Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Verba dengan Makna Spesifik Sebaiknya Diberi Ruang Penerapan
29 April 2025 13:02 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mohamad Jokomono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Verba (kata kerja) yang lebih spesifik. Dalam artian ia mewakili rincian suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek pelaku. Kiranya perlu dipikirkan untuk dibangkitkan realisasi penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari baik lewat bahasa tulis maupun lisan.
ADVERTISEMENT
Sebab, verba demikian merupakan representasi paling dekat dengan apa yang menjadi tindakan sebenarnya dari subjek pelaku. Ia menjadi verba yang lebih menggambarkan kesesuaian tindakan dengan fakta yang terjadi sebagaimana tertuang pada realitas di lapangan.
Dengan demikian, verba bersangkutan tidak bisa digantikan dengan verba lain, meskipun memiliki kedekatan padanan arti. Karena, jika digantikan, akan ada rincian tindakan subjek pelaku yang tidak masuk dalam muatan keseluruhan maknanya.
Dengan bantuan hasil gim tebak kata, terkadang saya menemukan sejumlah verba yang memenuhi kriteria tersebut. Berikut beberapa yang dapat saya kumpulkan lewat proses temuan yang semuanya terjadi secara kebetulan.
Verba “Berdanguk”
Verba dengan makna spesifik pertama yang akan saya kemukakan dalam tulisan ini, yaitu “da.nguk”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi VI Dalam Jaringan (KBBI VI Daring), ia merupakan lema.
ADVERTISEMENT
Adapun sublemanya, “ber.da.nguk”, “men.da.nguk”, dan “ter.da.nguk”. Ketiga sublema ini memiliki afiliasi makna yang sama, yaitu sebagai tindakan “duduk dengan kepala agak mendongak ke depan sambil bertopang dagu”.
Kata “ber.da.guk” tidak berpadanan secara tepat dengan “du.duk ter.me.nung” misalnya. Karena yang terakhir ini, hanya merujuk subjek pelaku yang melakukan tindakan duduk dalam posisi diam sambil berpikir dalam-dalam atau tepekur. Tidak ada rincian posisi “kepala agak mendongak (terangkat sedikit ke atas” dan “(tangan subjek pelaku) menjadi topangan dagunya”.
Verba “Mencengap”
KBBI VI Daring memasukkan lema “ce.ngap” berikut sublema “men.ce.ngap” yang bermakna “menangkap dengan mulut”. Agak susah saya membayangkan tindakan ini bersubjek pelaku manusia. Saya lebih mudah mengimajinasikan bahwa tindakan ini dilakukan oleh hewan.
ADVERTISEMENT
Sekadar mempertegas pemahaman, saya ilustrasikan kisah, ada seekor kucing jalanan yang tengah kelaparan karena hampir seharian tidak makan. Kucing itu datang ke rumah warga pencinta hewan lucu menggemaskan itu. Saking laparnya, kucing itu “men.ce.ngap” sepotong roti yang dilemparkan seorang ibu muda persis ke arah wajahnya.
Akan tetapi, tentu saja akan berbeda verba yang digunakan, manakala kucing itu menangkap dengan kedua kaki depannya (ada yang menyebut kedua tangannya) sepotong roti yang terjatuh di lantai yang tidak jauh dari tempatnya duduk sambil mengeong.
Dalam ilustrasi terakhir ini, tindakan subjek pelaku, si kucing ini tidak tepat jika disebut “men.ce.ngap”. Sebab, penangkapan sepotong roti yang dilemparkan oleh ibu muda itu, tidak dilakukan dengan mulutnya, tetapi dengan tangannya.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, verba “men.ce.ngap” memiliki makna spesifik yang tidak dapat tergantikan dengan verba “me.nang.kap”. Keduanya tidak bisa dipadankan begitu saja, tanpa imbuhan keterangan dengan menggunakan apa proses penangkapan sepotong roti itu terjadi.
Verba “Menyimburkan”
Untuk lema “sim.bur”, KBBI IV Daring, menyebutkan enam sublema, yaitu “ber.sim.bur”, “ber.sim.bur-sim.bur.an”, “me-nyim.bur”, “me-nyim.bur.i”, “ter.sim.bur”.
Inti maknanya adalah tindakan “membuang air ke atas dengan tangan; memercikkan air (atau benda cair lainnya seperti minyak wangi) (dalam jumlah) banyak-banyak”.
Ada kedekatan maknawi antara “me.nyim.bur.(kan)” dan “me.mer.cik.kan” air (atau benda cair lainnya). Hanya yang membedakan, jumlah air dalam “me.nyim.bur.kan” jauh lebih banyak daripada “me.mer.cik.kan”.
