Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengapa Indonesia Belum Cocok Menerapkan Pendidikan Gratis? Ini Alasannya
9 Mei 2025 13:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhaimin Yasin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gagasan tentang pendidikan gratis memang terdengar sangat ideal. Banyak yang membayangkan bahwa ketika pendidikan bisa diakses tanpa biaya, maka setiap orang akan memiliki peluang yang sama untuk memperbaiki nasib. Rasanya adil jika semua orang diberi hak untuk belajar tanpa harus terbebani oleh biaya. Namun, di balik impian besar itu, ada kenyataan yang masih menjadi penghalang, yaitu soal bagaimana masyarakat memaknai hal-hal yang diberikan secara cuma-cuma.
ADVERTISEMENT
Dalam praktik di lapangan, berdasarkan pengalaman, perbedaan antara kelas berbayar dan kelas gratis sangat terasa. Kelas yang berbayar biasanya diikuti oleh peserta yang lebih antusias. Mereka hadir dengan kesiapan, mendengarkan dengan saksama, mencatat, bahkan tak segan bertanya. Ada kesungguhan yang muncul karena mereka tahu ada uang yang dikeluarkan, ada pengorbanan yang menyertai proses belajar itu. Di sisi lain, kelas gratis sering kali berjalan dengan dinamika yang jauh berbeda. Banyak peserta datang terlambat, terlihat tidak fokus, bahkan ada yang mengabaikan materi dan pengajarnya.
Hal semacam ini bukan soal siapa yang pintar atau siapa yang malas, tetapi tentang bagaimana masyarakat kita melihat nilai dari sesuatu yang didapat tanpa perlu membayar. Dalam banyak kasus, yang gratis justru dipandang sebelah mata. Padahal, nilai sebenarnya dari sebuah proses pembelajaran tidak hanya terletak pada biaya yang dikeluarkan, tapi pada kesadaran akan pentingnya ilmu dan usaha untuk meraihnya.
ADVERTISEMENT
Lebih miris lagi, banyak program pendidikan gratis yang diberikan saat ini bertujuan untuk membantu orang-orang mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Dalam kondisi ekonomi yang menantang seperti sekarang, seharusnya kesempatan ini dianggap sangat berharga. Tapi kenyataannya tidak sedikit yang justru menyia-nyiakannya. Mereka hadir di kelas tanpa semangat, tidak menaruh perhatian pada materi, dan bahkan tidak merasa perlu untuk serius. Padahal, pelatihan semisal dengan ini bisa jadi satu-satunya jalan untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik.
Selain itu, fenomena ini menunjukkan bahwa masalah utama bukan hanya soal sistem pendidikan atau ketersediaan dana, melainkan soal mentalitas. Terlalu lama masyarakat terbiasa menerima bantuan tanpa diimbangi dengan rasa tanggung jawab. Akibatnya, ketika diberi kemudahan, sebagian orang merasa tidak punya kewajiban untuk menjaga atau menghargainya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang berlangsung selama bertahun-tahun pun belum tentu berhasil menanamkan sikap menghargai proses belajar. Banyak orang menjalani pendidikan hanya sebagai formalitas, sekadar mengejar ijazah, bukan karena ingin memahami atau tumbuh menjadi lebih baik. Ketika mental ini sudah terbentuk sejak awal, maka program gratis pun menjadi sulit berdampak karena tidak ada niat kuat dari dalam diri untuk berkembang.
Selanjutnya, banyak program pendidikan gratis yang tidak diiringi oleh sistem evaluasi yang tegas. Ketika tidak ada konsekuensi atas ketidakhadiran atau ketidakseriusan peserta, maka rasa tanggung jawab pun semakin menipis. Berbeda dengan pendidikan berbayar, peserta cenderung lebih disiplin karena merasa terikat oleh biaya yang sudah dikeluarkan.
Sebelum memaksakan pendidikan gratis sebagai kebijakan menyeluruh, hal yang perlu dibangun lebih dulu adalah pemahaman bersama bahwa belajar bukan hanya hak, tapi juga tanggung jawab. Pendidikan bukan sekadar fasilitas, melainkan proses penting yang menentukan arah hidup seseorang. Jika masyarakat sudah memahami hal ini, maka pendidikan gratis akan menjadi alat yang sangat kuat untuk menciptakan keadilan dan kemajuan. Tapi jika belum, maka kebijakan tersebut berisiko menjadi proyek besar yang tidak menyentuh akar masalah.
ADVERTISEMENT
Kesadaran ini harus ditanamkan sejak awal, bahkan sebelum seseorang duduk di bangku sekolah. Anak-anak perlu dibiasakan untuk menghargai proses, untuk memahami bahwa belajar itu penting bukan karena gratis atau mahal, tetapi karena itu akan membantu mereka memahami dunia dan diri sendiri. Guru juga perlu diberikan ruang dan penghargaan lebih, agar mereka bisa mengajar dengan semangat tanpa harus berkecil hati menghadapi sikap acuh dari peserta yang tidak menghargai jerih payah mereka.
Pendidikan gratis memang perlu diperjuangkan. Namun perjuangan itu tidak cukup hanya dengan membebaskan biaya. Yang lebih penting adalah memastikan bahwa masyarakat siap menerima kemudahan itu dengan sikap yang benar. Ketika kesadaran itu telah tumbuh, maka pendidikan gratis tidak hanya akan berhasil secara administratif, tapi juga akan memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebelum itu terjadi, Indonesia masih perlu berbenah. Bukan hanya dalam hal anggaran atau infrastruktur, tetapi dalam hal cara berpikir dan bersikap terhadap ilmu dan proses belajar. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dihargai, dan penghargaan itu tidak selalu lahir dari seberapa besar biaya yang dikeluarkan, tapi dari seberapa besar kesadaran untuk belajar dan bertumbuh.