Review Film: Justice League

Mohamad Miradi
XBOX - BICYCLING - PLAY
Konten dari Pengguna
20 November 2017 19:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Miradi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Review Film: Justice League
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tidak ada satupun penggemar komik yang tidak mengenal Superman ataupun Batman. begitu pula dengan saya.
ADVERTISEMENT
Meski sudah banyak kisah superhero DC diangkat ke layar lebar dan sudah barang tentu bakal menontonnya, Apalagi kali ini film yang sudah ditunggu-tunggu yakni Justice League!. Saya merupakan salah satu dari penggemar komik DC, selain membaca Spider-man dan X-Men. Tapi, Justice League adalah dream come true buat saya pribadi.
Senyum lebar tidak bisa saya tutupi sedari awal film mulai, selalu berteriak kegirangan (dalam hati tentunya) hingga sedikit menjatuhkan air mata bahagia. Adaptasi komik dan kartun favorit serta aksi-aksi para superhero yang dulu hanya bisa dibaca dan ditonton di TV akhirnya bisa disaksikan langsung di layar lebar.
Adegan dibuka dengan brillian as usual dan tipikal Zack Snyder (meskipun sedikit dikurangi) menggambarkan kekacauan dimana-mana pasca meninggalnya Superman, sang suar harapan.
Review Film: Justice League (1)
zoom-in-whitePerbesar
Munculnya parademons, tentara apokalips suruhan Steppenwolf di berbagai kota manusia maupun di Atlantis dan ‎Themyscira untuk mencari mother box, sebuah kekuatan tanpa batas yang ingin dimiliki oleh sang antagonis Steppenwolf untuk menguasai bumi menambah kegelisahan tersendiri.
ADVERTISEMENT
sebuah plot film superhero yang super simpel dan sangat familiar bukan?
Bruce wayne a.k.a. Batman yang tentu saja sudah mengetahui akan adanya invasi dari alien, berusaha mengumpulkan dan mengkolaborasikan para metahuman untuk mencegah terjadinya invasi tersebut.
oke, 10 menit pertama saya benar-benar sangat exicited parah! momen kelahiran Justice League ditunjukan kedalam adegan pengenalan masing-masing karakter baik itu Batman, Wonder Woman, Aquaman, Flash dan juga Cyborg dalam porsi yang kurang lebih menurut saya sudah cukup. Lagu Everybody knows dari Sigrid menjadi highlight di opening film kali ini, karena sangat cocok dengan adegan slow-mo ala Snyder.
walaupun sebetulnya butuh beberapa scene flashback tambahan secara visual, namun, pengenalan karakter melalui percakapan sudah dirasa mewakili.
ADVERTISEMENT
tidak ada jeda berkepanjangan atau adegan tidak perlu dalam film ini, karena dari awal sudah banyak adegan action yang disuguhi dan patut diancungi jempol.
layaknya sebuah konser musik, mungkin laju film ini bisa dikategorikan dalam genre musik Alternative Rock, yap. melodi gitar serta lantunan lirik yang catchy menggambarkan bagaimana laju dari film Justice League.
Berhubung lagi bahas musik dan score, penunjukan tiba-tiba Danny Elfman yang didapuk untuk mengisi musik Justice League dirasa ...yaaa..... bolehlah, meski.....saya lebih memilih Junkie XL karena sedari awal DCEU dialah yang membantu Hans Zimmer di Man Of Steel dan Batman Vs Superman supaya tetap dengan tone dan tema yang sama.
Memang betul, Elfman dengan pawai menyelipkan theme song milik Batman-nya Tim Burton serta Superman theme-nya Chirstopher Reeves, tetapi secara keseluruhan film,sekali lagi, barang tentu akan masih lebih baik jika Junkie XL yang secara official sudah selesai dan membuat score film Justice League tetap dilanjutkan ketimbang diganti di menit-menit akhir.
ADVERTISEMENT
Steppenwolf (diperankan oleh Ciaran Hinds) sebagai villain sejogjanya bisa lebih menakutkan dan mengintimidasi, jika saja Whedon dan studio menerapkan batas umur diatas 18 atau sampai Mature.
Review Film: Justice League (2)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan saat pertama kalinya Justice League (minus Superman) bertarung dengan Steppenwolf dan gagal total saat mencoba meringkusnya ke prodeo, memperlihatkan betapa kuatnya sang antagonis, begitu pula saat mencoba merebut mother boxes lainnya, hal ini membuat Batman mau tak mau menjalankan plan B nya (bukan Batman namanya kalau ia tidak punya segudang rencana).