Lema “per.cik” merujuk makna pada “titik-titik air yang berhamburan”. Dengan demikian, “me.mer.cik.kan” terkait dengan tindakan “membuang titik-titik air dengan tangan ke arah atas”. Ini berlainan dengan “me.nyim.bur.(kan)” karena airnya tidak sekadar seperti titik-titik (dalam jumlah sedikit). Akan tetapi, air itu dalam jumlah banyak.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kata “me.nyim.bur.kan” dan “me.mer.cik.kan”, sekalipun hampir memiliki kesepadanan makna, keduanya tidak merepresentasikan tindakan yang sama persis. Akan tetapi, pada realitasnya ada perbedaan dalam hal kuantitas air (atau benda cair lainnya) yang dibuang ke arah atas dengan tangan oleh subjek pelaku.
Verba “Menahnik”
Tindakan subjek pelaku pada verba “me.nah.nik” (dari kata dasar “tah.nik). Atau, kalau mengacu pada istilah perkamusan, “tah.nik” itu lema dan “me.nah.nik” itu sublema. Memang sungguh spesifik merujuk pada tiga tindakan yang sekaligus terwadahi dalam satu kata kerja alias verba.
Jika saya boleh menyusun secara paralel semua dalam verba aktif, ada tiga rincian tindakan subjek pelaku yang terkandung dalam verba “me.nah.nik”.
Pertama, mengunyah kurma. Kedua, memasukkan kunyahan kurma itu ke dalam mulut bayi. Ketiga, menggosok-gosokan kunyahan kurma itu ke langit-langit mulut si bayi.
ADVERTISEMENT
Verba “Berjompak”
Di KBBI VI Daring, lema “jom.pak” memiliki sublema “ber.jom.pak”, “ber.jom.pak.an”, “men.jom.pak”. Kisaran maknanya merujuk pada tindakan subjek pelaku (kuda) yang melakukan tindakan “mengangkat kaki depan ke atas” atau “melompat dengan kaki depan terangkat naik”. Yang pertama belum tentu diikuti dengan lari. Yang kedua lebih cenderung diikuti dengan lari.
Kuda biasanya berjompak atau menjompak. Dan, berjompakan, kalau binatang itu melakukannya beberapa kali. Tiga varian sublema ini memang menginformasikan tentang perilaku kuda. Dengan demikian, ada tersedia diksi yang bisa mewadahi makna yang merepresentasikan gambaran perilaku yang spesifik dari binatang itu.
Beberapa Verba Spesifik Lain
Dalam tulisan saya “Terpesona tatkala Bekerja dan Bermain dengan Kata” (Kumparan, tayang 19 Februari 2025 pukul 19:13 WIB), ada pula beberapa contoh beberapa verba yang menunjukkan makna spesifik. Sumbernya pun dari hasil tebakan kata yang kemudian saya konfirmasi ke KBBI VI Daring.
ADVERTISEMENT
Ada lema “ce.kup” dengan sublema “men.ce.kup” yang menawarkan makna “menangkupkan kedua belah telapak tangan” dengan tujuan misalnya untuk menangkap atau membunuh nyamuk atau lalat
Kemudian ada lema “tun.jal” dengan sublema “me.nun.jal”. Ia bisa bermakna “menumpu atau menekankan kaki ketika akan melompat”. Di samping itu, juga bermakna “menjejakkan kaki tatkala hendak berdiri dari posisi duduk”.
Lalu, terdapat lema “sa.pun” (mencium tangan orang tua atau tokoh agama yang disegani). Berikutnya lema “ca.ngak” dengan sublema “men.ca.ngak” dengan kandungan makna “mengulurkan kepala atau mengangkat wajah untuk melihat”. Dan, sublema “ter.ca.ngak-ca.ngak” (melihat ke sana sini dengan tiada tentu arah).
Selintas makna “ter.ca.ngak-ca.ngak” ini hampir mirip dengan “ce.li.nguk.an”. Akan tetapi jika dicermati dari keterangan KBBI VI Daring ada perbedaannya. Bila “ter.ca.ngak-ca.ngak” tidak ada arah pasti kemana subjek pelaku melihat sesuatu yang tengah berada dalam proses pencariannya, maka “ce.li.nguk.an” arahnya hanya ke kanan dan kiri. Dan, secara eksplisit disebutkan faktor penyebabnya adalah kebingungan.
ADVERTISEMENT
Demikian pembahasan sederhana sejumlah verba atau kata kerja yang memiliki makna spesifik dalam bahasa Indonesia. Verba-verba tersebut, dalam pandangan saya, perlu mendapatkan kesempatan pemakaian dalam aktivitas berkomunikasi sehari-hari. Tentu saja jika kita menginginkan adanya representasi verba yang secara tepat memaknai tindakan subjek pelaku yang terjadi dalam realitas di lapangan. ***
■ Mohamad Jokomono, S.Pd., M.I.Kom, purnatugas pekerja media cetak.