Konten dari Pengguna

Merawat Antibiotik, Merawat Kesehatan Masyarakat

Moh Vicky Indra Pradicta
Seorang dokter hewan yang hobi nulis, bekerja di sektor Food Industry sebagai National Quality Leader dan penggiat One Health
10 Agustus 2021 13:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Vicky Indra Pradicta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penggunaan antibiotik pada ayam sering disalahgunakan untuk terapi yang sifatnya pencegahan. Bukan pengobatan. Dok: unsplash/Jo-Anne McArthur
zoom-in-whitePerbesar
Penggunaan antibiotik pada ayam sering disalahgunakan untuk terapi yang sifatnya pencegahan. Bukan pengobatan. Dok: unsplash/Jo-Anne McArthur
ADVERTISEMENT
Siang itu teman kuliah saya membagikan sebuah informasi yang menjadi headline surat kabar. Beritanya bukan tentang harga pakan ayam yang terus meningkat tetapi soal penggunaan antibiotik pada ayam yang selama ini digunakan. Bahkan praktik ini sudah jamak dilakukan bagi para peternak dan tentunya juga berlangsung turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Padahal penggunaan antibiotik pada ayam yang selama ini digunakan menyimpan potensi mengganggu kesehatan masyarakat. Risiko tersebut adalah munculnya resistensi antibiotik. Meskipun isu ini juga tidak baru-baru amat tetapi hingga saat ini belum ada tindakan konkret untuk menanganinya. Jikapun ada masih sebatas imbauan dan penerapannya hanya dalam lingkup peraturan di atas kertas saja.
Sebenarnya apa yang dimaksud resistensi antibiotik itu? Bagi yang belum familiar dengan istilah tersebut, saya mencoba menjelaskannya secara singkat dan praktis. Secara teori dan pengertian umumnya, resistensi antibiotik merupakan kondisi di mana suatu antibiotik sudah tidak mampu lagi menjalankan tugas utamanya dalam 'membunuh' bakteri yang menjadi target utamanya yang menyebabkan infeksi. Artinya bakteri tersebut sudah memiliki kekebalan terhadap antibiotik dan tidak semudah itu untuk dimatikan.
ADVERTISEMENT
Contoh ilustrasi sederhananya yaitu misalnya ketika sedang flu kita terbiasa minum antibiotik A dan tidak lama setelahnya kita sembuh dari flu. Tetapi lama kelamaan sewaktu kita sakit flu, antibiotik tersebut tidak manjur lagi karena kita tidak sembuh-sembuh meskipun sudah minum antibiotik yang sama. Kondisi demikian artinya antibiotik yang biasa kita konsumsi sudah menjadi resisten atau rentan terhadap bakteri penyebab flu. Sehingga antibiotik yang sama sudah tidak mampu lagi untuk menyembuhkan.
Biasanya jika sudah demikian, maka opsi yang kita pilih adalah hanya ada dua yaitu menaikkan dosis atau mengganti antibiotik dengan yang lain. Fakta ini tentu tidak baik-baik saja. Karena jika berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan banyaknya penyakit yang tidak bisa tertangani karena obatnya sudah kebal. Otomatis biaya pengobatan akan semakin mahal dan risiko kematian akan meningkat.
ADVERTISEMENT
Mengingat tingginya risiko yang terjadi maka diperlukan perencanaan tindakan preventif yang tepat agar dapat mengurangi terjadinya resistensi antibiotik. Caranya dengan penggunaan antibiotik yang tepat sedari awal. Tepat berarti digunakan dalam kondisi yang sesuai dan dosis sesuai aturan, terutama sejak dalam rantai pangan awal.
Berdasarkan data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 2018 menyebutkan bahwa 80 persen resistensi antibiotik ditemukan pada pangan asal hewan khususnya pada kelompok unggas. Biasanya mayoritas pemberian antibiotik ini dilakukan pada pakan, minuman maupun melalui injeksi pada ayam. Pendek kata jika kita bisa membatasi penggunaan antibiotik pada kelompok unggas khususnya ayam maka secara otomatis dapat menurunkan risiko resistensi antibiotik.
