Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Review The Batman, Bukan Film Superhero
2 Maret 2022 23:40 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mohamad Miradi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, apa yang membuat live action superhero besutan sutradara Matt Reeves dibandingkan Film cape crusader yang sebelumnya atau film genre sejenis sehingga worth to watch? Tentunya segudang alasan bisa saya jabarkan, tapi premis utamanya dari film ini adalah pendekatan baru yang selama ini belum ditunjukkan dalam sebuah film oleh pemegang titel The World's Greatest Detective.
Film The Batman , menekankan porsi besar terhadap kemampuan logika deduktif Bruce Wayne di tahun keduanya memakai cowl (topeng) Untuk membasmi kejahatan di kota Gotham. Ini yang membuat banyak penggemar Batman terutama saya penasaran untuk menonton filmnya. But, does it really live the expectations? Mari kita bedah filmnya.
Adegan dibuka dengan nuansa thriller dan intens seperti sebuah film dengan nuansa horror, The Riddler sang antagonis yang digambarkan sebagai psikopat jenius membunuh walikota dengan brutal. Hal ini pula yang membuat James Gordon (Jeffrey Wright) menyalakan sinyal yang menandakan ia butuh bantuan Batman untuk memecahkan kasus pembunuhan yang dirancang oleh sang mastermind The Riddler, psikopat yang berusaha mengungkap kebrobrokan dan kebohongan kota Gotham.
ADVERTISEMENT
Adegan monolog yang dinarasikan oleh Bruce "Fear is a Tool" & “I’m The Shadow” seakan menjadi adegan pelengkap yang menunjukan kesan noir & gritty di film ini. Bahkan beberapa dari mereka merasa ngeri setelah melihat sinyal Batman dan paranoid saat melihat sudut jalan atau gedung gelap hingga akhirnya lari terbirit birit setelah beradu tinju dengan Batman sebelum akhirnya menjawab panggilan James Gordon untuk membantu penyelidikan yang meninggalkan pesan bersandi atau teka-teki khusus untuk sang protagonis.
Plot film pun semakin berkembang kala Bruce Wayne bertemu Selina Kyle alias Cat Woman saat menginvestigasi The Pinguin yang diperankan oleh Collin Farell di klab malam yang merupakan petunjuk rangkaian pembunuhan misterius. Alih-alih mendapatkan informasi dari Pinguin, ternyata Selina memiliki petunjuk untuk membongkar kasus pembunuhan di Gotham yang juga melibatkan masa lalu orang tua Bruce Wayne.
THE REVIEW
ADVERTISEMENT
Matt Reeves kembali berhasil menelurkan point of view yang segar dan menaikan standar baru (yang cukup tinggi) dalam genre film superhero, cerita tentang pembunuhan berantai, isu korupsi layaknya di kehidupan nyata, hingga konspirasi politik diramu menjadi full course dinner yang lengkap layaknya menyantap di restoran michelin bintang 3.
Angkat topi, 2 jempol untuk para pemeran di film ini, Bruce Wayne bukanlah alter ego yang selama ini ditampilkan di film sebelumnya, tidak ada label playboy penghambur previllege uang orang tua atau suka berpesta dalam makan malam pengalangan dana amal.
Robert Pattinson dengan sukses memperlihatkan sosok Bruce yang memiliki konflik personal & tampil sebagai seseorang yang punya amarah tinggi, memiliki beban moral, tidak takut mati & selalu mempertanyakan tindakannya, apakah “Vengeance”/membalas dendam (menjadi Batman) merupakan jalan yang tepat untuk memberikan dampak terhadap kota Gotham.
ADVERTISEMENT
Begitu pula supporting cast yang memilki script dan porsi tepat, seperti saat kala Zoe memiliki agenda sendiri untuk mencari teman yang hilang sehingga menimbulkan konflik dibalut dengan dialog atraktif saat beradu akting dengan Pattinson. Chemistry keduanya bahkan melebihi Keaton & Michelle Pfeiffer saat film Batman Return di tahun 90an.
Bagaimana dengan penampilan Paul Dano sebagai The Riddler?, sangat meyakinkan, Dano benar-benar memberikan kesan jenius psikopat layaknya pembunuh serial dan berperan sebagai satu-satunya karakter yang mampu membuat Batman kelabakan di film ini. Tidak sekadar memberikan puzzle yang bikin pusing tujuh keliling Batman, yang kemunculannya selalu on point di setiap act dan selalu membuat respon WTF moment.
KONKLUSI
The Batman merupakan Cinema Showpiece, berlebihan? Tentu tidak, cerita dilema Bruce dengan konflik emosional sangat terasa dan relate kala sedang dilanda krisis kepribadian, permasalahannya semakin besar saat harus dihadapi dengan lapisan tebal problem lainnya seperti menghadapi pembunuh psikopat jenius, ketidakpercayaan publik terhadap dirinya sebagai Batman & juga korupnya para pejabat di Gotham. Cerita yang mungkin terinspirasi dari komik Batman: Long Halloween dan juga pendekatan film detektif inilah yang menjadi jangkar dan spotlight film The Batman.
ADVERTISEMENT
Kedua, tentunya deretan cast bukan kaleng-kaleng, Robert Pattinson sebagai Batman, Zoë Kravirtz sebagai Cat Woman, sang love Interest the dark knight hingga Jeffrey Wright sebagai kapten Gordon, tandem penyelidikan misteri kriminal bersama Batman.
Paul Dano sebagai otak kriminal jenius yang tidak hentinya membuat kejutan hingga akhir film, Andy Serkis sebagai Alfred sang pelayan yang digambarkan sebagai pensiunan secret service yang juga membantu penyelidikan. Tak lupa juga kelicikan oportunis Pinguin dengan make up brillian hingga sulit untuk mengenali jika tidak kenal dengan aktor Collin Farrel. Semua bersinergi dalam dialog yang intens seperti tidak sempat untuk menarik nafas dan tidak terasa kalau film ini hampir 3 jam!
Terakhir, Secara visual, The Batman tidak mengandalkan banyak CGI dalam artian animasi grafis, kemampuan Matt Revees yaitu bagaimana meramu film ini mampu memproyeksikan kota Gotham yang penuh dengan kejahatan, kriminal, korupsi, adegan-adegan pengambilan gambar ditampilkan secara cinematik yang super apik. Golden circle, rule of thirds, V shape, double diagonal semuanya ada di film ini.
ADVERTISEMENT
Mulai dari adegan kecil seperti saat Batman berjalan bersiap menghajar penjahat, adegan kejar-kejaran menggunakan Batmobile yang membuat saya menahan nafas, final act yang penuh dengan aksi dan adegan pembuka yang membuat saya berfikir ini film thriller seram.
Scoring, scoring, dan scoring. character theme song, efek suara yang sangat imerse berpadu indah seperti harmoni, hingga deru mesin Batmobile benar-benar dirangkai sempurna untuk indera pendengaran melengkapi pengalaman saya dalam merasakan film
Skor: 10/10 it’s a masterpiece