Diplomat Muda Berburu Ilmu Sawit ke Belitung

Mukti Romadona Setianto
Into Tea, Digital Diplomacy and Visual Design.
Konten dari Pengguna
19 Maret 2019 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mukti Romadona Setianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah seorang Diplomat Muda sedang mengamati buah kelapa sawit. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang Diplomat Muda sedang mengamati buah kelapa sawit. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam satu siklus hidup diplomat Indonesia, secara normal dia harus menjalani tiga jenjang sekolah diplomatik: Sekdilu (Diklat Sekolah Dinas Luar Negeri ), Sesdilu (Sekolah Staf Dinas Luar Negeri), dan Sesparlu (Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri).
ADVERTISEMENT
Sekdilu ditujukan untuk Diplomat Pertama yang baru masuk Kementerian Luar Negeri. Sesdilu ditujukan untuk Diplomat Muda, dan jenjang terakhir adalah Sesparlu.
Saat ini, penulis sedang menjalani jenjang Sesdilu. Selama dua bulan menjalani "upgrading" ilmu, keahlian, dan keterampilan dengan berbagai materi substantif dan administratif termasuk kunjungan ke berbagai tempat dan community services.
Diplomat Muda Berburu Ilmu Sawit ke Tanjung Pandan, Belitung
Diplomat Muda Sesdilu tidak melulu belajar di kelas. Salah satu kegiatan dari rangkaian Sesdilu adalah "crash-course" terkait isu kelapa sawit. Supaya makin paham dengan isu sawit, para diplomat muda ini pergi ke Belitung untuk melihat langsung perkebunan kelapa sawit, termasuk diskusi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) dan para ahli sawit.
ADVERTISEMENT
Pemahaman terkait isu sawit menjadi sangat penting. Apalagi sebagai komoditas ekspor utama Indonesia, produk kelapa sawit Indonesia sedang menghadapi masalah serius di pasar Uni Eropa.
Komoditas ekspor utama Indonesia saat ini adalah produk kelapa sawit. Nilai ekspor produk kelapa sawit terhitung lebih dari ekspor migas Indonesia (USD 15 miliar di tahun 2017) dan jauh melebihi ekspor komoditas perkebunan utama Indonesia lainnya, seperti pala, cokelat, kopi, karet, tebu, dan teh.
ADVERTISEMENT
Data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebutkan bahwa nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai USD 22,97 miliar, atau naik 26% dari tahun 2016 sebesar USD 18,22 miliar yang merupakan 13,7% dari total ekspor pada tahun 2016.
Waktunya memang pendek, tapi seeing is believing. Pergi bersama dalam kelompok besar selalu menyenangkan, dengan berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian masing-masing, kami bisa saling berbagi dan melengkapi.
Oiya, saya sempat merekam dengan handphone saya, serunya perjalanan kami dari Jakarta ke Belitung dalam 60 detik. Ini dia foto dan videonya. Jangan lupa di-like dan follow ya, untuk melihat post-post seru lainnya.
ADVERTISEMENT
Again, seeing is believing. Hari itu kami "crash course" isu sawit. Diawali diskusi dengan PT. ANJ (Austindo Nusantara Jaya) di Desa Jangkang Belitung, lalu berkunjung ke kebun sawit, melihat pembibitan, memahami proses produksi, hingga ngobrol dengan petani sawit. Ternyata masih banyak yang harus kami pelajari.
Industri kelapa sawit berperan penting dalam pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia sampai tahun 2017 adalah 14,03 juta hektare, dengan total produksi sawit mencapai 37,8 juta ton.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia 41% dikelola oleh petani kecil dan berkontribusi terhadap 5,5 juta lapangan pekerjaan serta mendukung kehidupan 12 juta orang. (Data Kementerian Pertanian)
ADVERTISEMENT
Menjelajah Pulau
Ada waktu pendek sebelum kami kembali ke Jakarta. Kami mencuri sedikit waktu untuk melihat batu-batu besar di Pantai Tanjung Tinggi Belitung. Pantai tempat anak-anak #LaskarPelangi lari-lari bahagia. Kami pun bahagia, sekaligus merasa sangat kecil di tengah indahnya ciptaan Gusti Allah Maha Besar.
Oiya, kami juga sempat makan Mie Belitung Atep dan ikan ayam-ayam bakar. Tidak tahu kenapa namanya ikan ayam-ayam, mungkin karena tekstur dagingnya mirip daging ayam.
Sesdilu 63 akan terus belajar di manapun dan kapan pun. Menjadi diplomat muda yang mumpuni menjadi tujuan bersama, sesuai dengan tagline yang disiapkan Sekretariat Sesdilu Kementerian Luar Negeri untuk angkatan 63 adalah: "Innovate to Rejuvenate: Consolidating Home-Grown Diplomacy". Atau kira-kira terjemahannya adalah: "Berinovasi untuk Pembaharuan: Menguatkan Diplomasi yang Membumi", dengan visualisasi logo ini, untuk diplomasi Indonesia yang lebih baik.
ADVERTISEMENT