Namun hal ini tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Hal tersebut disebabkan penggunaan antibiotik pada ayam seakan sudah mendarah daging di kepala para peternak. Sebagian besar peternak mempercayai bahwa antibiotik yang diberikan dapat merangsang percepatan pertumbuhan pada ayam. Bahasa ilmiahnya adalah berperan sebagai antibiotic growth promotor atau biasa disingkat dengan AGF.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini juga diperparah dengan pemahaman yang kurang mengenai fungsi dan peran antibiotik itu sendiri. Sejatinya antibiotik berperan sebagai tindakan kuratif atau pengobatan penyakit. Bukan digunakan sebagai tindakan pencegahan yang diberikan dalam dosis yang besar dan dilakukan secara continue pada setiap siklus panen.
Pengalaman saya sendiri ketika mengamati peternak ayam, antibiotik diberikan pada saat ayam usia 2-5 hari. Pemberian ini biasanya dicampur dengan minuman. Kemudian pada saat ayam berusia 12-15 hari antibiotik kembali diberikan. Hal ini dianggap sebagai upaya dalam mengurangi risiko kematian ayam. Padahal pemakaian ini tidak tepat untuk dilakukan dan dapat memicu kemunculan bakteri kebal terhadap antibiotik.
Terkait kondisi ini apakah tidak ada tindakan yang bisa kita lakukan untuk mencegah kemunculan bakteri kebal antibiotik ini? Tentu ada yang bisa kita lakukan yaitu dengan mengembalikan 'trah' antibiotik sebagai sebuah tindakan pengobatan suatu infeksi penyakit bukan menjadi preventive action.
ADVERTISEMENT
Antibiotik hanya akan digunakan saat mengobati penyakit pada ayam yang sedang sakit. Ayam-ayam yang sedang sakit akan diberikan antibiotik sesuai dengan jenis penyakitnya sesuai dengan rekomendasi dokter hewan. Ayam yang dalam kondisi sehat tidak perlu diberikan treatment antibiotik meskipun masih dalam usia 2-5 hari.
Selain itu dosis yang diberikan juga harus tepat sasaran. Tidak boleh berlebih dan diberikan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Apalagi diberikan secara berkala. Sangat tidak dianjurkan. Karena dapat mengakibatkan munculnya resistensi antibiotik. Penghitungan dosis yang diberikan wajib mengikuti instruksi pada label kemasan dan rujukan dari dokter hewan.
Upaya yang terakhir selain penggunaan antibiotik yang tepat adalah dengan implementasi biosecurity kandang bagi para peternak. Biosecurity merupakan sebuah program yang disusun untuk melindungi ternak atau hewan dari berbagai potensi serangan penyakit.
ADVERTISEMENT
Penerapan ini sering dilupakan para peternak. Padahal memiliki peranan terpenting dalam mencegah timbulnya penyakit di kandang. Atau bisa disebut pertahanan pertama dari pencegahan masuknya agen infeksi penyebab penyakit.
Pada prinsipnya biosecurity ada tiga yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas dan sanitasi. Isolasi sendiri berarti mengatur pemisahan antara ayam yang sakit dengan yang sehat. Hal ini penting agar ayam yang sehat tidak tertular oleh ayam yang sakit.
Untuk pengendalian lalu lintas sendiri intinya adalah pengaturan pergerakan manusia, kendaraan, peralatan dan hewan. Terutama untuk mengatur orang-orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk kandang. Ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang antara manusia dengan hewan dan sebaliknya.
Terakhir adalah sanitasi kandang. Prinsipnya ini mirip dengan prokes, yaitu cuci tangan sebelum masuk area kandang. Hanya perlu ditambahkan jadwal sanitasi dan disinfeksi kandang dan peralatan secara berkala.
ADVERTISEMENT
Penggunaan antibiotik yang tepat dan penerapan biosecurity secara ketat dapat mengurangi risiko munculnya pandemi baru yakni resistensi antibiotik. Jika kita ingin sehat, mari mulai dengan merawat antibiotik.