelusuran lagi. Di baris pertama muncul kata “D.U.B.U.R” (24), istilah bidang Anatomi untuk lubang pada ujung bawah usus; pelepasan; anus. Lalu “K.U.B.U.R” (25) di baris kedua, artinya liang hahat; makam. Sudah itu di baris ketiga, ada “B.U.S.U.R” (26), alat untuk melepaskan anak panah.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut di baris keempat ada “G.U.S.U.R” (27), artinya geser. Jika mendapat prefiks “meng-” jadilah “menggusur”, menggeser tempat; menyuruh pindah tempat. Di baris kelima ada “T.U.G.U.R” (28), merupakan serapan dari bahasa Jawa. Bisa bermakna “tetap menunggu pada suatu tempat”. Bisa pula bermakna “menjaga rumah, ladang). Serta, di baris keenam ada “C.U.K.U.R” (29), potong (rambut).
Demikian salah satu sisi menarik dari permainan tebak kata yang dapat saya share. Masih sangat mungkin ada kata lain yang terlewat dari upaya penelusuran ini. Walau begitu, perlu diakui, ada keasyikan tersendiri saat melakukannya. ***
Mohamad Jokomono, S.Pd., M.I.Kom., purnatugas pekerja media cetak.