Konten dari Pengguna

Merdeka Dari Sampah Dalam 79 Tahun Negeri Pertiwi

Muhamad Ali Akbar
Mahasiswa S-1 Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret
17 Agustus 2024 22:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ali Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dari Aldi Ansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dari Aldi Ansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Penjara Lingkungan"
“Siapa ingin merdeka harus bersedia dipenjara.” Kutipan dari Tan Malaka ini mencerminkan betapa besar pengorbanan yang diperlukan untuk meraih kemerdekaan. Saat ini, meskipun Indonesia telah merdeka dari penjajahan fisik, akan tetapi masih dihadapkan pada bentuk-bentuk "penjara" yang berbeda, salah satunya adalah krisis lingkungan yang terus mengancam kehidupan dan generasi mendatang. Kemerdekaan bukan hanya tentang terbebas dari belenggu penjajah, tetapi juga tentang bagaimana menjaga dan mengisi kemerdekaan itu dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Di momen peringatan Hari Kemerdekaan yang ke-79 ini, penting bagi seluruh lapisan elemen masyarakat Indonesia untuk merenungkan bagaimana mewariskan bumi yang lestari kepada generasi mendatang. Salah satu tantangan lingkungan yang paling mendesak di Indonesia saat ini adalah pengelolaan sampah, sebuah isu yang sering kali diabaikan, namun berdampak besar pada kualitas hidup dan kelestarian lingkungan.
Urgensi Pengelolaan Sampah dalam Konteks Kemerdekaan
Indonesia saat ini menghadapi masalah serius dalam hal pengelolaan sampah. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan lebih dari 67 juta ton sampah setiap tahunnya, dengan sebagian besar berasal dari rumah tangga. Sayangnya, pengelolaan sampah yang kurang efektif telah menyebabkan penumpukan di tempat pembuangan akhir (TPA) dan pencemaran lingkungan, termasuk lautan yang dipenuhi sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan lingkungan, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang penyakit, mencemari sumber air, dan merusak ekosistem laut. Ini adalah ancaman yang nyata terhadap upaya Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan sejati, di mana rakyat Indonesia berhak menikmati lingkungan yang bersih dan sehat.
Menurut teori “Tragedy of the Commons” yang diungkapkan oleh Garrett Hardin, sumber daya bersama yang tidak dikelola dengan baik akan berakhir pada kehancuran. Dalam konteks ini, lingkungan kita adalah sumber daya bersama yang harus dikelola dengan bijak agar tidak terjerumus dalam krisis yang lebih besar.
Penumpukan Sampah di Perkotaan
Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, seringkali menghadapi masalah penumpukan sampah yang parah. Di Jakarta, TPA Bantargebang menerima lebih dari 7.500 ton sampah setiap hari, dan diperkirakan akan mencapai kapasitas maksimumnya dalam beberapa tahun ke depan. Sementara itu, masalah serupa juga terjadi di kota-kota lain, di mana penanganan sampah seringkali tidak sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Penumpukan sampah ini tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menimbulkan masalah sosial dan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di sekitar TPA seringkali terpapar bau tidak sedap dan risiko kesehatan yang tinggi. Selain itu, biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengelola sampah yang tidak tertangani dengan baik juga semakin meningkat, yang seharusnya dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan layanan publik lainnya.
Meningkatkan Kesadaran dan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas
Momen kemerdekaan ini adalah waktu yang tepat untuk menggugah kesadaran kolektif tentang pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik. Langkah-langkah sederhana namun efektif dapat diambil oleh masyarakat, seperti memulai dari rumah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memisahkan sampah organik dan anorganik, serta mendaur ulang sampah yang masih memiliki nilai ekonomis.
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Contoh yang baik dapat ditemukan di Waste4Change, sebuah organisasi yang didirikan di Bekasi, Jawa Barat. Waste4Change menyediakan layanan pengelolaan sampah untuk individu, komunitas, dan perusahaan dengan tujuan mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Mereka mengimplementasikan sistem pemilahan sampah yang efisien, proses daur ulang, dan pengomposan untuk sampah organik. Selain itu, mereka juga menjalankan program edukasi dan pelatihan untuk masyarakat guna meningkatkan kesadaran tentang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Inisiatif seperti ini perlu didorong di seluruh Indonesia, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Merajut Harapan
Kemerdekaan Indonesia tidak hanya tentang kebebasan dari penjajahan, tetapi juga tentang bagaimana bertanggung jawab menjaga tanah air ini tetap lestari bagi generasi mendatang. Dalam konteks krisis lingkungan yang semakin mendesak, pengelolaan sampah adalah salah satu langkah konkret yang bisa kita ambil untuk menjaga kemerdekaan sejati. Dengan memperkuat kesadaran dan tindakan nyata, kita bisa mewariskan bumi yang sehat dan bersih kepada anak cucu di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Kemerdekaan ke-79, Indonesia. Mari lanjutkan perjuangan ini dengan menjaga lingkungan, mulai dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan setiap hari. Karena kemerdekaan sejati adalah kemampuan untuk hidup dalam harmoni dengan alam dan memastikan bahwa warisan yang ditinggalkan adalah bumi yang lestari.