'Selamat Datang Gubernur Baru, Anies Baswedan'

19 April 2017 16:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Anies dan Sandi bertemu di posko pemenangan. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anies dan Sandi bertemu di posko pemenangan. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
Hasil hitung cepat (quick count) seluruh lembaga survei hari ini menunjukkan kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno atas Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Pilgub DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kemenangan sementara ini tak mudah dicapai oleh Anies Baswedan. Bahkan, jika merujuk ke belakang, Anies bukanlah tokoh yang dijagokan untuk mengalahkan petahana Ahok. Bagaimana perjalanannya?
Anies Menggunakan Hak Pilihnya (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Anies Menggunakan Hak Pilihnya (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
Proses Pencalonan
Jumat, 23 September 2017 di kediamanan Prabowo Subianto, menjadi titik paling menentukan untuk Pilgub DKI Jakarta, terutama bagi Anies Baswedan. Saat itu, Prabowo bersama tim Gerindra-PKS, 'menyeleksi' beberapa tokoh yang akan dicalonkan di Pilgub DKI.
Pertemuan yang berada dalam masa 'injury time' pendaftaran cagub-cawagub itu, berlangsung relatif cepat dan ternyata menghasilkan pasangan Anies-Sandi yang didaftarkan ke KPU DKI pada sore harinya. Gerindra dan PKS total mengantongi 26 kursi DPRD DKI, cukup untuk mengusung pasangan calon.
Saat yang sama, koalisi Cikeas (Demokrat, PPP, PKB dan PAN), lebih dulu mengumumkan pencalonan pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni yang juga terbilang mengejutkan. Pasalnya, Agus harus melepas atribut militer yang dia banggakan itu demi pencalonan DKI-1.
ADVERTISEMENT
Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono berpidato. (Foto: ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono berpidato. (Foto: ANTARA)
Lalu satu lagi kandidat adalah pasangan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pemilik elektabilitas tertinggi sejak awal Pilgub DKI itu, yang diusung oleh PDIP, Golkar, dan Nasdem.
Ahok Djarot berterima kasih pada relawan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ahok Djarot berterima kasih pada relawan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pertarungan 3 kandidat itu resmi dimulai pada 28 Oktober 2017 sebagai awal masa kampanye Pilgub DKI. Anies-Sandi menyebut kampanyenya itu dengan 'sosialisasi', bukan 'blusukan' seperti dipakai Jokowi-Ahok 2012 yang juga dipakai Ahok-Djarot.
Perjalanan kampanye itu diwarnai dengan tiga kali debat yang membuat kontestasi Pilgub DKI memanas. Anies-Sandi sejak kampanye mengusung program OK OCE, DP nol rupiah, KJP dan KIP Plus, menolak reklamasi dan lainnya.
Djarot saat di debat pilgub DKI Jakarta. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Djarot saat di debat pilgub DKI Jakarta. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Sementara beragam survei menempatkan Anies-Sandi harus bertarung tempat dengan Agus-Sylvi, lantaran elektabilitas petahana Ahok-Djarot cukup kuat di masa pertama Pilgub DKI.
ADVERTISEMENT
Lolos Putaran Pertama
Pemungutan suara Pilgub DKI digelar pada 15 Februrari 2017, yang mula-mula ditunjukkan lewat quick count, akhirnya memilih pasangan Agus-Sylvi yang tersisih di putaran pertama. Angkanya bahkan tak menggembirakan, hanya sekitar 17 persen.
Final Quick Count Pilgub DKI. (Foto: Ridho Robbykumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Final Quick Count Pilgub DKI. (Foto: Ridho Robbykumparan)
Hasil itu membuat Anies-Sandi bertarung head to head melawan petahana Ahok-Djarot. Dalam rekapitulasi resmi KPU DKI, Ahok-Djarot punya modal 2.364.577 suara (42,99 persen), Anies-Sandi mendapat 2.197.333 suara (39,95 persen).
Tapi tingginya elektabilitas pada putaran pertama, tak berarti Ahok-Djarot mudah mengalahkan Anies-Sandi. Prediksi survei justru sejak awal merilis bahwa petahana dalam putaran dua akan kalah.
Padahal Ahok-Djarot mendapat kekuatan tambahan di putaran dua dengan masuknya PPP dan PKB, sementara Anies-Sandi hanya dapat dukungan baru dari PAN.
ADVERTISEMENT
Ahok, Djarot dan Anies. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ahok, Djarot dan Anies. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Diserang Black Campaign
Kampanye putaran dua Pilgub DKI yang digelar pada 7 Maret-15 April, menjadi kesempatan terakhir Anies-Sandi menggaet suara warga demi perubahan di DKI Jakarta sebagaimana yang mereka janjikan. Tapi Anies-Sandi justru diserang kampanye hitam (black campaign).
Di antaranya isu bahwa Kartu Jakarta Pintar (KJP) akan dihapus jika Anies menjadi gubernur, begitu juga pasukan oranye akan dihapus. Isu lainnya adalah Anies penganunt Syiah, aliran yang dianggap sesat di Indonesia menurut MUI.
Brosur black campaign menyudutkan Anies di Jaksel. (Foto: (Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Brosur black campaign menyudutkan Anies di Jaksel. (Foto: (Wahyu/kumparan)
Akibatnya, Anies-Sandi justru sibuk mengklarifikasi isu black campaign dalam setiap kampanyenya ketimbang program-program untuk Jakarta 5 tahun ke depan.
Tapi rupanya dari semua perjalanan itu, pasangan Anies-Sandi justru diumumkan menang. Pertama berdasarkan exit poll yang digelar oleh LSI Denny JA, PolMark, dan exit poll internal DPP PKS. Kedua, berdasarkan quick count di semua lembaga survei.
ADVERTISEMENT
Tim Pemenangan Anies Sandi (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Pemenangan Anies Sandi (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
"23 September dimulai di sini, dan sekarang kita di sini lagi. Saya ucapkan selamat kepada Saudara Anies Rasyid Baswedan dan Saudara Sandiaga Salahuddin Uno," ucap Prabowo dalam pertemuan di kediamannya, siang ini.
Hadir dalam pertemuan untuk merayakan kemenangan Anies-Sandi tersebut adalah Amien Rais (PAN), Prabowo Subianto (Gerindra), Sohibul Iman (PKS), Zulkifli Hasan (PAN), Aburizal Bakrie (Golkar), Hary Tanoesoedibjo (Perindo) dan lainnya.
"Salam 'Selamat datang gubernur baru Anies-Sandi' agaknya segera berkibar," ucap pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA saat merilis exit poll di akun Twitternya @DennyJA_WORLD.