Rencana cadangan tersebut justru menimbulkan sedikit konflik di tubuh Justice League namun tidak berkepanjangan. meski pada akhirnya, member Justice League masih pede berangkat ke Rusia untuk sekali lagi coba menghentikan Steppenwolf tanpa kehadiran Superman.
ADVERTISEMENT
Overall Justice League memang film superhero sebagaimana mestinya, tone yang dibuat lebih colorfull serta jokes tambahan oleh whedon sedikit membuat DCEU terlihat inkonsisten hal ini diakibatkan kurang pedenya studio Warner Bros sehingga membuat keputusan re-shoot yang sedikit memecah belah opini penggemar Justice League.
Membuat sekumpulan manusia biasa saja untuk bekerja sama sebagai tim cukup sulit, apalagi superhero, ya ngak? Batman dan Wonder Women memiliki beragam halangan serta kesulitan, namun, pada akhirnya ketika ancaman Steppenwolf sudah di depan pintu masing-masing, para protagonis akhirnya menyadari bahwa "You Can't Save The World Alone".
Skor : 8.5/10. Wajib nonton minimal 2 kali.
Review Film: Justice League (3)
zoom-in-whitePerbesar
Rekap dan SPOILER ALERT...tulisan di bawah ini mengandung SPOILER ALIAS BOCORAN FILM JUSTICE LEAGUE!!
ADVERTISEMENT
i've warned you :)
pros:
- banyak comic's refference scene, intinya fan service banget, thanks to Zack's Cinematography (meski banyak yang di cut)
- masing-masing karakter memiliki peran penting dalam film ini, tidak ada yang terlalu stand out, kecuali pada scene saat Superman rebirth, bener-bener mencekam.
- ada Green Lantern!
- The Flash, superhero zaman now ini benar-benar bau kencur alias newbie, kekuatannya belum bisa dikendalikan penuh. banyak yang mengira kalau "larinya kok aneh sih?" tapi itulah yang terjadi kalau kamu punya speed force dan belum bisa mengendalikannya. karenanya momentum serta pergerakan The Flash terlihat masuk akal dan logis bukan aneh di mata saya.
- kekuatan para superhero belum terlalu di ekspose, artinya terbuka banyak peluang untuk film stand alone masing-masing hero and it's gonna be....wait for it.....Legendary.
ADVERTISEMENT
- post credit scene terbaik! kehadiran Deathstroke membuat saya berteriak di bioskop seperti Barry Allen di adegan ia melihat Bat signal, "oh my god! Deathstroke!!!!
- Batman, bagi sebagian memang terlihat sedikit terlihat "cupu" disini dibandingkan aksinya di warehouse saat menyelamatkan Martha, tapi....... it's not who i am underneath, but what i do that defines me. yap, keputusan dengan resiko kematian dirinya demi kemaslahatan umat manusia dengan cara membangkitkan Superman it's kinda epic plan for me. bukan cuma 1 kali, tapi saat mencoba membuka jalan bagi member JL yang lain, ia sendirian memancing Parademons dengan nyawanya sebagai taruhan.
Review Film: Justice League (4)
zoom-in-whitePerbesar
cons:
- durasi terlalu singkat untuk ukuran film superhero ataupun blockbuster holywood (terima kasih lho Warner Bros)
ADVERTISEMENT
- banyak adegan yang dipotong demi edisi khusus blu-ray dan keuntungan semata
- tone terlalu light sehingga terlihat inkonsisten, meskipun buat saya tidak terlalu masalah
- CGI Henry Cavill sucks so bad (thanks to whedon)
at the end of the movie, Anda akan keluar bioskop sambil bertepuk tangan atau berkelakar...."hmmm.....it's a good movie kok".
Tapi buat saya pribadi, film Justice League memang tidak sempurna, penuh dengan kepentingan, dan reshoot yang krusial oleh Josh Whedon yang mau tak mau harus dilakukan karena tekanan studio.
Pun begitu, menonton film superhero favorit saya terasa sangat enjoy dan menyenangkan no pressure at all karena ekspektasi tetap saya jaga pada koridor film adaptasi komik, tidak kurang tidak lebih. melihat para member Justice League melakukan victory pose is just.... worth to watch.
ADVERTISEMENT
Sedikit saran buat yang ingin menonton, ada baiknya Anda membuang jauh-jauh image film superhero besutan Marvel yang saya rasa sudah cukup melekat dikalangan awam. karena, perbandingan kedua film belum bisa dikatakan setara atas beberapa aspek.