Konten dari Pengguna

Kecerdasan Buatan

Armansyah
Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN
1 April 2021 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Armansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI) adalah mesin cerdas yang bekerja dan bereaksi seperti manusia (Savitri, 2019). Kehadiran mesin ini telah membawa warna baru dalam semua bidang, khususnya bidang ketenagakerjaan.
ADVERTISEMENT
Ia mampu mengerjakan apa yang dahulunya menjadi pekerjaan manusia. Apalagi jika pekerjaan tersebut bersifat pengulangan dan monoton serta mudah.
Maka akan sangat cepat terdisrupsi oleh AI. Lalu apa hubungannya dengan kita?
Sadar atau pun tidak, saat ini telah banyak jenis pekerjaan yang mulai hilang dan tergantikan oleh AI. Itu artinya, peluang kerja penduduk usia produktif mulai terkikis, padahal saat ini kita tengah menghadapi bonus demografi
Mau tidak mau, saat ini kita tengah berada di era digital. Semua komponen kehidupan bergerak dan berhubungan dengan perangkat ini. Siapa yang tidak dapat beradaptasi, maka akan tertinggal atau bahkan hilang.
Ini bukanlah omong kosong belaka, bukankah kita dulu mengenal Kodak, sebagai industri yang besar, Tapi ke manakah ia sekarang?
ADVERTISEMENT
Hilang, tertinggal karena tidak mampu beradaptasi. Jika perusahaan besar saja dapat ambruk, lalu bagaimana dengan masa depan manusia yang malas?
Bukankah sebelum adanya AI, manusia mengalami banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak. Lantas, bagaimana dengan sekarang? AI hadir seolah menambah permasalahan baru bagi dunia ketenagakerjaan.
Apalagi jika perkembangan AI dipegang oleh orang-orang yang salah (kaum kapitalis yang memikirkan keuntungan pribadi). Dengan demikian, perlu adanya tata rencana yang baik dalam penerapan AI sebagai peralatan atau komponen hidup manusia.
Jadikan AI sebagai alat yang dapat membantu manusia, bukan malah menggantikan manusia. Sebab walau bagaimanapun AI tidak akan pernah dapat memiliki jiwa dan rasa seperti halnya manusia.
Melihat keadaan ini, diperlukan sebuah strategi dalam menghadapinya, khususnya bagi para generasi millenial, generasi Z, dan seterusnya. Karena merekalah nanti yang akan benar-benar masuk dalam dunia baru tersebut.
ADVERTISEMENT
Fleksibel
Dunia baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi memerlukan fleksibilitas dalam menghadapinya. Meskipun kita telah memiliki style dalam penguasaan ilmu tertentu, namun harus tetap belajar dan beradaptasi dengan ilmu yang baru.
Jangan pernah merasa cukup dalam hal ilmu, karena sifat ilmu sangat dinamis dan terus berkembang sesuai dengan zamannya. Hanya orang yang sadar dengan hal inilah yang akan mampu survive dan menang.
Gelas kita harus dikosongkan jika bertemu orang baru, pelajari dan belajarlah dari orang baru. Jangan jadikan orang yang lebih hebat dari kita sebagai saingan, tapi jadikanlah mereka sebagai sahabat/kawan/guru. Dengan demikian, akan banyak hal baru yang akan kita dapatkan.
Bahasa
Pada era di mana akses informasi sangat masif, maka kemampuan menguasai bahasa adalah hal penting. Supaya informasi yang kita terima tidak salah tafsir atau malah menyesatkan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kaum millenial dan generasi Z sangat dianjurkan menguasai banyak bahasa. Tidak hanya bahasa Inggris, jika perlu bahasa Jerman, China, Jepang dan lainnya.
Ingat, zaman millenial dan generasi Z sangat berbeda dengan para pendahulunya. Oleh sebab itu, sangatlah penting memberikan mereka bekal yang mumpuni untuk menjalankan kehidupan di masa depan.
Pasar bebas, seperti MEA telah terbuka sejak 2015 lalu. Sejak itu pula arus, tenaga kerja asing sangat masif terjadi. Persaingan penduduk domestik tidak hanya secara lokal namun internasional.
Jika mereka memiliki skill dan potensi yang baik maka dengan mudah dapat bekerja di mana saja dan kapan saja. Bahkan di era disruption ini, mereka dapat bekerja dari rumah dengan penghasilan yang fantastis.
ADVERTISEMENT
Data
Dunia digital membuat sumber data berubah, tidak hanya secara konvensional melainkan telah masuk ranah digital. Hampir setiap aktivitas manusia berhubungan dengan media digital.
Wajar saja, jika para ahli ekonomi, perencanaan pembangunan, bisnis, dan lainnnya, mengincar penggunaan data digital. Para ahli data digital menjadi pekerjaan yang sangat dicari dan menjanjikan pada 2016 sampai sekarang.
Karena, melalui data digital, para pebisnis akan sangat mudah untuk merencanakan target produksi dan pemasaran.
Jadi para kaum millenial dan generasi Z, harus melek data, selain melek huruf. Karena data lah yang nanti akan menjadi senjata dan arah dalam memasuki persaingan global era digital.
AI adalah ancaman, jika digunakan oleh orang yang salah dan tidak tepat sasaran. Pengembangan AI harus berdasarkan konsep pemberdayaan manusia.
ADVERTISEMENT
Jadi AI, posisinya sebagai alat, bukan malah lawan manusia. AI akan menjadi berkah jika ia diposisikan sebagai alat dan digunakan secara tepat guna.
Oleh karena itu, perlu pemikiran yang bijak dalam mengembangkan AI di masa depan sehingga mampu menjadi alat untuk pemberdayaan manusia.
Referensi
Savitri, Astrid. 2019. Revolusi Industri 4.0 Mengubah Tantangan Menjadi Peluang di Era Disruption 4.0. Yogyakarta: Genesis.