Konten dari Pengguna

Menghampiri Wilayah Makna Kata “Resan”

Mohamad Jokomono
Pernah bekerja sebagai redaktur di Harian Suara Merdeka Semarang (2001-2024). Purnatugas per 9 November 2024. Pendidikan terakhir S-2 Magister Ilmu Komunikasi Undip Semarang (2015). Menyukai kucing.
14 Mei 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Jokomono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika bermain Katla Edisi 1202 pada Sabtu (10/5/2025) lalu, saya gagal menebak. Dari enam kesempatan yang disediakan, pada baris kelima dan keenam, saya kurang beruntung dalam memilih satu huruf saja.
ADVERTISEMENT
Hasil tebakan kata yang gagal. (Foto: Mohamad Jokomono)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil tebakan kata yang gagal. (Foto: Mohamad Jokomono)
Pada tebakan di baris kelima, saya masukkan kata “R.E.S.A.H”. Hanya huruf H di kotak 5 yang berwarna kelabu (salah). Empat huruf lainnya di kotak hijau (benar).
Manakala di baris keenam yang merupakan kesempatan terakhir untuk menebak, saya masukkan huruf P. Ah, ternyata hasilnya masih berada di kotak kelabu (salah). Itu berarti lenyap sudah keberuntungan saya dalam proses menebak kata kali ini.
Sejurus kemudian muncul notifikasi yang memberitahukan dua hal. Distribusi Tebakan baik pada baris pertama, kedua, ketiga maupun baris keempat, kelima, dan keenam semua berwarna kelabu. Tidak ada satu pun baris yang berwarna hijau. Itu berarti kali ini, tidak ada satu pun tebakan saya yang benar.
Notififikasi Distribusi Tebakan dan hasil tebakan yang benar. (Mohamad Jokomono)
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada notifikasi tentang Katla Hari Ini, yaitu berupa jawaban berupa tebakan kata yang benar, yaitu “R.E.S.A.N”.
Kebetulan sekali saya baru kali pertama mengetahui kata ini. Alih-alih merasa kecewa dengan hasil tersebut, saya justru merasa beruntung. Karena, saya berkesempatan menghampiri wilayah makna kata tersebut.
Makna lema "re.san" di KBBI VI Daring. (Foto: Mohamad Jokomono)
Dari Bahasa Melayu
Tidak ada notifikasi keberasalan lema “re.san” yang secara eksplisit ditunjukkan sebagai bahasa Melayu di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi VI Dalam Jaringan (KBBI VI Daring).
Akan tetapi, saat saya mengeceknya di Kamus Bahasa Melayu Edisi IV Dalam Jaringan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, ternyata ada lema tersebut di sana.
Lema "re.san" ternyata juga ada di Kamus Bahasa Melayu. (Foto: Mohamad Jokomono)
Makna yang dikandung oleh kedua kamis daring itu pun sama. Yaitu “merasa tersinggung (tersindir) akibat perkataan seseorang” serta “tidak senang melihat kelebihan atau keberuntungan seseorang”.
ADVERTISEMENT
Seseorang dapat mengatakan, bahwa dirinya merasa resan, tatkala tidak bisa menerima perkataan temannya yang begitu pedas menyakitkan hatinya. Atau, ketika dirinya melihat keberhasilan rekan sekerjanya dapat meraih pangkat yang lebih tinggi misalnya.
Dari Bahasa Jawa
Wilayah makna kata “re.san” bisa juga dihampiri ke bahasa Jawa. Kata ini merupakan gabungan dua kata, yaitu “rek.sa” (menjaga; menguasai) dan “wrek.sa” (pohon).
Kata "rek.sa" ternyata ada dalam khazanah kosakata bahasa Jawa. (Foto: Mohamad Jokomono)
Sementara itu, kata "po.hon", jika dibahasajawakan, satu di antaranya "wrak.sa". Ada varian bunyi "wrek.sa".
Kata "po.hon" jika diterrjemahkan ke dalam bahasa Jawa, kata yang tersedia, selain "wit" atau "u.wit", juga "wrak.sa". (Foto: Mohamad Jokomono)
Gabungan kata (tembung garba) “rek.sa” dan “wraksa”/"wrek.sa" itu kemudian mengalami penyingkatan dan modifikasi menjadi “re.san”. Secara harfiah berarti “pohon yang menjaga/menguasai” sumber air demi kebaikan lingkungan sekitar.
Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat Komunitas Resan. Para anggotanya aktif menanam bibit pohon. Dengan tujuan ke depan, agar ada vegetasi yang bisa menjaga sumber air di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
Adapun pohon yang biasanya berfungsi sebagai resan, menjaga keberadaan sumber air, yaitu beringin (Ficus benjamina), preh (Ficus retusa), jambu air (Syzygium aqueum), jambu alas (Syzygium pseudoformosum).
Pepohonan lainnya: gayam (Inacapus fagiter), bulu (Ficus annulata), aren (Arenga pinnata), kepuh (Sterculia foetida), benda (Artocatpus elasticus), dan randu (Ceiba pentandra). ***
Pohon konservasi mata air. (Sumber: Shutterstock)
Mohamad Jokomono, S.Pd., M.I.Kom., purnatugas pekerja media cetak.